Konten dari Pengguna

Tradisi Uang Panai, Makna dan Kedudukannya dalam Perkawinan Suku Bugis

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
9 September 2024 4:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tradisi uang panai, foto: Unsplash/Karolina Grabowska
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tradisi uang panai, foto: Unsplash/Karolina Grabowska
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu tradisi di Indonesia yang masih ada hingga kini adalah tradisi uang panai dalam perkawinan Suku Bugis. Tradisi uang panai menjadi salah satu budaya dalam proses perkawinan dan menjadi identitas dari suku Bugis.
ADVERTISEMENT
Tradisi uang panai biasa dikenal pada proses perkawinan adat suku Bugis Makassar. Tradisi ini sangat umum dan masih dilakukan di kalangan suku Bugis. Berikut ini penjelasan mengenai tradisi uang panai serta kedudukannya dalam perkawinan suku Bugis.

Makna Tradisi Uang Panai dalam Perkawinan Suku Bugis

Ilustrasi tradisi uang panai, foto: Unsplash/Ellie Cooper
Dikutip dari jurnal Al Qisthi, Asriani Alimuddin (2020:117-132) tradisi uang panai dalam perkawinan suku Bugis merupakan uang yang akan diberikan oleh pihak mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan.
Uang panai atau dalam bahasa Bugis disebut dui menre memiliki peran yang sangat penting dalam pesta pernikahan. Hal ini ditujukan sebagai uang belanja untuk keperluan pesta pernikahan.
Uang panai juga memiliki makna sebagai sebuah penghargaan dan juga bentuk penghormatan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari jurnal Al Qisthi, Asriani Alimuddin (2020:117-132) jika calon mempelai wanita berasal dari keturunan darah biru dan telah lulus pendidikan perguruan tinggi, maka uang panai yang diminta akan semakin tinggi juga.
Hal tersebut dianggap sebagai kehormatan bagi pihak keluarga perempuan.
Tradisi uang panai dalam perkawinan suku Bugis menjadi salah satu persyaratan dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan.
Mengutip dari jurnal Al Qisthi, Asriani Alimuddin (2020:117-132) untuk nominal yang diperlihatkan sangat bervariasi berdasarkan dengan tingkat sosial atau kasta seorang wanita.
Biasanya tradisi uang panai dalam perkawinan suku Bugis terlebih dahulu melalui kesepakatan antara kedua keluarga pengantin.

Kedudukan Uang Panai dalam Perkawinan Suku Bugis

Ilustrasi tradisi uang panai, foto: Unsplash/Ellie Cooper
Mengutip dari jurnal Dikutip dari jurnal Al Qisthi, Asriani Alimuddin (2020:117-132) tradisi uang panai tidak hanya sekedar menyatukan dua mempelai tetapi sebagai upacara yang bertujuan menyatukan dua keluarga besar.
ADVERTISEMENT
Asal mula uang panai terjadi di zaman penjajahan Belanda. Kala itu Belanda seenaknya menikahi perempuan Bugis Makassar kemudian kembali menikahi perempuan lain ketika melihat perempuan yang lebih cantik.
Untuk kedudukan uang panai dalam perkawinan suku Bugis menjadi semakin tinggi pada masa kerajaan Bone dan Gowa Tallo.
Dikutip dari jurnal Dikutip dari jurnal Al Qisthi, Asriani Alimuddin (2020:117-132) jika seorang laki-laki ingin meminang keluarga dari kerajaan atau berasal dari keturunan Raja maka harus membawa sesajian.
Hal ini menunjukkan kemampuan untuk memberikan kemakmuran serta kesejahteraan bagi istri serta anaknya kelak. Isi sesajian antara lain beras, jahe dan kunyit, sepotong kain, kayu, jarum, sirih, dan kayu manis yang melambangkan kehidupan dalam berumah tangga.
ADVERTISEMENT
Itu tadi mengenai penjelasan uang panai dalam perkawinan suku Bugis. Dengan adanya tradisi uang panai tentu harus tetap dijaga dan dilestarikan karena memiliki banyak simbol dan arti khusus. (Echi)