Konten dari Pengguna

Sejarah Prabu Geusan Ulun atau Pangeran Kusumadinata II

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
2 Januari 2025 23:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Prabu Geusan Ulun, Foto: Pexels/Mike Bird
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Prabu Geusan Ulun, Foto: Pexels/Mike Bird
ADVERTISEMENT
Prabu Geusan Ulun merupakan seorang raja terakhir di Kerajaan Sumedang Larang. Dalam sejarah Prabu Geusan Ulun yang dikenal juga sebagai Pangeran Kusumadinata II, ia memerintah dari tahun 1578 hingga 1608.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari buku yang berjudul Akar Sejarah Perjuangan Umat Islam Indonesia, oleh Dr. Abdul Haris, M.Pd., (37:2024), kerajaan Sumedang Larang merupakan salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Jawa Barat dan memiliki sejarah yang cukup panjang.
Dalam catatan sejarah, kerajaan yang didirikan pada abad ke-8 ini mengalami beberapa perubahan nama. Kerajaan Sumedang Larang merupakan bagian yang terpisah dari Kerajaan Sunda-Galuh yang beraliran Hindu.

Sejarah Prabu Geusan Ulun

Ilustrasi Sejarah Prabu Geusan Ulun, Foto: Pexels/Shaun Iwasawa
Terdapat sejarah Prabu Geusan Ulun yang dapat dikaji. Dikutip dari buku berjudul Akar Sejarah Perjuangan Umat Islam Indonesia, oleh Dr. Abdul Haris, M.Pd., (37:2024), di bawah pemerintahan Pangeran Angkawijaya yang bergelar Prabu Geusan Ulun, Kerajaan Sumedang Larang mencapai puncak kejayaannya.
Prabu Geusan Ulun (1579-1608 M) adalah Pangeran Geusan Ulun yang menjadi raja Sumedang Larang menggantikan orang tuanya, Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun, pada tahun 1579 M.
ADVERTISEMENT
Prabu Geusan Ulun menetapkan Kutamaya sebagai ibu kotanya. Nama aslinya adalah Pangeran Angkawijaya, yang kemudian bergelar Pangeran Kusumahdinata.
Prabu Geusan Ulun juga memindahkan pusat pemerintahan kerajaan Sumedang Larang dari Citembong Karang ke Kutamaya, masih wilayah Sumedang.
Pendeklarasian Sumedang Larang sebagai penerus Kerajaan Pajajaran mendapat dukungan dari berbagai pihak mengingat Prabu Geusan Ulun adalah keturunan raja-raja di talatah Sunda.
Mahkota Pajajaran yang dapat diselamatkan dari serbuan Banten kemudian diberikan kepada Prabu Geusan Ulun. Tak hanya itu, sejumlah atribut kebesaran kerajaan lainnya dan harta peninggalan Pajajaran diserahkan untuk Sumedang Larang.
Di bawah pemerintahan Prabu Geusan Ulun, Kerajaan Sumedang Larang mencapai puncak kejayaannya. Selain memiliki legitimasi yang kuat, wilayah kekuasaannya juga semakin luas berkat pemberian tanah dari Kerajaan Pajajaran.
ADVERTISEMENT
Lalu, saat terjadinya peristiwa Harisbaya, Sumedang Larang dibawah Prabu Geusan Ulun pada tahun 1585 menyatakan diri sebagai negara berdaulat dan terlepas dari Cirebon.
Kemerdekaan Sumedang Larang tidak berlangsung lama, hanya berkisar 35 tahun. Dikarenakan keadaannya saat itu yang relatif lemah dan terjepit antara tiga kekuatan besar yaitu Banten, Cirebon, dan Kesultanan Mataram.
Prabu Aria Suriadiwangsa pada tahun 1620 M memutuskan untuk bergabung dengan Mataram, dimana status Sumedang Larang diturunkan dari Kerajaan menjadi kabupaten di bawah mataram.
Demikianlah sejarah Prabu Geusan Ulun yang dikenal juga sebagai Pangeran Kusumadinata II dari Kerajaan Sumedang Larang. Pusat pemerintahan kerajaan ini dahulu berada di Citembong Karang, yang saat ini termasuk wilayah Kabupaten Sumedang. (IF)
ADVERTISEMENT