Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
TBC yang Dihindari Penyakitnya Bukan Orangnya
17 Juli 2021 8:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Alivia Sekar Firnanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak masalah dan musibah pasti berdatangan untuk setiap orang. Mendengar kabar dari seorang teman dekat yang didiagnosis dokter mengalami infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis pada paru-paru atau Tuberkulosis (TBC).
ADVERTISEMENT
Siapa yang siap mendapatkan sebuah masalah secara tiba-tiba. Semua itu diterima temanku dengan ikhlas dan sabar. Dia adalah Acha. Temanku di rumah yang sangat dekat denganku. Dirinya tidak malu mengatakan yang sejujurnya setelah didiagnosis dokter memiliki penyakit TBC. Dengan lantang dan ekspresi wajah yang ketakutan akan sesuatu. Aku terdiam beku melihat dirinya yang berani menceritakan hal itu kepadaku.
Mengenal apa penyakit yang diderita temanku, aku tidak takut akan tertular dengannya. Namun ia masih tidak percaya. "Pasti kamu bakalan ga mau lagi main sama aku," ucap Acha dengan wajah murungnya. Aku menjelaskan bahwa semua itu ada obatnya, ada jalannya, dan untuk apa aku menjauh darinya. TBC memang penyakit yang menular. Bukan itu berarti langsung bisa menular secara fisik. Melalui gelas, sikat gigi, dan melalui air liur.
ADVERTISEMENT
Bangga dengan apa yang Acha lakukan. Aku semakin yakin bahwa tidak salah dalam memilih teman. Sudah lamanya ia tidak bermain bersama kami di dekat rumah. Acha juga memberi tahu kepada semua teman-temanku bahwa ia sakit TBC. Dengan terkejutnya, aku melihat dan langsung memahami mereka yang perlahan-lahan menjauh dari Acha. Kedatangan Acha membuat mereka bubar tanpa alasan. Ada yang tiba-tiba mules, ada juga yang berpura-pura mendapat telepon dari orang tuanya.
Acha mengerti mengapa teman-teman menjauhi dirinya. Hanya aku yang masih setia mendengar semua keluh kesahnya. Walaupun Acha sudah dinyatakan sembuh, ia masih setia dengan maskernya apabila harus ada kontak udara dengan orang sekitarnya. Dengan tubuhnya yang semakin kurus, mata hitam yang seperti panda yang terlihat bahwa ia tidur hingga larut membuatku semakin ingin memberi dukungan penuh.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang teman dekatnya, aku merindukan ekspresi gembiranya kapanpun. Setelah sembuh, Acha kembali sakit dengan darah yang tidak diduga-duga keluar dari mulutnya. Ia berlari untuk menghindari tatapan jijik dari semua orang. Bagai sebuah baju yang kaku, Acha sudah lama juga tidak memberi kabar kepadaku bagaimana keadaannya.
Yang bisa ku lakukan hanyalah berdoa dan memberikan penjelasan kepada teman-temanku. Seseorang yang memiliki penyakit menular tidak perlu dihindari yang perlu dihindari adalah penyakitnya. Berbagai cara bisa dilakukan tanpa harus mengucilkan orang tersebut. Dukungan penuh mereka butuh dari kita yang memiliki badan yang sehat dan bugar. Bagaikan sebuah peringatan dari Tuhan, bahwa kita harus mensyukuri apa yang diberikannya.
Setelah menghilang bagai ditengah lautan, Acha kembali hadir dengan senyumnya yang sudah hilang lamanya. Dengan tubuh lebih sehat dan bugar ia mendatangiku dan memberikan sebuah kabar gembira bahwa ia sudah sembuh total dari penyakit TBC itu. Senang hati jika bisa melihatnya kembali bahagia.
ADVERTISEMENT