Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Madilog dan Gen Z
7 Januari 2024 10:26 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Yudhi Andoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tan Malaka adalah tokoh ikonik dalam sejarah nasionalisme dan gerakan anti-kolonial Indonesia. Ide-ide dan tulisan-tulisannya mempunyai dampak jangka panjang terhadap gerakan progresif terutama yang melibatkan generasi muda, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Inti filosofinya terletak pada karya pentingnya, Madilog (materialisme, dialektika, logika) - sebuah risalah revolusioner yang mensintesis pemikiran anti kemapanan dan filosofi Timur sebagai teori perubahan sosial yang unik. Sebuah cara berpikir yang barangkali cocok untuk Gen Z yang dikepung hoaks dan narasi kebencian di dunia kedua mereka (baca: media sosial).
Madilog dapat menjadi alat yang ampuh bagi Gen Z yang ingin memahami kompleksitas transformasi sosial dan politik di Indonesia hari ini. Wawasan Tan Malaka mengenai titik temu antara budaya, sejarah, dan realitas sosial telah memungkinkan banyak orang membayangkan kemungkinan-kemungkinan baru untuk masa depan yang lebih adil dan merata.
Tak berlebihan jika dikatakan bahwa pengaruh Tan Malaka sudah terasa jauh hingga ke luar Indonesia. Warisannya mengilhami perjuangan anti-kolonial dan anti-imperialis di berbagai negara-negara Dunia Ketiga, sehingga mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemikir paling penting di abad ke-20.
ADVERTISEMENT
Aktivitas politik Tan Malaka dimulai pada tahun 1920-an ketika ia terlibat dalam pengorganisasian serikat pekerja dan advokasi hak-hak pekerja. Ia bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1924 dan dengan cepat menduduki posisi tertinggi karena kecerdasan dan keterampilan kepemimpinannya.
PKI kala itu dikenal sebagai organisasi anti-kolonial. Namun pasca kegagalan pemberontakan PKI pada 1926/27, Tan Malaka dipecat dari partai ini dan mendirikan Pari (Partai Republik Indonesia, 1927), dan menegaskan diri sebagai pejuang nasionalisme Indonesia, ketimbang ambil bagian dalam gerakan komunisme Indonesia dan internasional.
Tan Malaka memang dikenal karena ide-ide revolusionernya dan kesediaannya untuk menantang para pemimpin politik yang sudah mapan. Ia percaya bahwa satu-satunya cara untuk mencapai kemerdekaan adalah melalui revolusi bersenjata, dan ia menganjurkan front persatuan seluruh kekuatan anti-kolonial di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari upayanya, partai Tan Malaka ternyata relatif gagal memperoleh dukungan luas di antara kaum pergerakan nasional, dan dinyatakan terlarang oleh otoritas kolonial Belanda. Tan Malaka meninggal secara misterius pada tahun 1949.
Madilog adalah kerangka berpikir, tulis Tan Malaka. Madilog tidak dimaksudkan sebagai Weltanschauung atau sebagau pandangan dunia. Melalui Madilog, Tan Malaka mengajak untuk memahami satu cara kerja, satu kunci menyelesaikan berbagai persoalan. Bila seseorang telah mengetahui satu cara menyelesaikan masalah, maka tak penting lagi ia belajar dari hafalannya soal berbagai jawaban persoalan itu di tempat lain, atau di waktu tertentu.
Madilog berangkat dari hal mendasar dalam persoalan manusia, yakni kebendaan. Kebendaan adalah tingkat pertama dalam ruang penyelidikan untuk menjalani kehidupan. Dalam proses penyelidikan manusia memerlukan cara pikir. Cara berpikir yang penting untuk diterapkan orang Minangkabau adalah menerapkan metoda dialektika dan logika. Dialektik dan logika dalam mencari solusi bagi persoalan kebendaan, seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan kemakmuran bagi rakyat adalah titik akhir perjalanan Madilog.
ADVERTISEMENT
Tan Malaka dan Madilog merupakan dua hal sentral yang dapat menjadi basis berpikir yang signifikan bagi generasi muda. Tan Malaka, seorang aktivis revolusioner dan politik Indonesia, dikenal karena gagasannya tentang kemajuan, nasionalisme, dan anti-kolonialisme. Ide-idenya mengenai taktik revolusioner dan peran generasi muda dalam perubahan sosial menjadi penting untuk hari ini.
Selain itu, kritiknya terhadap gejala kolonialisme dan imperialisme masih relevan hingga saat ini dalam konteks globalisasi dan neo-kolonialisme. Sedangkan Madilog menekankan pentingnya pemikiran dialektis dan logis dalam memahami dan mengubah masyarakat. Madilog telah mempengaruhi filsafat kontemporer dan teori sosial, khususnya di Indonesia, di mana teori ini dianut oleh banyak para cendekiawan dan aktivis muda.
Banyak contoh anak muda yang terinspirasi dari Tan Malaka dan Madilog. Misalnya, gerakan mahasiswa memanfaatkan gagasan Tan Malaka mengenai taktik revolusioner dan peran kelas pekerja dalam perubahan sosial. Demikian pula, banyak cendekiawan dan aktivis muda di Indonesia dan sekitarnya telah menggunakan Madilog sebagai alat untuk memahami dan mentransformasi masyarakat di bidang ekonomi dan politik.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, Tan Malaka dan Madilog dapat terus menginspirasi dan mempengaruhi generasi muda dalam memperjuangkan keadilan dan pembebasan sosial. Meski keduanya berjarak jauh dengan Gen Z. Salah satu kutipan popular dari Tan Malaka; “Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi!"