Konten dari Pengguna

Sejarah Situs Biting Lumajang, Peninggalan Kerajaan Majapahit

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
1 Januari 2025 19:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Situs Biting Lumajang, Foto:Unsplash/Chris Lawton
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Situs Biting Lumajang, Foto:Unsplash/Chris Lawton
ADVERTISEMENT
Sejarah Situs Biting Lumajang menyimpan kisah menarik tentang kejayaan masa lampau yang masih bisa dirasakan hingga kini.
ADVERTISEMENT
Terletak di tengah wilayah yang strategis, situs ini menjadi salah satu saksi bisu dari peradaban kuno yang pernah berkembang pesat di Nusantara.
Dengan segala keunikan dan nilai historisnya, Situs Biting menawarkan daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang ingin mendalami jejak budaya dan warisan leluhur.

Sejarah Situs Biting Lumajang

Ilustrasi Sejarah Situs Biting Lumajang, Foto:Unsplash/Getty Images
Dikutip dari laman unej.ac.id, sejarah Situs Biting Lumajang mencerminkan kejayaan peradaban masa lalu yang kaya akan nilai historis.
Terletak di Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, situs ini dipercaya sebagai peninggalan Kerajaan Lamajang dan mencakup area seluas sekitar 135 hektare.
Salah satu struktur paling mencolok dari situs ini adalah sisa-sisa tembok benteng yang memiliki panjang 10 kilometer, lebar 6 meter, dan tinggi 10 meter. Keberadaan benteng tersebut menjadi bukti kekuatan pertahanan Kerajaan Lamajang di masa lampau.
ADVERTISEMENT
Situs Biting merupakan kawasan ibu kota Kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dipimpin oleh Prabu Arya Wiraraja. Wilayah ini dilindungi oleh benteng yang sangat kokoh dengan dimensi luar biasa, mencerminkan kemegahan peradaban pada masa itu.
Penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta antara tahun 1982–1991 mengungkapkan bahwa situs ini terbagi menjadi enam blok dengan total luas 135 hektare.
Blok-blok tersebut meliputi blok keraton seluas 76,5 hektare, blok Jeding 5 hektare, blok Biting 10,5 hektare, blok Randu 14,2 hektare, blok Salak 16 hektare, dan blok Duren 12,8 hektare.
Dalam kitab Negarakertagama, kawasan ini disebut sebagai Arnon, yang pada abad ke-17 dikenal sebagai Renong.
Saat ini, area tersebut berada di Desa Kutorenon, yang menurut cerita rakyat identik dengan istilah "Ketonon" atau "terbakar."
ADVERTISEMENT
Nama Biting sendiri berasal dari bahasa Madura, yang berarti "benteng," sesuai dengan ciri khas kawasan ini yang dikelilingi benteng kokoh.
Sayangnya, pada tahun 1995, Situs Biting mengalami kerusakan signifikan akibat pembangunan Perumnas Biting. Sekitar 15 hektare dari kawasan ini rusak, mengancam kelestarian peninggalan sejarah Situs Biting yang berharga.
Mirisnya, lembaga terkait seperti Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur tidak memberikan respons yang memadai terhadap perusakan ini.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya kesadaran dan upaya lebih serius dalam melindungi warisan budaya bangsa. (DANI)