Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Tulisan Apa yang Menandai Perkembangan Tipografi di Indonesia? Ini Jawabannya
20 Juli 2024 23:03 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap unsur dalam kehidupan manusia umumnya mempunyai sejarah, demikian pula dengan unsur tipografi di Indonesia . Tipografi di Indonesia berkembang sejak zaman kerajaan hal ini terlihat dari bentuk tulisan aksara Jawa.
ADVERTISEMENT
Menurut legenda yang beredar, tokoh yang menciptakan aksara Jawa adalah Ajisaka. Tipografi tersebut mempunyai susunan pangram “hanacaraka” yang mengisahkan pertarungan dua abdi, yakni Dora dan Sembada.
Perkembangan Tipografi di Indonesia
Tipografi merupakan salah satu jenis seni yang terdapat dalam kehidupan manusia. Seni tersebut mencakup pembelajaran mengenai huruf.
Setiap manusia di era digital seperti sekarang tentu sudah mengenal berbagai macam bentuk huruf, seperti a, b, c, d, e, dan alfabet lain. Selain alfabet yang umum menjadi simbol tulisan, ada pula jenis huruf aksara.
Keberadaan aksara sebagai tipografi tersebut memiliki sejarah tersendiri, misalnya aksara di Indonesia. Tipografi di Indonesia berkembang sejak zaman kerajaan hal ini terlihat dari bentuk tulisan dalam aksara Jawa.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari buku Aksara-Aksara di Nusantara: Seri Ensiklopedia karya Maulana (2020: 81), menurut serat Ajisaka, legenda mengatakan bahwa aksara Jawa diciptakan oleh Ajisaka. Susunan aksara Jawa memiliki susunan dengan pangram “hanacaraka”.
Pangram tersebut mengisahkan pertarungan dua abdi yang bernama Dora dan Sembada. Sedikit berbeda dengan versi serat Ajisaka, aksara Jawa dari sisi sejarah merupakan kelanjutan transformasi aksara Kawi.
Keberadaan Aksara Jawa di Indonesia
Selaras dengan namanya, aksara Jawa di Indonesia merupakan jenis tipografi yang digunakan oleh masyarakat Jawa atau masyarakat yang menempati pulau Jawa. Penggunaan aksara tersebut mengacu pada pangram.
Mengutip dari buku yang sama, Maulana (2020: 81), pangram “hanacaraka” muncul pada era berkembangnya Islam di Jawa. Kegunaan pangram adalah memudahkan dalam mengingat 20 huruf yang digunakan untuk bahasa Jawa.
ADVERTISEMENT
Hal itu diperlukan karena seluruh set aksara hanya digunakan untuk menulis bahasa Kawi dan Sansekerta. Selain digunakan untuk menulis bahasa Kawi dan Sansekerta, aksara Jawa juga biasa digunakan menulis bahasa Sunda dan Madura.
Namun, ragam penulisannya berbeda. Salah satu contoh adalah penemuan sejumlah naskah Cirebon yang mempunyai ragam gaya tersendiri mengenai bentuk carakan.
Jadi, jelas bahwa tipografi di Indonesia berkembang sejak zaman kerajaan hal ini terlihat dari bentuk tulisan aksara Jawa. Menurut legenda yang berkembang, pencipta aksara Jawa adalah Ajisaka. (AA)