Konten dari Pengguna

Sejarah Lahirnya Korps Marinir TNI AL yang Diperingati Setiap 15 November

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
5 November 2024 12:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah lahirnya Korps Marinir TNI AL. Foto: Pexels.com/Maël BALLAND
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah lahirnya Korps Marinir TNI AL. Foto: Pexels.com/Maël BALLAND
ADVERTISEMENT
Sejarah lahirnya Korps Marinir TNI AL dimulai sejak masa awal kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan di lautan sangat penting pada masa itu, terutama untuk mengatasi ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam negeri.
Korps Marinir TNI AL memiliki peran krusial dalam mempertahankan keutuhan wilayah laut Indonesia, khususnya dalam menghadapi invasi militer dan menjaga keamanan di perairan Nusantara.

Sejarah Lahirnya Korps Marinir TNI AL

Ilustrasi sejarah lahirnya Korps Marinir TNI AL. Foto: Pexels.com/Lívia Ram
Dikutip dari pasmar1.tnial.mil.id, sejarah lahirnya Korps Marinir TNI AL resmi dimulai pada 15 November 1945, ketika satuan ini dibentuk di Pangkalan IV Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) di Tegal.
Keberadaan satuan yang saat itu disebut Corps Mariniers menjadi langkah awal bagi Indonesia untuk memiliki kekuatan khusus di wilayah laut, yang bertujuan melindungi negara dari berbagai ancaman maritim.
ADVERTISEMENT
Indonesia yang baru merdeka membutuhkan pertahanan kuat di perairannya, terutama untuk menghadapi tantangan dari luar maupun dalam negeri.
Pembentukan Korps Marinir TNI AL adalah jawaban atas kebutuhan tersebut, sekaligus memperkuat kemampuan Angkatan Laut dalam menjaga kedaulatan negara di perairan yang luas dan strategis.
Pada 9 Oktober 1948, Korps Marinir mengalami perkembangan yang signifikan dengan terbentuknya Korps Komando dalam tubuh Angkatan Laut.
Langkah ini diambil untuk memperkuat struktur pertahanan laut Indonesia melalui konsolidasi dan integrasi seluruh satuan kelautan menjadi Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL).
KKO AL memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga stabilitas nasional, khususnya di perairan Indonesia yang rentan terhadap infiltrasi dan serangan asing.
Seluruh kekuatan kelautan kemudian melebur di bawah satu komando, yang menjadikan Korps Marinir sebagai satuan elite dengan kemampuan operasi amfibi yang tangguh.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 10 April 1961, Korps Marinir mengembangkan satuan Batalyon Artileri Bantuan Dekat untuk melengkapi kebutuhan operasionalnya.
Pembentukan batalyon ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tempur dan daya dukung dalam melaksanakan operasi di medan yang kompleks.
Batalyon tersebut kemudian mengalami perubahan pada 17 April 1979.
Ia diubah menjadi Batalyon Artileri Medan Korps Marinir, yang memiliki kemampuan lebih kuat dalam mendukung operasi tempur di berbagai kondisi geografis Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, perubahan pada Korps Marinir juga terjadi pada aspek simbolis.
Pada 20 Oktober 1976, dikeluarkan Surat Keputusan yang mengubah emblem Korps Marinir, sebagai bagian dari upaya memperkuat identitas dan semangat korps.
Identitas visual ini menjadi simbol penting bagi anggota Korps Marinir dalam mengemban tugas di medan operasi.
ADVERTISEMENT
Pada 15 November 1975, nama KKO AL kembali diubah menjadi Korps Marinir, yang merupakan penegasan ulang terhadap fungsi dan peran korps sebagai kekuatan utama dalam operasi militer di laut.
Semua perubahan ini menjadikan Korps Marinir TNI AL sebagai satuan yang terlatih dalam menghadapi ancaman dari laut, memiliki kemampuan tempur yang tinggi, serta tangguh dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah perairan Indonesia.
Perjalanan sejarah lahirnya Korps Marinir TNI AL mencerminkan komitmen Indonesia untuk menjaga kedaulatan lautnya.
Kekuatan amfibi yang dimiliki oleh Korps Marinir menjadikannya garda terdepan dalam mempertahankan wilayah laut dari berbagai ancaman.
Korps ini tidak hanya berperan dalam melawan invasi, tetapi juga dalam menjaga stabilitas di perairan Nusantara dari kegiatan ilegal, sehingga menjadi bagian penting dari pertahanan maritim nasional. (Shofia)
ADVERTISEMENT