Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Museum Pustaka Peranakan Tionghoa di Tangerang Selatan
29 Desember 2024 11:15 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Pendekar Pustaka Teroka Cerita Pegiat Literasi, Lembaga Kajian Mahasiswa UNJ, (2020:1), museum ini didirikan oleh Azmi Abubakar pada tahun 2011. Museum tersebut memiliki sekitar 40.000 lebih koleksi kepustakaan seputar Tionghoa di Indonesia.
Sejarah Museum Pustaka Peranakan Tionghoa
Awal mulanya museum ini didirikan oleh seorang laki-laki berdarah Gayo, yaitu Azmi Abubakar pada tahun 2011. Awalnya, Azmi Abubakar sekolah di Institut Teknologi Indonesia dan pada tahun 1998 menyaksikan peristiwa sadis yang menimpa keluarga Tionghoa.
Atas kejadian tersebut, Azmi Abubakar dan teman-temannya berusaha membantu dan bergotong royong untuk mengamankan kawasan sekitar BSD dan Pamulang dari penjarah.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Azmi penasaran alasan kerusuhan itu dan berniat mengumpulkan buku etnis Tionghoa.
Azmi Abubakar berhasil mengoleksi buku, dokumen, sejarah dan berbagai bukti tertulis tentang peranakan Tionghoa dari seluruh toko di Pulau Jawa. Sampai akhirnya koleksi tersebut diletakkan di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.
Sejarah Tionghoa untuk Indonesia sangat banyak dikumpulkan di museum ini, mulai dari literatur tahun 1800 hingga 1990-an. Salah satu koleksi langkanya adalah milik Laksamana John Lie, pahlawan nasional dari etnik Tionghoa.
Koleksi lainnya yang bisa ditemukan di museum ini adalah papan nama yang menjadi bagian dari sekolah yang didirikan oleh Tiong Hoa Hwee Kwan. Sekolah tersebut merupakan sebuah organisasi yang didirikan pada 1900 oleh keturunan Tionghoa .
Tidak hanya itu, tersedia juga buku cerita yang ditulis dalam aksara Jawa pada zaman Dinasti Tang di Cina. Buku tersebut dibuat oleh seorang etnis Tionghoa pada tahun 1891.
ADVERTISEMENT
Bagi yang hendak berkunjung, museum ini sangat mudah ditemukan karena berada di pinggir jalan. Museum ini memiliki luas sekitar 10x5 meter dengan bangunan 2 lantai yang dipenuhi koleksi-koleksinya yang menarik.
Itu dia ulasan seputar sejarah Museum Pustaka Peranakan Tionghoa yang menarik untuk diketahui. Ada banyak koleksi buku tentang etnis Tionghoa baik sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia. (BrenP)