Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Strategi Perlawanan Etnik Tionghoa Terhadap VOC
19 Oktober 2023 21:05 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Strategi perlawanan Etnik Tionghoa terhadap VOC merupakan sejarah yang tidak terlupakan bagi kelompok Tionghoa. Berdasarkan catatan sejarah, sebelum terjadi konflik, hubungan VOC dan Tionghoa berjalan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Konflik tersebut dipicu oleh munculnya aturan yang dicetuskan oleh Gubernur jendral VOC, Johannes Camphuijs tentang pembatasan masuknya orang Tionghoa ke Batavia.
Menurut Johannes Vermeulen dalam bukunya yang berjudul Tionghoa di Batavia dan Huru-Hara, faktor yang menjadi pemicu VOC melakukan pembatas kepada orang Tionghoa dikarenakan banyak kelompok etnik Tionghoa yang melakukan pencurian, menipu, dan tindakan-tindakan tidak baik lainnya.
Untuk mengetahui cerita lebih lanjut tentang strategi yang digunakan etnik Tionghoa untuk melawan VOC, simak uraian di bawah ini.
Strategi Perlawanan Etnik Tionghoa
Etnik Tionghoa dalam melawan VOC dibantu oleh kalangan bangsawan dari Mataram yang kontra dengan VOC dan Pakubuwono II. Perlawanan tersebut dipimpin oleh Raden Mas Said, Raden Mas Garendi, dan Kapiten Sepanjang.
ADVERTISEMENT
Dalam perlawanan tersebut, tepatnya pada tanggal 1742 Raden Mas Garendi atau yang biasa dikenal dengan Sunan Kuning dan pasukannya berhasil menguasai atau merebut keraton Kasunanan di Kartasura.
Karena keadaan dan suasana yang genting, akhirnya para pasukan VOC menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk menetralkan keadaan tersebut. Salah satu strateginya yaitu mengajak Pakubuwono II dan Cakraningrat IV untuk merebut kembali wilayah yang telah direbut oleh Raden Mas Garendi.
Pada November 1942, para aliansi VOC, Cakradiningrat IV, dan Pakubuwono II memperebutkan kembali Kartasura. Akhirnya perebutan tersebut dimenangkan oleh kelompok VOC.
Setelah berhasil menduduki Kartasura, VOC meminta Raden Mas Gerandi melarikan diri bersama para pasukannya.
Singkat cerita, pada1973 tepatnya bulan November, Raden Mas Garendi dan pasukannya menyerahkan diri. Kemudian diasingkan ke Srilanka setelah ditahan beberapa hari di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, strategi perlawanan etnik Tionghoa melawan VOC yaitu dengan meminta bantuan kepada bangsawan Mataram yang tidak cocok dengan VOC dan Pakubuwono II.