Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Pembangunan Ka'bah, Bangunan Suci Umat Islam
8 Februari 2025 18:29 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bangunan ini telah mengalami berbagai proses pembangunan, pemugaran, dan renovasi sepanjang sejarah.
Keberadaannya sebagai pusat ibadah dan simbol ketauhidan menjadikan Ka'bah sebagai bangunan suci yang terus dipelihara hingga saat ini.
Sejarah Pembangunan Ka'bah
Dikutip dari kemenag.go.id, sejarah pembangunan Ka'bah bermula pada zaman Nabi Ibrahim.
Dalam perintah yang diberikan oleh Allah Swt, Nabi Ibrahim bersama putranya, Nabi Ismail, membangun Ka'bah di Tanah Suci Makkah.
Proses pembangunan ini disebutkan dalam Al-Qur'an, yang menggambarkan bagaimana Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail meninggikan fondasi Baitullah seraya berdoa agar tempat ini menjadi pusat ibadah yang diberkahi bagi seluruh manusia.
Bangunan Ka'bah yang pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim memiliki bentuk sederhana tanpa atap.
Strukturnya terdiri dari batu-batu yang disusun membentuk dinding dengan ukuran yang tidak sebesar Ka'bah saat ini.
ADVERTISEMENT
Setelah pembangunan selesai, Allah Swt memerintahkan umat manusia untuk menjadikan tempat ini sebagai kiblat dan tempat peribadatan.
Setelah sekian lama berdiri, Ka'bah mengalami berbagai perubahan akibat faktor alam dan usia. Salah satu perbaikan besar pertama dilakukan oleh kaum Quraisy sebelum masa kenabian Rasulullah.
Renovasi ini dilakukan karena Ka'bah mengalami kerusakan akibat banjir besar yang melanda Makkah.
Pada masa ini, struktur Ka'bah diperkuat dengan menggunakan material yang lebih kokoh, dan untuk pertama kalinya, atap dipasang di atas bangunan tersebut.
Ketika proses renovasi berlangsung, terdapat perselisihan di antara para pemimpin Quraisy mengenai siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempatnya.
Rasulullah yang saat itu belum menerima wahyu diutus untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
ADVERTISEMENT
Beliau kemudian mengusulkan agar Hajar Aswad diletakkan di atas sehelai kain, dan setiap pemimpin suku memegang ujung kain tersebut untuk mengangkatnya bersama. Rasulullah sendiri yang kemudian meletakkan batu itu ke tempat semula.
Pada masa pemerintahan Abdullah bin Zubair, Ka'bah kembali mengalami renovasi besar.
Dalam pembangunannya, ia merujuk pada bentuk asli Ka'bah yang didirikan oleh Nabi Ibrahim, termasuk menambahkan pintu kedua agar jamaah lebih mudah memasuki bangunan.
Selain itu, area Hijr Ismail kembali dimasukkan ke bagian Ka'bah seperti bentuk awalnya.
Namun, setelah Abdullah bin Zubair wafat, Hajjaj bin Yusuf Al-Thaqafi atas perintah Khalifah Abdul Malik bin Marwan merombak kembali bangunan Ka'bah dan mengembalikannya ke bentuk yang dibangun oleh kaum Quraisy.
Pintu barat yang sebelumnya ditambahkan oleh Abdullah bin Zubair ditutup kembali, dan ketinggian bangunan sedikit ditambah.
ADVERTISEMENT
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, Ka'bah terus mengalami pemeliharaan dan renovasi kecil.
Salah satu peristiwa besar yang terjadi adalah serangan yang dilakukan oleh pasukan Raja Abrahah dari Yaman yang berniat menghancurkan Ka'bah dengan menggunakan gajah.
Namun, dalam kejadian yang dikenal sebagai peristiwa Tahun Gajah, Allah Swt menggagalkan rencana tersebut dengan mengirimkan burung-burung Ababil yang melemparkan batu panas kepada pasukan Abrahah hingga mereka binasa.
Pada era Dinasti Ottoman, Ka'bah kembali mengalami perombakan besar setelah banjir besar melanda Makkah .
Sultan Murad Khan memerintahkan pembangunan ulang dengan memastikan struktur bangunan lebih kuat dan tahan lama.
Selama masa pemerintahan Turki Utsmani, Ka'bah mendapatkan berbagai tambahan, termasuk perbaikan atap dan dinding luar agar lebih kokoh.
ADVERTISEMENT
Memasuki abad ke-20, Raja Abdul Aziz dari Arab Saudi memulai proyek pemugaran besar-besaran terhadap Masjidil Haram dan Ka'bah.
Renovasi ini mencakup penguatan fondasi, penggantian atap, serta perbaikan struktur dinding yang mulai mengalami kerusakan akibat usia.
Pada tahun 1996, renovasi besar dilakukan kembali dengan mengganti hampir seluruh material bangunan, kecuali batu-batu aslinya.
Dalam proyek ini, atap dan kayu-kayu penyangga diganti dengan material yang lebih tahan lama agar Ka'bah tetap kokoh untuk waktu yang lebih lama.
Sejarah pembangunan Ka'bah menunjukkan bagaimana bangunan suci ini terus dijaga dan diperbaiki oleh berbagai generasi. Ka'bah tetap menjadi pusat ibadah dan kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia. (Khoirul)
ADVERTISEMENT