Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Masa Perjuangan Perlawanan Kaum Padri di Indonesia
27 Oktober 2023 22:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah masa perjuangan perlawanan Kaum Padri di Indonesia mempunyai kisah panjang karena bermula dari perang saudara hingga perang melawan Belanda. Oleh karena itu, pembahasan tentang Kaum Padri kerap terbagi menjadi dua periode.
ADVERTISEMENT
Periode pertama berlangsung pada tahun 1821 – 1825, sedangkan periode kedua berlangsung pada tahun 1830 – 1837. Perjuangan tersebut berakhir dengan penyerahan Tuanku Imam Bonjol serta beberapa pejuang terhadap Belanda.
Sejarah Masa Perjuangan Perlawanan Kaum Padri
Masa perjuangan perlawanan Kaum Padri merupakan salah satu peristiwa sejarah di Indonesia, tepatnya di Sumatra Barat. Peristiwa tersebut bermula dari perang saudara antara kaum Adat dengan kaum Padri (Ulama).
Mengutip dari buku Cerdas Menjawab Soal Sejarah SMA/MA/SMK karya Farid dan Muhamad (2019: 82), pemicu perang tersebut adalah kehidupan kaum Adat yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam, seperti judi, menyabung ayam, dan minum-minuman keras.
Pertentangan pun terjadi di antara kaum Adat dan kaum Padri. Kondisi tersebut semakin keruh dengan adanya campur tangan Belanda yang melakukan persekutuan dengan kaum Adat pada tahun 1819.
ADVERTISEMENT
1. Perang Padri Periode Pertama
Suasana yang semakin keruh membuat perlawanan kaum Padri pun muncul. Perlawanan pertama terjadi pada tahun 1821.
Mengutip dari buku Explore Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI karya Abdurakhman dan Arif (2019: 32), pada periode pertama, kaum Padri mulai menyerang pos-pos Belanda dan melakukan pencegatan terhadap patroli-patrolinya.
Pos-pos Belanda di Simawang menjadi sasaran penyerangan kaum Padri pada bulan September 1821. Salah satu pemimpin perjuangan kaum Padri, Tuanku Pasaman menggerakan sekitar 20.000 – 25.000 pasukan untuk menyerang Belanda.
Peperangan besar pun terjadi dan menyebabkan banyak korban Jiwa. Pasukan Tuanku Pasaman terbilang sulit ditaklukan oleh Belanda sehingga Belanda mengirimkan surat yang berisi ajakan untuk berdamai.
Namun, perlawanan kaum Padri terus terjadi. Mengutip dari buku yang sama, Abdurakhman dan Arif (2019: 32), Tuanku Pasaman memusatkan perjuangannya di Lintau dan Tuanku Nan Renceh memimpin pasukannya di sekitar Baso.
ADVERTISEMENT
Setelah bertahun-tahun, Belanda semakin kesulitan dengan terjadinya Perang Diponegoro di Jawa pada tahun 1825. Hal itu membuat Belanda bersedia untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum Padri.
Keberadaan perjanjian yang mengakui kekuasaan tuanku-tuanku di Lintau, IV Koto, Telewas, dan Agam itu membuat kaum Adat kecewa. Kaum Adat menilai bahwa Belanda tidak menepati janji.
2. Perang Padri Periode Kedua
Kekecewaan kaum Adat kepada Belanda, menimbulkan perang periode kedua. Berbeda dari periode sebelumnya, kaum Padri menerima simpati dan dukungan dari kaum Adat sehingga kekuatan Sumatra Barat pun meningkat.
Perang kaum Padri terhadap Belanda pun terus berlanjut. Kemudian, pada pertempuran Oktober 1837 Benteng Bonjol dikepung dan dikuasai oleh Belanda.
ADVERTISEMENT
Guna menjamin keselamatan kaum Padri, Tuanku Imam Bonjol dan beberapa pejuang menyerah kepada Belanda. Tuanku Imam Bonjol kemudian dibuang ke Cianjur, ke Ambon, dan ke Manado hingga wafat di Manado tanggal 6 November 1864.
Demikian menjadi jelas alasan masa perjuangan perlawanan Kaum Padri di Indonesia termasuk sejarah panjang. Salah satu alasannya adalah perang tersebut berlangsung selama dua periode, yakni 1821 – 1825 dan 1830 – 1837. (AA)