Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tradisi Brobosan Jawa sebagai Upacara Kematian
17 Mei 2024 19:41 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Artikel berikut akan membahas lebih lanjut tentang tradisi brobosan Jawa yang pasti menarik untuk disimak.
Tradisi Brobosan Jawa
Dalam buku 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia karya Fitri Haryani, diungkapkan bahwa brobosan memiliki arti menerobos. Tradisi brobosan adalah ritual yang dilakukan masyarakat Jawa saat ada sanak saudara yang meninggal.
Bagian Jawa yang melakukan tradisi brobosan ini terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta sebagai tradisi leluhur.
Tradisi ini dilakukan sebagai salah satu ritual dalam bentuk upacara kematian. Pelaku tradisi sendiri biasanya adalah anak, cucu, dan kerabat dari orang yang telah meninggal tersebut.
Tradisi brobosan dilakukan berdasarkan kepercayaan Jawa yang berbunyi mikul dhuwur mendhem jero yang artinya menjunjung tinggi dan mengenang jasa dari orang yang telah meninggal.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini dipercaya sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada mendiang dan dapat mengobati perasaan sedih keluarga yang ditinggalkan.
Proses brobosan biasanya dilakukan di depan rumah orang yang sudah meninggal tersebut. Orang-orang akan mengangkat keranda mayat sambil memanjatkan doa seperti biasa.
Setelah selesai, proses brobosan dimulai dengan anggota keluarga yang paling tua. Mereka akan berjalan di bawah keranda mayat yang sedang berhenti sambil diangkat tinggi.
Proses melewati bawah keranda itu dilakukan bergantian dan terus menerus selama tiga kali. Brobosan akan dimulai dari sebelah kanan jenazah, lalu berbalik ke depan, dan masuk lagi dari sebelah kanan.
Usia jenazah juga dipercaya akan mempengaruhi usia orang yang melakukan brobosan. Bila jenazah yang meninggal memiliki ilmu tinggi, maka dipercaya ilmunya akan diturunkan pada orang yang melakukan brobosan.
ADVERTISEMENT
Bila anak-anak yang meninggal, maka tidak dilakukan brobosan agar kerabat terdekat tidak tertular oleh nasib yang menyedihkan itu.
Namun, semakin maju perkembangan zaman, semakin jarang juga masyarakat yang melakukan tradisi ini. Brobosan ini sudah tidak banyak dilakukan oleh masyarakat Jawa.
Sebaliknya, hanya ada beberapa wilayah tertentu saja yang masih melestarikan tradisi brobosan Jawa ini. (SP)