Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Wayang: Seni Pertunjukan yang Mengakar dalam Budaya Indonesia
5 November 2024 12:21 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah wayang merupakan bagian integral dari warisan budaya Indonesia yang kaya.
ADVERTISEMENT
Sejak zaman dahulu, wayang telah menjadi salah satu bentuk seni pertunjukan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengandung pesan moral yang mendalam.
Sebagai salah satu bentuk ekspresi budaya, wayang mencerminkan perjalanan panjang yang melibatkan berbagai pengaruh dan tradisi yang telah terjalin dalam masyarakat.
Sejarah Wayang
Mengutip dari buku Pemahaman dan Strategi Komunikasi Politik, Syarbaini (2023: 227), sejarah wayang di Indonesia bisa ditelusuri hingga lebih dari 1500 tahun sebelum Masehi.
Dalam konteks awal, wayang berfungsi sebagai alat dalam upacara ritual dan keagamaan, yang bertujuan untuk menghormati roh nenek moyang.
Kemudian, dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha, seni wayang mulai mengalami perkembangan yang signifikan.
Pertunjukan ini menjadi medium untuk menyampaikan ajaran agama serta kisah-kisah epik yang terkenal seperti Ramayana dan Mahabharata, yang tidak hanya mendidik tetapi juga menghibur masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pada masa Kerajaan Mataram Kuno, yang berlangsung antara abad ke-8 hingga ke-10, seni wayang semakin berkembang. Pada masa ini, wayang tidak hanya digunakan untuk keperluan spiritual, tetapi juga menjadi bentuk hiburan bagi masyarakat.
Proses ini menggabungkan berbagai elemen lokal yang semakin memperkaya bentuk seni pertunjukan ini.
Dengan kedatangan Islam di Tanah Air, terutama pada Era Kerajaan Demak, terjadi perubahan besar dalam budaya wayang.
Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam mulai terintegrasi ke dalam pertunjukan wayang, memberikan perspektif baru yang mencerminkan kehidupan masyarakat pada masa itu.
Pertunjukan wayang kulit, khususnya, mulai menampilkan tokoh dan cerita yang selaras dengan nilai-nilai Islam, sehingga menciptakan karya yang lebih relevan bagi penonton.
Pengakuan internasional terhadap seni wayang juga semakin terlihat ketika pada tahun 2003, UNESCO mengakui wayang kulit Indonesia sebagai Warisan Budaya Takbenda.
ADVERTISEMENT
Pengakuan ini menandakan pentingnya wayang dalam konteks budaya global dan menjadi bukti bahwa warisan ini patut dilestarikan dan dihargai oleh generasi mendatang.
Wayang kulit sendiri, yang merupakan salah satu jenis pertunjukan yang masih populer hingga saat ini, mengandung nilai filosofis, pedagogis, historis, dan simbolis yang mendalam.
Selain itu, wayang golek, yang berkembang antara abad ke-19 dan ke-20, menambahkan dimensi baru pada seni pertunjukan ini.
Wayang golek, yang berasal dari daerah pesisir Utara Jawa seperti Brebes dan Cirebon, memiliki karakter dan cerita yang unik, memberikan kekayaan yang lebih pada variasi wayang.
Secara keseluruhan, sejarah wayang menggambarkan perjalanan budaya yang beragam.
Dengan berbagai jenis pertunjukan yang dikelompokkan berdasarkan cerita, teknik pementasan, dan bahan yang digunakan, wayang tetap menjadi salah satu warisan budaya yang harus dijaga oleh pelajar dan masyarakat luas. (Shofia)
ADVERTISEMENT