Efektifitas Kampanye Pilpres 2024 di Media Sosial

Yudhi Andoni
Sejarawan. Dosen Sejarah Universitas Andalas, Padang.
Konten dari Pengguna
3 Januari 2024 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudhi Andoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semua pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2024 ini telah terjun mengambil jalan berkampanye ke media sosial yang diyakini menjadi "dunia" anak muda Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis berbagai lembaga, lebih dari 50% pemilih adalah kawula muda.
ADVERTISEMENT
Di era teknologi digital seperti sekarang, media sosial memang menjadi salah satu platform yang populer untuk kampanye politik, termasuk kampanye presiden di Indonesia. Namun, pertanyaannya adalah: "Apakah kampanye menggunakan media sosial efektif dalam konteks Indonesia saat ini?"
Ilustrasi media sosial. Foto Pixabay.
Data dari Survei Susenas menunjukkan bahwa mayoritas pengguna internet di Indonesia berasal dari populasi usia kerja, dengan 66,48% individu berusia 5 tahun ke atas mengakses internet dalam tiga bulan terakhir pada tahun 2022.
Menurut survei APJII, yang disari dari dataindonesia.id, jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2022-2023 akan mencapai 215,63 juta orang, meningkat 2,67% dari periode sebelumnya sebanyak 210,03 juta pengguna. Laporan We Are Social juga menyebutkan bahwa pada awal 2023, jumlah pengguna internet di Indonesia akan mencapai 213 juta orang. Jumlah pengguna internet yang terus bertambah ini menunjukkan potensi besar dalam mencapai khalayak yang lebih luas melalui media sosial.
ADVERTISEMENT
Sementara pada riset yang bersamaan dari APJII juga menyebutkan bahwa pada periode 2021-2022, sekitar 210 juta orang di Indonesia terhubung dengan internet, meningkat dari 175 juta orang sebelum pandemi. Data dari BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2022, 66,48% dari populasi Indonesia memiliki akses internet.
Data-data di atas tersebut menunjukkan betapa pentingnya melibatkan pengguna internet dalam kampanye politik, termasuk kampanye presiden, karena mereka merupakan sebagian besar audiens yang dapat dijangkau melalui media sosial.
Menariknya, generasi Z (kelahiran setelah 1996) diidentifikasi sebagai kelompok pengguna internet tertinggi, sementara Generasi X menunjukkan penggunaan internet yang lebih rendah, dengan hanya 18,4% dari mereka yang online kurang dari 1 jam setiap hari.
Melihat perbedaan ini, kampanye calon pasangan presiden dan wakil presiden itu perlu memahami preferensi dan perilaku generasi yang berbeda untuk mencapai kesuksesan melalui media sosial.
ADVERTISEMENT
Sesungguhnya ada beberapa keuntungan kampanye presiden menggunakan media sosial di Indonesia. Pertama, media sosial menawarkan jangkauan yang luas dan potensi viralitas, yang memungkinkan kampanye untuk mencapai publik secara efektif. Kedua, media sosial juga memberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan pemilih melalui komentar, pesan pribadi, atau poling. Kemampuan untuk berkomunikasi secara langsung dengan pemilih dapat membantu membangun hubungan yang lebih dekat, mendengarkan masukan, dan merespons kebutuhan mereka.
Namun, ada juga tantangan yang perlu dihadapi dalam kampanye menggunakan media sosial. Persaingan yang tinggi dan kejenuhan konten di media sosial dapat membuat sulit bagi kampanye untuk memperoleh perhatian pemilih. Selain itu, juga penting untuk mempertimbangkan dampak dari berita palsu dan hoaks yang dapat tersebar luas melalui media sosial. Kampanye presiden perlu menjadi transparan dan kredibel dalam menyebarkan informasi agar bisa efektif menjangkau pemilih.
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai kesuksesan dalam kampanye presiden menggunakan media sosial, beberapa strategi dapat menjadi kunci. Pertama, kampanye yang dilangsungkan harus memiliki visi dan pesan yang jelas untuk disampaikan kepada pemilih. Pesan yang kuat dan konsisten akan memungkinkan kampanye untuk menarik perhatian dan membangun kepercayaan pemilih.
Selain itu, juga penting untuk mengidentifikasi audiens target dengan tepat. Setiap platform media sosial memiliki demografi pengguna yang berbeda, jadi strategi kampanye harus disesuaikan dengan platform yang paling relevan bagi pemilih target. Misalnya, generasi Z cenderung lebih aktif di platform Instagram dan TikTok, sementara Facebook masih populer di kalangan generasi yang lebih tua.
Interaksi dan keterlibatan pemilih juga sangat penting dalam kampanye media sosial. Kampanye harus menjaga komunikasi dua arah dengan pemilih, melibatkan mereka dalam diskusi, dan merespons komentar dan masukan. Dengan melibatkan pemilih, kampanye dapat secara aktual membaca kebutuhan dan aspirasi pemilih sehingga pesan kampanye dapat lebih relevan.
ADVERTISEMENT
Terakhir, kampanye presiden harus memanfaatkan fitur-fitur media sosial yang menarik seperti video, gambar, dan cerita untuk membangun narasi yang kuat. Konten yang kreatif dan menarik akan lebih mampu menarik perhatian pemilih dan meningkatkan kesan positif terhadap kampanye.
Dalam era digital ini, media sosial telah membuka peluang baru bagi kampanye politik, termasuk kampanye presiden di Indonesia. Dengan jumlah pengguna internet yang terus meningkat, media sosial dapat menjadi alat yang efektif untuk mencapai pemilih dengan cepat dan langsung. Namun, untuk mencapai kesuksesan, kampanye harus memahami perilaku pengguna internet dan menggunakan strategi yang tepat.
Visi yang jelas, keterlibatan pemilih, dan konten yang menarik akan menjadi kunci dalam memenangkan hati pemilih melalui media sosial. Meskipun tantangan ada, kampanye yang efektif di media sosial dapat memberikan dampak yang signifikan dalam mempengaruhi opini pemilih dan meraih sukses dalam pemilihan presiden.
ADVERTISEMENT