Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Waduk Selorejo dan Peran Pentingnya di Jawa Timur
21 Desember 2024 18:19 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Waduk Selorejo merupakan salah satu bendungan yang memiliki peranan penting dalam pengelolaan sumber daya air di Jawa Timur.
Bendungan ini dibangun untuk membendung Sungai Konto dan berfungsi untuk berbagai keperluan, terutama irigasi dan pembangkit listrik.
Sejarah Waduk Selorejo
Berdasarkan web p2k.stekom.ac.id, Waduk Selorejo dikenal sebagai bendungan pertama di Indonesia yang menerapkan teknik grouting untuk mencegah kebocoran.
Waduk Selorejo menjadi model dalam konstruksi bendungan modern. Dengan kedalaman grouting rata-rata mencapai 30 meter, teknik ini memastikan keamanan dan efisiensi dalam pengoperasian bendungan.
1. Proses Pembangunan Waduk Selorejo
Sejarah waduk selorejo dimulai pada tahun 1963, ketika Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur melakukan persiapan untuk pembangunan.
Untuk mengalihkan aliran Sungai Konto selama proses pembangunan, pada tahun 1965, Dinas Pengairan menunjuk Waskita Karya untuk membangun bendungan pembantu dan terowongan pengelak.
ADVERTISEMENT
Langkah ini penting untuk memastikan kelancaran pembangunan waduk utama.
Pada tahun 1967, tanggung jawab pembangunan dialihkan dari Dinas Pengairan ke Proyek Brantas.
Proyek Brantas melanjutkan pembangunan bendungan pembantu dan terowongan pengelak hingga selesai pada 22 Desember 1970, dengan total biaya mencapai Rp 3,997 milyar.
Pembangunan waduk utama kemudian dilanjutkan dan berhasil diselesaikan pada tahun 1972.
2. Fungsi dan Manfaat Waduk Selorejo
Waduk Selorejo tidak hanya berfungsi sebagai reservoir air, tetapi juga memiliki banyak manfaat bagi masyarakat.
Air yang terbendung dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian seluas sekitar 5.700 hektar di daerah Pare dan Jombang. Hal ini sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Selain itu, bendungan ini juga dilengkapi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Selorejo, yang memiliki kapasitas 4,5 MW.
ADVERTISEMENT
PLTA ini dirancang oleh Soejoedi Wirjoatmodjo dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan listrik di Malang . Listrik yang dihasilkan biasanya dikirim melalui jaringan kabel transmisi 70 kV.
3. Dampak Erupsi Gunung Kelud
Pada tahun 2014, erupsi Gunung Kelud sempat menutup kompleks Bendungan Selorejo. Akibatnya, pengoperasian PLTA Selorejo terhenti sementara.
Meskipun demikian, waduk ini tetap menjadi infrastruktur vital bagi pengelolaan air dan pembangkit listrik di Jawa Timur.
Air yang terbendung oleh Bendungan Selorejo juga dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik di PLTA Mendalan dan PLTA Siman yang terletak di Kabupaten Malang.
Dengan demikian, waduk ini berkontribusi tidak hanya dalam irigasi, tetapi juga dalam penyediaan energi. Dari pengelolaan irigasi hingga penyediaan energi, waduk ini memainkan peran penting dalam mendukung pembangunan daerah.
ADVERTISEMENT
Dengan pemeliharaan yang baik, waduk Selorejo diharapkan dapat terus memberikan manfaat bagi generasi mendatang.
Sejarah waduk selorejo menunjukkan bagaimana infrastruktur air dapat memberikan dampak besar bagi kehidupan masyarakat. (Haris)