Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tradisi Megeburan di Bali dan Filosofinya
27 Desember 2024 9:49 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bali, sebagai pulau yang kaya akan budaya dan tradisi, memiliki berbagai upacara adat yang sarat makna spiritual. Salah satunya adalah tradisi Megeburan di Bali.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari jurnal.stahnmpukuturan.ac.id, tradisi ini merupakan sebuah ritual yang dilakukan dalam rangkaian upacara ngaben atau kremasi jenazah.
Tradisi ini menjadi bagian penting dari prosesi pemakaman, memiliki filosofi mendalam tentang siklus kehidupan, dan penghormatan kepada leluhur.
Tradisi Megeburan di Bali dan Filosofinya
Tradisi Megeburan di Bali berasal dari kata “gebur,” yang berarti menaburkan atau menyebarkan. Dalam konteks ritual ini, megeburan mengacu pada prosesi menabur tanah atau abu jenazah ke tanah atau tempat tertentu.
Biasanya, tradisi ini dilakukan di lingkungan pura atau lokasi yang telah ditentukan. Ritual ini melibatkan keluarga, kerabat, dan masyarakat sekitar yang turut hadir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada yang meninggal.
Megeburan biasanya dilakukan setelah jenazah dikremasi dan abu jenazah dikumpulkan. Abu ini dianggap sebagai simbol tubuh fisik yang telah kembali ke alam.
ADVERTISEMENT
Sementara roh dari orang yang meninggal diyakini telah melanjutkan perjalanan spiritualnya menuju moksha atau kebebasan abadi.
1. Proses Megeburan
Proses megeburan dimulai dengan upacara pembakaran jenazah (ngaben), yang bertujuan untuk melepaskan roh dari tubuh fisik. Setelah proses kremasi selesai, abu jenazah diambil dan ditempatkan dalam wadah khusus.
Dalam tradisi megeburan, abu ini kemudian ditaburkan di tempat tertentu atau dilarung ke laut sebagai simbol pengembalian elemen tubuh ke alam semesta.
Selama prosesi, doa dan mantra dipanjatkan oleh pendeta (pemangku) untuk memohon restu dan kedamaian bagi roh yang telah pergi.
Keluarga yang ditinggalkan juga diajak untuk merenungkan siklus kehidupan dan menerima kepergian orang tercinta dengan ikhlas.
2. Filosofi di Balik Tradisi Megeburan
Tradisi megeburan memiliki filosofi mendalam tentang siklus hidup dan kematian. Dalam kepercayaan Hindu Bali, kehidupan manusia terdiri dari tiga elemen utama: tubuh, roh, dan pikiran.
ADVERTISEMENT
Tubuh yang berasal dari alam akan kembali ke alam melalui tanah atau air, sementara roh melanjutkan perjalanan menuju kehidupan baru atau moksha.
Bentuk ritual ini juga mencerminkan hubungan manusia dengan alam semesta. Megeburan mengajarkan bahwa kehidupan adalah siklus tanpa akhir, di mana setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru.
Hal ini mengingatkan masyarakat Bali akan pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan).
Tradisi Megeburan di Bali adalah prosesi pemakaman dan wujud penghormatan kepada leluhur dan pengingat akan siklus kehidupan. Dengan filosofi harmoni dan keseimbangan, tradisi ini menjadi salah satu warisan budaya Bali yang tetap dijaga hingga kini. (Aya)
ADVERTISEMENT