Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Rambu Solo, Upacara Pemakaman Toraja
12 Oktober 2023 21:03 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebagai upacara pemakaman yang telah menjadi tradisi adat Toraja, Rambu Solo memiliki sejarah panjang.
Sejarah Rambu Solo sebagai Upacara Pemakaman Toraja
Suku Toraja memang dikenal memiliki kebudayaan yang sangat unik dan beragam. Salah satu contohnya adalah Rambu Solo, yakni upacara pemakaman adat yang sudah dilakukan sejak abad ke-9.
Dilansir dari situs Kemenparekraf, Rambu Solo adalah ritual penguburan mayat suku Toraja. Tujuan dari upacara ini adalah untuk mengantar roh almarhum menuju alam baka atau puyo.
Upacara ini sudah dilakukan secara turun-temurun hingga saat ini. Pasalnya, masyarakat Tumbang Datu masih memegang teguh adat istiadat dari nenek moyang mereka, yakni Aluk To Dolo.
Arti Rambu Solo dalam bahasa Toraja sendiri adalah asap yang mengarah ke bawah. Maksudnya, ritus-ritus persembahan untuk orang mati dilaksanakan sesudah pukul 12.00, yaitu saat matahari mulai terbenam.
ADVERTISEMENT
Sedangkan secara terminologis, asap memiliki makna sebagai penyembelihan hewan kurban berupa kerbau dan babi. Sementara solo, dimaknai sebagai tanda penghormatan terakhir untuk jenazah.
Rambu Solo sendiri memiliki nilai penting untuk masyarakat Toraja. Jika seseorang yang telah meninggal belum diberi upacara, maka ia hanya dianggap sakit dan akan diperlakukan sebagai orang hidup.
Syarat Pelaksanaan Upacara
Sebelum melaksanakan proses upacara, keluarga harus mengadakan pertemuan terlebih dahulu. Baru setelahnya mempersiapkan pondok, peralatan upacara, dan hewan yang ingin dikurbankan.
Jumlah hewan yang dikurbankan sendiri sesuai dengan golongan masyakat Toraja. Jika seorang bangsawan, maka jumlah kerbau atau babi yang dipotong adalah 24-100 ekor. Sedangkan untuk masyarakat menengah, jumlah yang dibutuhkan hanya 8-50 ekor.
Karena jumlahnya yang sangat banyak, tak jarang beberapa jenazah disimpan di atas atap rumah hingga bertahun-tahun, sampai keluarga almarhum mampu menyiapkan hewan kurban.
ADVERTISEMENT
Itulah sejarah mengenai Rambu Solo beserta syarat pelaksanaannya. Sebagai upacara penghormatan terakhir, tradisi ini tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. (RN)