Konten dari Pengguna

Teks Biografi R.A. Kartini yang Mengawali Emansipasi Wanita di Indonesia

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
16 April 2025 14:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Teks Biografi R.A. Kartini yang Mengawali Emansipasi Wanita di Indonesia, Pexels/Renda Eko Riyadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Teks Biografi R.A. Kartini yang Mengawali Emansipasi Wanita di Indonesia, Pexels/Renda Eko Riyadi
ADVERTISEMENT
Teks Biografi R.A. Kartini merupakan salah satu bentuk tulisan yang menggambarkan perjalanan hidup tokoh perempuan pelopor emansipasi wanita di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam teks ini, pembaca dapat mengetahui latar belakang kehidupan Kartini, perjuangannya dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi kaum perempuan, serta pemikirannya yang dituangkan melalui surat-suratnya.
Teks biografi ini tidak hanya berisi informasi sejarah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus memperjuangkan kesetaraan dan keadilan.

Teks Biografi R.A. Kartini

Ilustrasi Teks Biografi R.A. Kartini, Pexels/Ihsan Adityawarman
Teks Biografi R.A. Kartini mengisahkan perjalanan hidup seorang tokoh perempuan Indonesia yang dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita.
Mengutip dari buku Jejak Hidup Raden Ajeng Kartini, Rudiyant (2023), Raden Ajeng Kartini adalah tokoh pelopor emansipasi wanita di Indonesia. Lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, Kartini berasal dari keluarga bangsawan Jawa.
Ayahnya, R.M. Adipati Ario Sosroningrat, adalah seorang Bupati Jepara, sedangkan ibunya, M.A. Ngasirah, merupakan istri pertama dari kalangan rakyat biasa.
ADVERTISEMENT
Karena sistem feodal saat itu, Kartini menghadapi banyak batasan dalam hal pendidikan dan kebebasan perempuan.
Meski hanya sempat mengenyam pendidikan formal sampai usia 12 tahun karena harus menjalani masa pingitan, Kartini tetap bersemangat untuk belajar secara mandiri.
Ia gemar membaca buku, surat kabar, dan menulis surat kepada teman-teman korespondensinya di Belanda.
Melalui surat-surat itu, Kartini menyampaikan pemikiran kritis tentang ketidakadilan yang dialami perempuan pribumi, termasuk soal pendidikan, pernikahan paksa, dan adat yang mengekang.
Gagasan-gagasannya dituangkan dalam surat-surat yang kemudian dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul "Door Duisternis tot Licht" (Habis Gelap Terbitlah Terang).
Buku ini menjadi warisan penting pemikiran Kartini dan memengaruhi perjuangan kaum perempuan di masa selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Pada 1903, Kartini menikah dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah, Kartini mendirikan sekolah wanita di Rembang sebagai wujud nyata perjuangannya dalam bidang pendidikan.
Namun, perjuangan Kartini harus terhenti saat wafat pada 17 September 1904, di usia 25 tahun, setelah melahirkan anak pertamanya.
Itulah penjelasan mengenai teks Biografi R.A. Kartini yang mengawali emansipasi wanita di Indonesia. Meski hidup singkat, pemikiran dan semangat Kartini tetap hidup dan dikenang.