Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Masjid Agung Demak, Masjid Bersejarah di Provinsi Jawa Tengah
17 Maret 2025 14:01 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejarah Masjid Agung Demak mencerminkan perjalanan panjang penyebaran Islam di Nusantara.
ADVERTISEMENT
Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid paling rtua di Indonesia. Masjid ini mempunyai nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan agama Islam di Nusantara.
Sejarah Masjid Agung Demak
Dikutip dari situs repository.iainkudus.ac.id, dalam sejarah Masjid Agung Demak, masjid ini didirikan oleh Raden Patah bersama Wali Songo.
Menurut Babad Demak, Masjid Agung Demak didirikan pada tahun 1399 Saka atau 1477 M dengan ditandai oleh candrasengkala ‘Lawang Trus Gunaning Janmi’.
Sementara pada bulus yang berada pada mihrab masjid, terdapat lambang tahun 1401 saka dan menunjukkan masjid ini didirikan pada tahun 1479 M.
Dalam sejarah Masjid Agung Demak, masjid ini berkaitan erat dengan keberadaan Kerajaan Kesultanan Demak yang muncul pada akhir kejayaan Kerajaan Majapahit.
ADVERTISEMENT
Raja pertama kerajaan itu adalah Raden Patah yang diangkat oleh Wali Songo dengan sebutan gelar Sultan Raden Abdul Fattah Al Akbar Sayyidin Panotogomo.
Berita-berita tahun pembangunan Masjid Demak disebutkan dapat dikaitkan dengan pengangkatan Raden Patah sebagai Adipati Demak pada tahun 1462 dan pengangkatannya sebagai Sultan Demak Bintara pada tahun 1478 M.
Kala itu, Majapahit jatuh di tangan Prabu Girindrawardhana dari Kediri. Disebutkan Raden Patah menangguhkan penyerangan yang kedua dan melanjutkan mendirikan masjid Kadipaten Demak bersama para Wali Songo yang telah dimulai pada 1477 M.
Dikabarkan Raden Patah menyesal karena khilaf mengikuti hawa nafsu mengadakan penyerangan kepada pasukan Girindrawardhana tanpa mengukur kekuatan musuhnya terlebih dahulu.
Akibatnya, banyak korban yang gugur di pihak pasukan Bintara. Setelah penyerangan itu, para Wali Songo menyarankan Raden Patah untuk melanjutkan pembangunan masjid agung yang belum selesai sembari menjajaki kekuatan musuh.
ADVERTISEMENT
Raden Patah diketahui menerima saran para Wali Songo tersebut kemudian melanjutkan pembangunan masjid Kadipaten Demak dan menunda merebut tahta Majapahit yang dikuasai Prabu Girindrawardana.
Persetujuan itu tetapi dengan syarat mustaka masjid yang akan dibuat nanti bentuknya runcing mirip dengan angka satu arab. Persyaratan itu diketahui sebagai lambang kejantanan bahwa Demak berani menghadapi pasukan Majapahit.
Sejarah Masjid Agung Demak menjadi bukti kejayaan Islam di Nusantara, menjadikannya tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai warisan budaya. (Mey)