Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Waduk Jatiluhur dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia
27 November 2024 18:36 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah Waduk Jatiluhur menjadi salah satu catatan penting dalam membangun infrastruktur yang memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat di tanah air.
ADVERTISEMENT
Waduk ini menjadi simbol pembangunan multifungsi yang menunjang berbagai sektor penting.
Dengan nilai sejarah dan strategis yang tinggi, waduk ini terus memainkan peran vital dalam pengelolaan sumber daya air nasional.
Sejarah Waduk Jatiluhur
Berikut adalah sejarah Waduk Jatiluhur dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, dikutip dari purwakartakab.go.id.
Ide pembangunan waduk ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1930 oleh Prof. Dr. Ir. Wilem Johan van Blommestein, seorang ahli perairan asal Belanda.
Kajian ini baru dilanjutkan pada tahun 1955 oleh Ir. Van Scravendijk, kemudian disempurnakan menjadi “Jatiluhur Multipurpose Project” oleh Ir. Abdullah Angudi pada tahun 1960.
Proyek ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan irigasi, pembangkit listrik, pengendalian banjir, dan pasokan air bersih.
Pembangunan Waduk Jatiluhur dimulai pada tahun 1957 dengan peletakan batu pertama oleh Presiden Soekarno.
ADVERTISEMENT
Proyek ini membutuhkan pengorbanan besar, termasuk penenggelaman 14 desa dengan total 5.002 penduduk yang harus direlokasi.
Setelah sepuluh tahun, pada 26 Agustus 1967, Presiden Soeharto meresmikan waduk ini dengan nama Bendungan Ir. H. Djuanda, menghormati Perdana Menteri yang berjasa besar dalam realisasi proyek tersebut.
Waduk Jatiluhur menjadi waduk terbesar di Indonesia dengan luas genangan 4.500 km² dan potensi air mencapai 12,9 miliar m³ per tahun.
Waduk Jatiluhur memberikan dampak signifikan pada perekonomian Indonesia.
Sebagai sumber irigasi utama, waduk ini mendukung pertanian dengan mencakup 242.000 hektare lahan, meningkatkan ketahanan pangan.
Sektor perikanan juga berkembang pesat melalui budidaya keramba jaring apung yang menghasilkan ribuan ton ikan per tahun.
Selain itu, pembangkit listrik dengan kapasitas 187,5 MW mendukung kebutuhan energi domestik dan industri serta masyarakat lain di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Fungsi lain Waduk Jatiluhur adalah mengendalikan banjir di wilayah Karawang dan Bekasi, wilayah yang rentan terkena dampak hujan deras.
Pasokan air bersih dari waduk ini juga menjadi sumber utama bagi kebutuhan rumah tangga dan industri di Jawa Barat, serta mendukung sektor perikanan melalui budidaya perikanan air tawar.
Dampak ekonominya terlihat dari meningkatnya produksi pertanian, stabilitas pasokan air untuk berbagai sektor, dan kontribusinya terhadap energi terbarukan melalui pembangkit listrik tenaga air.
Proyek ini tidak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga menjadi bukti nyata pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Dengan biaya pembangunan sebesar 230 juta dolar AS, Waduk Jatiluhur kini menjadi salah satu infrastruktur terpenting di Indonesia.
Kehadirannya tidak hanya menciptakan manfaat lokal, tetapi juga mendukung pembangunan nasional secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Sejarah Waduk Jatiluhur menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan masyarakat luas.
Dengan berbagai dampaknya yang positif, waduk ini terus menjadi bagian penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. (Shofia)
Baca Juga : Pakaian Adat Bengkulu: Pesona dan Filosofinya