Konten dari Pengguna

Tradisi Gotong Royong di Papua Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
28 Mei 2024 19:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Hanya Sekedar Ilustrasi: Tradisi Gotong Royong di Papua. Sumber: Sony Feo/Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto Hanya Sekedar Ilustrasi: Tradisi Gotong Royong di Papua. Sumber: Sony Feo/Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tradisi gotong royong di Papua yang terkenal adalah tradisi Anu Beta Tubat dan tradisi Bakar Batu. Kedua tradisi ini merupakan warisan budaya tak benda, yakni peninggalan yang tidak dapat diraba, namun dapat diketahui dengan pasti keberadaannya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahui penjelasan kedua tradisi gotong royong tersebut, simak di sini!

Tradisi Gotong Royong di Papua

Foto Hanya Sekedar Ilustrasi: Tradisi Gotong Royong di Papua. Sumber: Mio Advincula/Pexels.com
Tradisi gotong royong di Papua yang sangat menarik dan menjadi suatu tradisi yang tidak lekang dimakan waktu adalah tradisi Anu Beta Tubat dan tradisi Bakar Batu. Inilah penjelasan kedua tradisi tersebut:

1. Tradisi Anu Beta Tubat

Tradisi Anu Beta Tubat adalah tradisi yang berisikan praktik gotong royong di masyarakat Maybrat tepatnya di Provinsi Papua Barat. Tradisi ini dilaksanakan secara bersama-sama dengan mengangkat suatu beban.
Semangat kebersamaan dan gotong royong masyarakat Maybrat telah ada sejak zaman nenek moyang dan terus lestari hingga sekarang. Prosesi dalam tradisi ini adalah masyarakat bahu-membahu melakukan swadaya untuk mengatasi hambatan serta tantangan.
Tradisi Anu Beta Tubat dilaksanakan ketika pembukaan kebun, ladang, menyekolahkan anak-anak, pembayaran mahar (mas kawin), maupun denda adat menurut aturan adat istiadat setempat, serta saat pembangunan rumah permanen milik warga.
ADVERTISEMENT

2. Tradisi Bakar Batu

Nindyo Budi Kumoro, dkk dalam buku berjudul Menaksir Gerak dan Arah Pembangunan Indonesia Timur: Seri Studi Kebudayaan 3 menjelaskan bahwa tradisi Bakar Batu membutuhkan waktu yang cukup lama sampai seluruh makanan cukup matang untuk siap dihilangkan.
Maka dari itu, dalam tradisi masyarakat Papua, kesempatan ini menjadi ajang untuk penanaman nilai pendidikan dan demokrasi kepada warga yang menyaksikan.
Nilai pendidikan, antara lain ketaatan pada tempat dan waktu makan, menerima bagian yang diberikan pada saat pembagian makanan. Nilai demokrasi, antara lain saling menyampaikan pendapat dan saling menghargai pendapat yang disampaikan oleh orang lain.
Tradisi Bakar Batu dapat diperluas, menjadi tradisi makan bersama yang melibatkan tidak hanya masyarakat Papua, namun juga masyarakat pendatang.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini yang juga bisa dikembangkan untuk menciptakan kerukunan antara masyarakat Papua dengan masyarakat pendatang di Kota Jayapura.
Itulah penjelasan menarik tentang tradisi gotong royong di Papua, yakni tradisi Anu Beta Tubat dan tradisi Bakar Batu yang unik dan menarik. (eK)