Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
30 Ramadhan 1446 HMinggu, 30 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Sejarah Mudik dan Perkembangannya di Indonesia
26 Maret 2025 13:08 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejarah mudik di Indonesia telah menjadi bagian dari tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan buku Mudik dan Tradisi Pulang Kampung di Indonesia, R. Suryaningsih, 2020:45, kebiasaan pulang ke kampung halaman ini sudah ada sejak zaman kerajaan Nusantara.
Tradisi ini erat kaitannya dengan budaya masyarakat agraris yang selalu kembali ke desa setelah merantau untuk mencari penghidupan di kota.
Asal-usul Tradisi Mudik
Dalam catatan sejarah mudik, fenomena ini telah dikenal sejak era kerajaan Mataram Islam pada abad ke-16.
Dijelaskan bahwa para perantau kembali ke desa menjelang perayaan keagamaan atau upacara adat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan tradisi keluarga.
Pada masa kolonial Belanda, praktik mudik semakin berkembang ketika banyak masyarakat pribumi bekerja di perkotaan sebagai buruh atau pegawai.
Pekerja yang merantau ke Batavia (Jakarta), Semarang, dan Surabaya sering mendapat kesempatan untuk pulang ke kampung halaman menjelang perayaan hari besar.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan meningkatnya mobilitas penduduk, keinginan untuk kembali ke desa semakin kuat, terutama saat Idulfitri.
Perkembangan Mudik di Era Modern
Memasuki era kemerdekaan, sejarah mudik Indonesia mengalami perkembangan signifikan. Urbanisasi besar-besaran sejak tahun 1970-an menyebabkan semakin banyak masyarakat yang meninggalkan desa untuk bekerja di kota.
Fenomena ini memperkuat tradisi mudik sebagai bagian dari identitas sosial. Pada masa itu, moda transportasi darat seperti kereta api dan bus menjadi pilihan utama para pemudik.
Dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah mulai memperhatikan arus mudik dengan berbagai kebijakan.
Dicatat bahwa sejak awal 2000-an, program mudik gratis bagi pengguna sepeda motor dan bus mulai diterapkan untuk mengurangi kemacetan serta meningkatkan keselamatan.
Selain itu, pembangunan jalan tol Trans-Jawa dan Trans-Sumatra mempercepat waktu tempuh pemudik.
ADVERTISEMENT
Seiring kemajuan teknologi, sistem transportasi online serta layanan tiket daring semakin memudahkan masyarakat dalam merencanakan perjalanan.
Namun, inti dari sejarah mudik tetap sama, yaitu sebagai momen untuk mempererat hubungan keluarga dan mengenang kembali akar budaya di kampung halaman.
Tradisi ini terus bertahan sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. (Mona)