Konten dari Pengguna

Sejarah Sinterklas, Legenda dan Tradisi Natal yang Mendunia

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
28 Desember 2024 10:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah Sinterklas. Foto: Pexels.com/Sean P. Twomey
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah Sinterklas. Foto: Pexels.com/Sean P. Twomey
ADVERTISEMENT
Sejarah Sinterklas memiliki asal usul yang menarik, dimulai dari seorang uskup asal Turki yang kemudian dikenal sebagai Santo Nikolaus.
ADVERTISEMENT
Dalam legenda, Santo Nikolaus dikenal karena kebaikan hatinya yang memberikan hadiah kepada mereka yang membutuhkan.
Seiring berjalannya waktu, tradisi ini berkembang menjadi kebiasaan memberi hadiah pada hari tertentu yang dikenal sebagai Natal.

Sejarah Sinterklas

Ilustrasi sejarah Sinterklas. Foto: Pexels.com/Humphrey Muleba
Mengutip dari pinesteadchristmastrees.com, sejarah Sinterklas, legenda dan tradisi Natal yang mendunia bermula pada abad ke-4.
Santo Nikolaus, merupakan seorang uskup dari Myra (sekarang bagian dari Turki). Ia dikenal karena kemurahan hatinya dalam memberi hadiah kepada anak-anak dan orang miskin.
Kisah-kisahnya yang penuh kebaikan hati ini menyebar ke seluruh Eropa, dan pada abad pertengahan, banyak orang merayakan hari ulang tahunnya pada tanggal 6 Desember, yang kemudian menjadi hari perayaan Sinterklas.
Seiring waktu, tradisi ini berkembang di Belanda, di mana Sinterklas dirayakan dengan memberikan hadiah kepada anak-anak pada malam tanggal 5 Desember.
ADVERTISEMENT
Ketika Belanda mulai berimigrasi ke Amerika, mereka membawa tradisi ini ke dunia baru.
Namun, seiring berjalannya waktu, pengucapan "Sinterklaas" oleh anak-anak yang tidak bisa mengucapkannya dengan benar berubah menjadi "Santa Claus".
Dalam upaya untuk menggabungkan kebiasaan memberi hadiah dengan Natal yang dirayakan pada tanggal 25 Desember, orang-orang mulai mengasosiasikan Santa Claus dengan hari Natal.
Pada abad ke-19, terutama di Amerika Serikat, sosok Santa Claus mulai berkembang dengan citra yang lebih manusiawi.
Pada tahun 1809, penulis terkenal Washington Irving menggambarkan Santa Claus sebagai sosok pendek, gemuk, dan ceria, jauh berbeda dengan gambaran awalnya sebagai uskup yang berpakaian mewah.
Perubahan citra ini semakin menguat setelah Clement Clarke Moore menulis puisi berjudul "A Visit from St. Nicholas" pada tahun 1823, yang menggambarkan Santa Claus dengan ciri-ciri khasnya, seperti pakaian merah, janggut putih, dan kereta yang ditarik oleh rusa.
ADVERTISEMENT
Pada akhir abad ke-19, kartunis Thomas Nast memperkuat gambaran tersebut dengan menggambar sosok Santa Claus dalam berbagai karya seni yang diterbitkan oleh majalah Harpers Weekly.
Nast juga menambahkan elemen-elemen seperti bengkel Santa Claus di Kutub Utara dan delapan rusa yang mengiringinya dalam perjalanan mengantarkan hadiah pada malam Natal.
Tradisi memberi hadiah yang berasal dari Sinterklas, bersama dengan citra Santa Claus yang lebih modern, menyebar ke seluruh dunia dan menjadi bagian penting dari perayaan Natal di berbagai negara.
Perjalanan sejarah dari Sinterklas tidak hanya memperkaya tradisi Natal, tetapi juga menciptakan ikon budaya yang mendunia.
Sinterklas atau Santa Claus menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Natal, dengan simbolisme kebaikan hati, pemberian hadiah, dan kebahagiaan bersama keluarga.
ADVERTISEMENT
Dengan perkembangan yang terus berlanjut, kini tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari Natal, tetapi juga menjadi ikon budaya yang dikenali di berbagai negara di seluruh dunia.
Sejarah Sinterklas mengajarkan pentingnya berbagi kebahagiaan dan kebaikan hati, yang membuatnya tetap relevan hingga kini. (Khoirul)