Konten dari Pengguna

Sejarah Puputan Margarana yang Penting Diketahui

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
30 Oktober 2023 23:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Daerah Bali. Sumber Gambar: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Daerah Bali. Sumber Gambar: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Puputan Margarana merupakan peristiwa pertempuran antara rakyat Indonesia dengan Belanda yang terjadi di Bali pada 20 November 1946.
ADVERTISEMENT
Sejarah Puputan Margarana berawal dari adanya penandatanganan Perjanjian Linggarjati yang tidak mengakui Bali sebagai bagian dari eksistensi Indonesia.
Simak pembahasan mengenai sejarah Puputan Margarana yang penting diketahui dalam ulasan di bawah ini.

Sejarah Puputan Margarana

Ilustrasi Bendera Indonesia. Sumber Gambar: Pixabay
Dikutip dari Peranan I Gusti Ngurah Rai Dalam Puputan Margarana Tahun 1946 (2012) oleh Enggar, peristiwa Puputan Margarana tahun 1946 dipicu oleh upaya Belanda untuk merebut kembali kendali atas Indonesia, termasuk pulau Bali.
Perang Puputan Margarana di Bali salah satunya dilatarbelakangi oleh hasil Perjanjian Linggarjati antara Belanda dan Indonesia pada 25 Maret 1947.
Pasalnya, Belanda hanya mengakui Sumatera, Jawa, dan Madura sebagai wilayah Indonesia secara de facto. Hal tersebut memicu kemarahan masyarakat Bali.
ADVERTISEMENT
Pasca ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati, pasukan Belanda datang ke Bali untuk menyatukan daerah tersebut dengan Negara Indonesia Timur (NIT).
Hal itu memicu amarah dan penolakan dari masyarakat Bali. Termasuk oleh I Gusti Ngurah Rai yang saat itu menjabat sebagai Kepala Divisi Sunda Kecil.
I Gusti Ngurah Rai lalu berangkat ke Yogyakarta guna berkonsultasi dengan markas besar Tentara Republik Indonesia (TRI), yang sama-sama menolak pembentukan NIT.
Kemudian pada 18 November 1946, I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya melakukan perlawanan dengan menyerang markas pertahanan militer Belanda di Tabanan, Bali.
Belanda yang murka lalu mengerahkan seluruh pasukannya untuk melakukan serangan ke Bali pada 20 November 1946 dini hari. Namun, pasukan Bali belum bisa melakukan serangan balasan karena memiliki kekuatan persenjataan yang minim.
ADVERTISEMENT
Di hari yang sama, pasukan Belanda yang berjumlah sekitar 20 orang mulai berjalan mendekat dari arah barat laut. Akan tetapi, 17 orang di antaranya berhasil ditembak mati oleh pasukan I Gusti Ngurah Rai.
Mengetahui hal itu, Belanda terus berupaya melakukan aksi balasan, namun berulang kali mengalami kegagalan.
Akibatnya, Belanda sampai menghentikan aksinya selama satu jam, sebelum kembali mengirim pasukan lebih banyak lagi beserta pesawat terbang pengintai.
Meski begitu, pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai sukses melakukan perlawanan. Pasukan Belanda pun lalu memutuskan mundur sejauh 500 meter guna menghindari pertempuran. Melihat kesempatan itu, I Gusti Ngurah Rai mencoba untuk meloloskan diri bersama dengan pasukannya.
Sayang dalam perjalanan meloloskan diri tersebut, pasukan Belanda tiba-tiba mengirimkan pesawat terbang untuk menyerang I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya.
ADVERTISEMENT
Di saat-saat terakhirnya, I Gusti Ngurah Rai terus menyerukan kata "Puputan!" yang memiliki arti habis-habisan. Di mana ia dan pasuaknnya terus-menerus melawan serbuan Belanda hingga titik darah penghabisan.
Hingga akhirnya, I Gusti Ngurah Rai beserta pasukannya pun gugur akibat serangan pasukan Belanda. Peristiwa tersebut kemudian dikenal sebagai Puputan Margarana.
Demikian pembahasan mengenai sejarah Puputan Margarana yang penting untuk diketahui. (YRA)