Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Tradisi Syawalan Setiap Habis Lebaran bagi Umat Islam
18 April 2024 22:57 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejarah tradisi syawalan atau kupatan bermula ketika Islam masuk ke Indonesia, sehingga terjadilah proses akulturasi dengan budaya Jawa.
ADVERTISEMENT
Artikel berikut akan membahas lebih lanjut tentang sejarah tradisi syawalan yang dirayakan oleh umat Islam hingga saat ini.
Sejarah Tradisi Syawalan
Melalui buku Tradisi-tradisi Islam Nusantara: Perspektif Filsafat dan Ilmu Pengetahuan, Puji Rahayu menyebut bahwa tradisi syawalan merupakan tradisi asli Indonesia yang bermula sejak datangnya para Walisongo.
Saat itu, masuknya Islam di Indonesia sempat menimbulkan ketidaknyamanan, sehingga timbul disharmoni antara Islam dan budaya Jawa yang saat itu sudah lekat dengan pengaruh agama Hindu Budha.
Para wali ketika itu berusaha meleburkan budaya Islam ke dalam budaya Jawa tanpa cara yang radikal atau menggunakan kekerasan.
Para wali justru memanfaatkan pemikiran orang Jawa yang percaya akan simbol tertentu yang dianggap memiliki kesakralan atau keberkahan tertentu.
ADVERTISEMENT
Para wali justru membuat sebuah tradisi baru dengan syawalan agar bisa diterima oleh masyarakat. Menggabungkan dua tradisi dan budaya, para wali mampu mewujudkan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.
Bagi orang Jawa, ketupat memiliki filosofi mendalam untuk diyakini dan diamalkan. Dari sisi bahasa, ketupat diambil dari bahasa Arab yaitu kuffat atau kafi yang berarti sudah cukup harapan.
Sedangkan dalam bahasa Jawa, dikenal dengan kupat yang memiliki arti ngaku lepat atau mengakui kesalahan di hari yang fitri sebagai simbol saling memaafkan.
Dalam KBBI, 'syawalan" memiliki arti acara saling memaafkan pada hari lebaran. Dalam budaya Jawa, syawalan bisa menjadi momen tepat untuk melakukan sungkeman.
Memohon maaf atas segala khilaf dan dosa kepada kerabat terutama bertujuan untuk mendapat berbagai keuntungan sekaligus ampunan dari Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Tradisi kupatan biasanya dilakukan pada tanggal 8 bulan Syawal. Hal ini karena umat Islam biasanya melakukan puasa sunnah Syawal pada hari kedua hingga ketujuh setelah puasa Ramadan.
Tradisi syawalan sebagai bagian dari agama dan juga budaya yang kuat, perlu untuk terus dibanggakan dan dilestarikan sebagai produk Indonesia.
Demikian adalah sejarah tradisi syawalan yang terus dilakukan oleh umat Islat hingga detik ini. (SP)