Sejarah Lawang Sewu, Bangunan Bersejarah Sejak 1907

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
27 Desember 2023 20:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah Lawang Sewu. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah Lawang Sewu. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejarah Lawang Sewu dimulai sejak tahun 1904 saat dibangun pertama kali sebagai gedung kantor perusahaan kereta api swasta NIS milik Belanda.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, Lawang Sewu memiliki sejarah panjang hingga hari ini dinobatkan menjadi salah satu bangunan bersejarah di Indonesia.

Sejarah Lawang Sewu

Ilustrasi sejarah Lawang Sewu. Foto: Pixabay
Menurut buku Jelajah Wisata Nusantara karya Tri Maya, Lawang Sewu terletak tepat di Bundaran Tugu Muda yang dulu dikenal dengan nama Wilhelmina Plein di Semarang.
Dirangkum dari laman resmi heritage.kai.id, dikatakan bahwa Lawang Sewu dibangun di atas tanah lebih dari 18.000 m2 sejak 1904 hingga 1907.
Desain Lawang Sewu dirancang oleh arsitek dari Amsterdam, yaitu Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag. Keduanya memberi banyak jendela dan pintu untuk mendukung sirkulasi udara.
Namun, hal tersebut yang pada akhirnya membuat gedung tersebut diberi nama Lawang Sewu dalam bahasa Jawa yang artinya adalah seribu pintu.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, Lawang Sewu digunakan sebagai kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang merupakan perusahaan kereta api swasta milik Belanda.
Pada tahun 1942 hingga 1945, Lawang Sewu akhirnya diambil alih oleh Jepang dan dijadikan sebagai kantor Riyuku Sokyoku atau Jawatan Transportasi Jepang.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Lawang Sewu dijadikan kantor Eksploitasi Tengah DKARI atau Djawatan Kereta Api Republik Indonesia.
Namun, saat penjajah Belanda kembali datang tahun 1946, Lawang Sewu digunakan sebagai markas tentara Belanda sehingga kegiatan perkantoran DKARI pindah ke bekas kantor de Zustermaatschappijen.
Pada 1949, setelah kedaulatan RI diakui sepenuhnya, gedung tersebut sempat digunakan sebagai Kodam IV Diponegoro oleh TNI pada saat itu.
Tahun 1994, gedung tersebut diserahkan kembali kepada kereta api yang masih bernama Perumka. Perumka kemudian berubah status menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero).
ADVERTISEMENT
Pada 2009, dilaksanakan restorasi oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero). Hingga akhirnya, diresmikan Purna Pugar Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu pada 5 Juli 2011.
Saat ini, Lawang Sewu menjadi tempat wisata sejarah dan gedung komersial yang bisa disewakan. Gedung ini bisa disewa untuk pameran, pertemuan, pemotretan, shooting, pentas seni, pesta pernikahan, festival, bazar, workshop, dan lainnya.
Demikian sejarah Lawang Sewu, gedung seribu pintu, yang merupakan bangunan bersejarah sejak 1907. (SP)