Konten dari Pengguna

Siapa Pemimpin Partai Politik Masyumi? Ini Jawaban dan Penjelasannya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
5 Oktober 2024 19:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pemimpin Partai Politik Masyumi, Foto: Unsplash/Mr Cup / Fabien Barral
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pemimpin Partai Politik Masyumi, Foto: Unsplash/Mr Cup / Fabien Barral
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemimpin partai politik Masyumi adalah figur penting dalam sejarah politik Indonesia. Pemimpin Partai Masyumi ini memainkan peran besar dalam membawa aspirasi umat Islam ke ranah politik nasional.
ADVERTISEMENT
Partai Masyumi didirikan pada 7 November 1945 sebagai representasi politik dari umat Islam Indonesia. Partai ini bertujuan untuk memperjuangkan aspirasi umat Islam dalam sistem politik Indonesia yang baru merdeka.
Dikutip dari jurnal Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960), Insan Fahmi Siregar, (2013:89), Partai Masyumi merupakan salah satu partai politik yang lahir dari rahim proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Perjalanan Pemimpin Partai Politik Masyumi dalam Kancah Politik Indonesia

Ilustrasi Pemimpin Partai Politik Masyumi, Foto: Unsplash/Cheryl Winn-Boujnida
Partai politik Masyumi dipimpin oleh beberapa tokoh penting. Para pemimpin ini berperan dalam membangun landasan kebijakan yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam, tanpa meninggalkan semangat nasionalisme.
Berikut adalah beberapa pemimpin penting dalam sejarah Masyumi beserta perannya.

1. Mohammad Natsir

Mohammad Natsir adalah tokoh utama dan pemimpin penting di Masyumi. Ia menjadi Ketua Dewan Partai sejak awal pendirian Masyumi dan salah satu figur yang paling dikenal dalam pergerakan Islam modern di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Natsir adalah seorang intelektual Muslim yang memiliki pandangan moderat. Ia mendukung negara Indonesia yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam, tetapi tetap menghormati keberagaman agama di Indonesia.
Natsir menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia dari September 1950 hingga Maret 1951.
Ia terkenal dengan Mosi Integral Natsir yang menjadi salah satu faktor kembalinya Indonesia ke bentuk negara kesatuan setelah sempat menjadi negara serikat (Republik Indonesia Serikat).
Sebagai Perdana Menteri, ia memimpin pemerintahan dalam suasana pascaperang kemerdekaan yang penuh tantangan.

2. Dr. Sukiman Wirjosandjojo

Dr. Sukiman juga merupakan salah satu pemimpin terkemuka Masyumi. Ia berasal dari kalangan intelektual Jawa yang aktif dalam politik Islam.
Sukiman adalah salah satu tokoh yang menonjol dalam merumuskan kebijakan partai dan memperjuangkan posisi Islam dalam politik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sukiman menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia dari April 1951 hingga Februari 1952.
Pemerintahannya terkenal dengan Perjanjian Mutual Security Act (MSA) antara Indonesia dan Amerika Serikat, yang memicu kritik karena dianggap terlalu berpihak pada blok Barat di tengah-tengah ketegangan Perang Dingin.
Akibatnya, ia kehilangan dukungan dari banyak anggota partainya dan akhirnya jatuh dari kekuasaan.

3. Burhanuddin Harahap

Burhanuddin Harahap adalah tokoh dari Sumatera Utara yang menjadi salah satu pemimpin penting di Masyumi. Ia sangat aktif dalam merumuskan arah kebijakan Masyumi dan dikenal karena integritasnya sebagai politisi.
Burhanuddin Harahap menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia dari Agustus 1955 hingga Maret 1956.
Pemerintahannya mencatat prestasi penting, yakni menyelenggarakan Pemilu 1955, pemilihan umum pertama di Indonesia yang dianggap adil dan demokratis.
ADVERTISEMENT
Pemilu 1955 ini menghasilkan Konstituante yang bertugas merancang UUD baru bagi Indonesia, meskipun Konstituante akhirnya gagal mencapai kesepakatan dan dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada 1959.

4. Abu Hanifah

Abu Hanifah adalah pemimpin muda dalam Masyumi yang dikenal sebagai intelektual Islam. Ia berperan penting dalam menjaga arah ideologis partai, terutama dalam hal hubungan antara Islam dan negara.
Abu Hanifah merupakan salah satu anggota kabinet di beberapa pemerintahan pasca-kemerdekaan. Ia juga dikenal sebagai seorang akademisi dan ahli hukum Islam yang pemikirannya banyak dipengaruhi oleh perkembangan politik Islam di dunia internasional.

5. Mohammad Roem

Mohammad Roem adalah seorang diplomat ulung dan pemimpin Masyumi yang berperan penting dalam negosiasi internasional serta dalam perumusan kebijakan partai.
Ia dikenal karena integritas dan pandangannya yang moderat tentang peran Islam dalam negara Indonesia modern.
ADVERTISEMENT
Roem memegang beberapa posisi penting dalam pemerintahan, termasuk Menteri Dalam Negeri dan Menteri Luar Negeri.
Ia paling dikenal atas perannya dalam Perundingan Roem-Roijen pada tahun 1949, yang membantu membuka jalan bagi kedaulatan penuh Indonesia dari Belanda setelah Konferensi Meja Bundar (KMB).

6. Fachruddin Prijanggono

Fachruddin Prijanggono adalah salah satu pemimpin dan aktivis dalam organisasi pemuda Masyumi serta terlibat aktif dalam pergerakan Islam di kalangan pemuda Indonesia.
Ia adalah sosok penting dalam memperkuat jaringan Masyumi di kalangan pemuda Muslim.

7. Zainul Arifin

Zainul Arifin adalah pemimpin sayap militer Masyumi, yang sangat dihormati oleh para ulama dan komunitas pesantren. Ia terlibat dalam berbagai aktivitas sosial dan pendidikan di bawah Masyumi.
Zainul Arifin juga memiliki peran penting dalam Tentara Nasional Indonesia selama masa revolusi fisik dan kemudian menjadi Wakil Ketua DPR-RI setelah kemerdekaan. Ia adalah sosok yang disegani dalam dunia politik dan militer.
ADVERTISEMENT

Bubarnya Masyumi

Ilustrasi Pemimpin Partai Politik Masyumi, Foto: Pexels/Jordan Benton
Pada akhir 1950-an, Masyumi menjadi salah satu partai yang paling menentang kebijakan otoritarian Presiden Soekarno, terutama setelah pembentukan sistem Demokrasi Terpimpin yang dipandang merusak prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan politik.
Sebagai akibat dari keterlibatan beberapa tokoh Masyumi dalam Pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatera, Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960.
Banyak tokoh Masyumi, termasuk Mohammad Natsir, ditahan karena dianggap terlibat dalam pemberontakan ini.

Warisan Politik Masyumi

Ilustrasi Pemimpin Partai Politik Masyumi, Foto: Pexels/Jordan Benton
Setelah bubarnya Masyumi, banyak tokoh Islam tetap aktif dalam politik dan berusaha melanjutkan perjuangan partai ini melalui organisasi lain.
Pada masa Orde Baru, Masyumi tidak diperbolehkan berdiri kembali, tetapi warisan ideologinya diteruskan oleh partai-partai Islam seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Bulan Bintang (PBB).
ADVERTISEMENT
Memahami peran pemimpin partai politik Masyumi, masyarakat Indonesia dapat menelusuri bagaimana kontribusi para pemimpinnya dalam membangun identitas politik Indonesia yang demokratis dan pluralistik.