Konten dari Pengguna

Tradisi Tingkeban, Menguak Makna di Balik Upacara Adat Kehamilan

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
14 September 2024 19:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tradisi tingkeban. Foto: Pexels.com/RGA Production
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tradisi tingkeban. Foto: Pexels.com/RGA Production
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tradisi tingkeban adalah upacara adat yang penting dalam budaya Jawa, yang dirayakan saat kehamilan memasuki usia tujuh bulan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari dero.desa.id, tradisi yang juga dikenal dengan nama Mitoni, dari kata "pitu" yang berarti tujuh, ini mengandung makna mendalam dalam menghargai dan mempersiapkan kedatangan bayi.
Upacara ini memiliki berbagai ritual yang bertujuan untuk mendoakan keselamatan dan kesehatan ibu serta bayi yang akan lahir.

Tradisi Tingkeban

Ilustrasi tradisi tingkeban. Foto: Pexels.com/Olha Ruskykh
Tradisi tingkeban merupakan ritual adat yang diadakan untuk menghormati dan mempersiapkan kedatangan bayi pada kehamilan memasuki bulan ketujuh.
Upacara ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan kelancaran persalinan serta untuk memberikan berkah bagi ibu dan bayi yang akan lahir.
Upacara ini melibatkan beberapa rangkaian ritual yang dilaksanakan dengan penuh khidmat dan makna.
Salah satu bagian penting dari tradisi tingkeban adalah sungkeman. Sungkeman merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas dukungan orang tua selama proses kehamilan.
ADVERTISEMENT
Pada ritual ini, pasangan suami istri melakukan penghormatan kepada orang tua mereka. Ritual ini merupakan bentuk doa dan permohonan agar proses persalinan berjalan dengan lancar dan ibu serta bayi dalam keadaan sehat.
Ritual berikutnya adalah siraman, yang merupakan prosesi penyucian. Dalam ritual ini, ibu hamil disiram dengan air yang telah didoakan, simbol dari pembersihan lahir dan batin.
Siraman bertujuan untuk membersihkan ibu dari energi negatif dan mempersiapkannya secara spiritual menjelang persalinan.
Meluncurkan kelapa adalah ritual yang juga tidak kalah penting. Kelapa yang diluncurkan dari atas kain dan kemudian ditangkap oleh suami, kemudian dibelah, melambangkan harapan akan keberuntungan dan kelancaran.
Ritual ini mengandung makna simbolis tentang harapan agar segala sesuatu berjalan dengan baik dan penuh berkah.
ADVERTISEMENT
Saweran merupakan ritual di mana tamu undangan menaburkan uang koin atau kertas sebagai simbol rezeki dan keberuntungan.
Para tamu mengumpulkan uang tersebut sebagai bagian dari berkah dan doa bagi keluarga. Ritual ini juga memperkuat rasa kebersamaan dan dukungan dari komunitas.
Selain itu, rujakan adalah upacara di mana calon ibu dan bapak membagikan rujak kepada tamu undangan. Rujak merupakan simbol dari rasa syukur dan kebersamaan, menandai perayaan menjelang kelahiran bayi.
Tradisi tingkeban seringkali dilakukan pada tanggal 17 dan 27 menurut kalender Jawa, mengikuti perhitungan adat yang telah menjadi bagian dari tradisi turun-temurun.
Upacara ini merupakan bentuk syukur sekaligus persiapan menjelang kelahiran, memperkuat ikatan sosial dan spiritual dalam masyarakat.
Tradisi tingkeban adalah bentuk perayaan yang mempererat hubungan keluarga dan masyarakat, serta memberikan makna mendalam dalam konteks kehamilan dan kelahiran.
ADVERTISEMENT
Dengan melibatkan berbagai ritual dan doa, upacara ini memastikan bahwa ibu dan bayi mendapatkan berkah dan keselamatan yang diharapkan.
Demikian penjelasan tentang tradisi Tingkeban.