Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Monumen Ikada di Taman Monas, Jakarta
10 Januari 2025 12:27 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari situs gni.kemdikbud.go.id, monumen yang dibuat oleh Sunaryo ini diresmikan pada 20 Mei 1988 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Wiyogo Atmodarminto.
Sejarah Monumen Ikada
Dikutip dari situs gni.kemdikbud.go.id, dalam sejarah Monumen Ikada, monumen ini dibuat untuk memperingati peristiwa rapat raksasa Ikada pada 19 September 1945.
Saat itu, para pemuda berkumpul untuk mendengarkan pidato Bung Karno di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta).
Monumen Ikada menggambarkan tekad para pemuda dan rakyat yang ingin menunjukkan bahwa Indonesia telah benar-benar merdeka dari penjajah dan hanya mengakui pemerintahan Republik Indonesia.
Ini digambarkan dengan sosok 5 pemuda yang membawa bendera merah putih pada monumen tersebut.
Dikutip dari situs esi.kemdikbud.go.id, peristiwa rapat raksasa di Lapangan Ikada dimulai pada tanggal 15 September 1945, di mana para pemuda Jakarta, pelajar, dan mahasiswa menggagas suatu aksi massa dalam bentuk rapat raksasa.
ADVERTISEMENT
Rapat raksasa tersebut direncanakan akan diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat di Jakarta dan sekitarnya.
Tujuan rapat raksasa tersebut adalah untuk memperlihatkan Republik Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 telah merdeka dan berdaulat sesuai syarat-syarat hukum internasional.
Dalam sejarah Monumen Ikada, para pemuda itu sepakat untuk membentuk panitia yang dikenal dengan nama Comite van Actie dan berencana untuk mengadakan rapat raksasa pada tanggal 17 September 1945.
Pada tanggal 18 September 1945, Ahmad Soebardjo yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri mengadakan pertemuan dengan para wartawan dan turut dihadiri oleh para pemuda.
Dia menjelaskan alasan pemerintah menolak rencana rapat raksasa, yakni dikhawatirkan akan terjadi bentrokan bersenjata dan pertumpahan darah dengan pihak Jepang. Pihak panitia bersikeras akan mengadakannya pada 19 September 1945.
ADVERTISEMENT
Kabinet pun mengadakan sidang untuk membahas hal tersebut. Setelah menunggu sidang kabinet yang bersidang hingga pukul 4 pagi dan diteruskan pada pukul 10 pagi tanggal 19 September 1945, rakyat dari Jakarta dan sekitarnya membanjiri Lapangan Ikada.
Akhirnya sidang kabinet tersebut diteruskan di rumah Soekarno dan memutuskan rapat raksasa tetap berlangsung. Soekarno dan hatta akan menghadiri rapat itu. Rakyat yang telah menunggu selama berjam-jam akhirnya mendengarkan pidato Soekarno sekitar 5 menit.
Isi pidato Soekarno meminta rakyat agar tetap tenang dan meminta kepercayaan rakyat kepada pemerintah untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan. Soekarno juga meminta agar rakyat pulang ke rumah masing-masing.
Dengan diakhiri seruan salam ‘merdeka’, rakyat membubarkan diri dengan tertib.
Sejarah Monumen Ikada tidak hanya menjadi pengingat akan momen penting dalam perjalanan bangsa tetapi juga simbol kebersamaan rakyat yang terus relevan dalam menjaga keutuhan dan kemajuan Indonesia . (Mey)
ADVERTISEMENT