Konten dari Pengguna

Usaha Pemerintah dalam Mengatasi Gerakan DI TII Kartosuwiryo

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
10 September 2024 11:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi usaha pemerintah dalam mengatasi gerakan DI TII Kartosuwiryo. Foto: Pexels.com/Huyen Le Thanh
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi usaha pemerintah dalam mengatasi gerakan DI TII Kartosuwiryo. Foto: Pexels.com/Huyen Le Thanh
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Usaha pemerintah dalam mengatasi gerakan DI/TII Kartosuwiryo adalah bagian penting dari upaya menjaga keutuhan negara Indonesia pasca-kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo yang mendirikan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pada tahun 1948.
Gerakan ini muncul sebagai penolakan terhadap Perjanjian Renville dan berlanjut dengan tujuan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).

Usaha Pemerintah dalam Mengatasi Gerakan DI/TII Kartosuwiryo

Ilustrasi usaha pemerintah dalam mengatasi gerakan DI TII Kartosuwiryo. Foto: Pexels.com/Tima Miroshnichenko
Usaha pemerintah dalam mengatasi gerakan DI/TII Kartosuwiryo adalah melalui beberapa pendekatan, mulai dari negosiasi hingga operasi militer.
Mengutip dari fahum.umsu.ac.id dan undip.ac.id, berikut penjelasan selengkapnya mengenai usaha pemerintah tersebut.
Pada awalnya, pemerintah mencoba menyelesaikan konflik ini secara damai.
Pada tahun 1949, pemerintah membentuk panitia yang terdiri dari perwakilan Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Pertahanan.
Panitia ini bertugas mengadakan negosiasi dengan Kartosuwiryo dan kelompok DI/TII. Namun, usaha negosiasi ini gagal karena Kartosuwiryo menolak untuk berkompromi.
ADVERTISEMENT
Selain negosiasi melalui panitia, pemerintah juga mengirimkan surat kepada Kartosuwiryo melalui Mohammad Natsir, mantan Perdana Menteri dan pemimpin Partai Masyumi, yang dikenal dekat dengan tokoh-tokoh Islam.
Sayangnya, surat tersebut juga tidak berhasil membujuk Kartosuwiryo untuk menghentikan pemberontakan.
Keinginan kuat Kartosuwiryo untuk mendirikan negara berbasis syariat Islam membuat segala usaha diplomatis menemui jalan buntu.
Setelah berbagai upaya damai gagal, pemerintah akhirnya menggunakan kekuatan militer untuk menghentikan pemberontakan. Operasi militer besar-besaran dilancarkan melalui Operasi Pagar Betis.
Dalam operasi ini, pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengepung wilayah-wilayah yang menjadi basis kekuatan DI/TII, terutama di Jawa Barat.
Operasi ini didesain untuk mempersempit ruang gerak pasukan DI/TII, mengisolasi mereka dari dukungan logistik, dan akhirnya menangkap para pemimpin gerakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada 4 Juni 1962, Kartosuwiryo akhirnya ditangkap oleh TNI di Gunung Geber, Jawa Barat. Penangkapan ini menjadi titik akhir dari pemberontakan DI/TII di wilayah tersebut, meskipun gerakan serupa masih terjadi di daerah lain.
Kesuksesan Operasi Pagar Betis menunjukkan bagaimana pemerintah Indonesia secara efektif menumpas gerakan separatis yang ingin mengganti ideologi negara.
Dengan tertangkapnya Kartosuwiryo, pemerintah berhasil mengakhiri salah satu ancaman besar terhadap stabilitas nasional pada masa itu.
Usaha pemerintah dalam mengatasi gerakan DI/TII Kartosuwiryo menegaskan pentingnya kombinasi diplomasi dan kekuatan militer dalam menghadapi pemberontakan. Tindakan tegas ini menjadi bagian dari sejarah panjang perjuangan mempertahankan keutuhan NKRI.
ADVERTISEMENT