Konten dari Pengguna

Sejarah Sungai Mahakam yang Menyimpan Banyak Misteri

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
3 Februari 2025 19:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah Sungai Mahakam. Foto: Pexels.com/Sami TÜRK
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah Sungai Mahakam. Foto: Pexels.com/Sami TÜRK
ADVERTISEMENT
Sejarah Sungai Mahakam telah dimulai sejak ribuan tahun lalu, menjadikannya salah satu jalur peradaban tertua di Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
Sungai ini memiliki panjang sekitar 920 kilometer, bermula dari Pegunungan Müller dan bermuara di Selat Makassar. Keberadaannya bukan hanya sebagai sumber kehidupan, tetapi juga sebagai jalur utama transportasi dan perdagangan sejak zaman kuno.

Sejarah Sungai Mahakam

Ilustrasi sejarah Sungai Mahakam. Foto: Pexels.com/Caio Soares
Mengutip dari an-nur.ac.id, sejarah Sungai Mahakam telah dimulai sejak abad ke-4 Masehi, ketika sungai ini menjadi pusat peradaban Kerajaan Kutai Martadipura.
Kerajaan bercorak Hindu ini diketahui sebagai kerajaan tertua di Nusantara berdasarkan Yupa, prasasti batu yang ditemukan di Muara Kaman.
Yupa tersebut mencatat kejayaan Raja Mulawarman yang dikenal sebagai pemimpin besar pada masanya.
Keberadaan prasasti ini juga membuktikan bahwa Sungai Mahakam telah menjadi jalur perdagangan internasional, dengan adanya interaksi antara Kutai Martadipura dan pedagang dari India serta Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Sungai Mahakam semakin kuat ketika Kerajaan Kutai Kartanegara muncul pada abad ke-13.
Kerajaan ini awalnya berpusat di daerah Jaitan Layar, kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Tepian Pandan, yang kini dikenal sebagai Tenggarong.
Sungai Mahakam menjadi jalur utama bagi ekspansi wilayah kerajaan, termasuk dalam perdagangan dan diplomasi dengan kerajaan lain di Nusantara.
Pada abad ke-16, Kerajaan Kutai Kartanegara mengalami proses Islamisasi yang berpengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaan di Kalimantan Timur.
Raja Aji Mahkota Islam menjadi pemimpin pertama yang memeluk agama Islam, yang kemudian diikuti oleh rakyatnya.
Pengaruh Islam terus berkembang hingga masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Idris yang memperkuat hubungan dengan Kesultanan Banjar.
Sungai Mahakam juga menjadi saksi berbagai peristiwa sejarah pada masa kolonial. Sejak abad ke-17, wilayah di sepanjang sungai mulai menarik perhatian bangsa Eropa, terutama Belanda.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-19, Belanda mulai memperluas kekuasaannya di Kalimantan Timur dengan mendirikan pos-pos dagang di sekitar Sungai Mahakam.
Belanda mengeksploitasi sumber daya alam seperti kayu ulin, rotan, dan hasil tambang yang diangkut melalui sungai ini.
Pada masa Perang Dunia II, Jepang menguasai Kalimantan Timur dan menjadikan Sungai Mahakam sebagai jalur strategis untuk mobilisasi pasukan serta suplai logistik.
Setelah Indonesia merdeka, daerah di sepanjang Sungai Mahakam mengalami perkembangan pesat, terutama di bidang perdagangan dan industri.
Kota-kota seperti Samarinda dan Tenggarong tumbuh menjadi pusat ekonomi yang bergantung pada sungai ini sebagai jalur utama transportasi barang dan manusia.
Selain memiliki nilai sejarah yang tinggi, Sungai Mahakam juga menjadi habitat bagi berbagai spesies langka, salah satunya adalah Pesut Mahakam.
ADVERTISEMENT
Mamalia air tawar ini merupakan spesies lumba-lumba yang hanya ditemukan di beberapa sungai di dunia, termasuk Sungai Mahakam.
Namun, populasi Pesut Mahakam semakin berkurang akibat aktivitas manusia, seperti penangkapan ikan menggunakan bahan kimia dan kerusakan lingkungan akibat industri.
Sungai Mahakam juga menjadi rumah bagi berbagai spesies burung endemik, termasuk beberapa jenis rangkong dan bangau yang hanya ditemukan di Kalimantan.
Selain itu, sungai ini dihuni oleh buaya muara, ikan belida, dan berbagai jenis ikan air tawar yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.
Oleh sebab itu, sejarah Sungai Mahakam tidak hanya mencerminkan perjalanan panjang sebuah peradaban, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya sungai ini bagi kehidupan masyarakat Kalimantan Timur.
Kelestariannya harus dijaga agar manfaatnya tetap dirasakan oleh generasi mendatang. (Khoirul)
ADVERTISEMENT