Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Tradisi Gotong Royong dari Toraja Disebut Apa? Ini Penjelasan Lengkapnya
8 September 2024 2:21 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belum banyak yang tahu tradisi gotong royong dari Toraja disebut apa. Namun, sebenarnya hal ini sudah cukup sering dibahas, baik itu di buku maupun internet.
ADVERTISEMENT
Toraja sendiri memang menjadi salah satu suku di Indonesia yang terkenal akan keunikan adat dan tradisinya, termasuk berkaitan dengan tradisi gotong royong. Bukan gotong royong biasa, ada tradisi tersendiri di Toraja.
Menjawab Pertanyaan Tradisi Gotong Royong dari Toraja Disebut Apa?
Dikutip dari situs itjen.kemdikbud.go.id, dijelaskan bahwa tradisi gotong royong dari Toraja disebut dengan Rambu Solo’. Tradisi ini merupakan upacara pemakaman yang melibatkan banyak orang dalam pelaksanaannya.
Pada upacara tersebut, tidak jarang disajikan pertunjukan kesenian untuk menghidupkan suasana sekaligus sebagai penghormatan terakhir bagi orang yang sudah sudah meninggal dunia.
Adapun pertunjukan musik daerah dan tarian adat yang umum digunakan untuk mengiringi upacara Rambu Solo’ di antaranya Pa’Badong, Pa’Dondi, Pa’Randing, Pa’Katia, Pa’Papanggan, Passailo dan Pa’Silaga Tedong.
ADVERTISEMENT
Filosofi yang Terkandung dalam Upacara Rambu Solo’
Penyelenggaraan Rambu Solo’ mencerminkan kehidupan masyarakat Toraja yang saling tolong menolong, gotong royong, dan memiliki sifat kekeluargaan.
Pelaksanaan upacara Rambu Solo’ dianggap menjadi penentu posisi arwah orang yang meninggal. Oleh karenanya, masyarakat saling bergotong royong untuk melancarkan pelaksanaan upacara tersebut.
Menurut adat masyarakat Toraja, posisi arwah yang disemayamkan terbagi menjadi beberapa, mulai dari arwah gentayangan (Bombo), arwah setingkat dengan dewa (To Mebali Puang), atau arwah pelindung (Deata).
Berdasarkan hal itu, berkembang kepercayaan bahwa tanpa adanya upacara pemakaman Rambu Solo’, maka akan timbul dampak buruk kepada orang-orang yang ditinggalkan yaitu dalam bentuk kemalangan.
Untuk menghindari kemalangan, diadakanlah upacara Rambu Solo’ yang dilaksanakan secara bergotong royong supaya terasa lebih ringan. Terlebih orang yang baru ditinggalkan masih dalam suasana berkabung.
ADVERTISEMENT
Demikianlah penjelasan mengenai pertanyaan tradisi gotong royong dari Toraja disebut apa. Jawabannya sesuai yang telah dibahas di atas yaitu Rambu Solo’ yang merupakan upacara kematian masyarakat Toraja.