Konten dari Pengguna

End of Life (EOL) Care dalam Perawatan Paliatif

Sekar Cahya Cristantina
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Jember
28 Oktober 2024 12:41 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sekar Cahya Cristantina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
End of Life Care Perawatan Paliatif (Sumber Gambar: freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
End of Life Care Perawatan Paliatif (Sumber Gambar: freepik.com)
ADVERTISEMENT
Bagaimana Teori End Of Life (EOL) Care dalam Perawatan Paliatif?
ADVERTISEMENT
Perawatan EOL pada pasien paliatif dilakukan pada pasien yang terdiagnosa penyakit terminal dan juga pada pasien yang mengalami akhir hayatnya. Hambatan yang timbul dalam Perawatan EOL biasanya didasari oleh kurangnya pengetahuan perawat terhadap pendidikan Perawatan EOL pada pasien paliatif (Sinaga, et al., 2024). Teori "Peaceful End of Life Theory" dikembangkan oleh Cornelia M Rulland dan Shirley M. Moore pada tahun 1988 yang memiliki konsep utama pasien mampu merasakan kenyamanan. 5 aspek standar dari teori tersebut yaitu:
Apa Itu End Of Life (EOL) Care dalam Perawatan Paliatif?
ADVERTISEMENT
Dalam perawatan EOL, perawat memiliki peran dalam memberikan dukungan psikologis seperti dalam mengendalikan perasaan dalam proses menuju kematian, membantu mempertahankan kepuasan terhadap kemampuan dan persiapan diri menuju kematian, membantu menyelesaikan permasalahan sosial (Sinaga, et al., 2024). Menurut Ecarnot dalam Khairunnisa dan Nugroho (2024), perawat bertanggungjawab dalam mengenali gejala-gejala pasien, mengambil tindakan keperawatan, memberikan obat-obatan sesuai kolaborasi, menyediakan langkah-langkah lain untuk mengurangi gejala, dan berkolaborasi dengan profesional lain untuk mengiptimalkan kenyamanan pasien dan keluarga (Khairunisa dan Nugroho, 2024). Sedangkan menurut Kemenkes RI (2023), EOL meliputi tatalaksana nyeri, tatalaksana keluhan fisik, dukungan psikologis, dukungan sosial, dukungan spiritual, perencanaan perawatan di masa mendatang (advance care planning), perawatan akhir kehidupan, serta dukungan dan persiapan selama masa duka. Dalam perawatan EOL memiliki etika yang harus diterapkan, diantaranya yaitu autonomy, beneficence, non-maleficence, dan justice. Semua tindakan yang telah dan tidak disetujui oleh pasien dan keluarga harus dituliskan di dalam "informed concent" yang telah ditanda-tangani oleh keluarga dan petugas kesehatan sebelum tindakan dilakukan atau tidak dilakukan (Kemenkes RI, 2015).
ADVERTISEMENT
Bagaimana Dasar Hukum End Of Life (EOL) Care dalam Perawatan Paliatif?
Perawatan EOL ini diatur di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/2180/2023 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Paliatif. Keputusan ini berisi bahwa pelayanan paliatif harus berfokus pada penatalaksanaan gejala, komunikasi tentang tujuan pengobatan dan perjalanan penyakit serta dukungan pasien dan keluarga. Pelayanan paliatif ini berperan untuk membantu dalam meberikan informasi tentang fase akhir kehidupan, mengidentifikasi kebutuhan pasien, dan keluarga serta membantu dalam mempersiapkan kebutuhan penatalaksanaan fase akhir kehidupan (Kemenkes RI, 2023).
Apa Saja Prinsip - Prinsip End Of Life (EOL) Care dalam Perawatan Paliatif?
Menurut Kemenkes RI (2023), EOL Care memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Affirm life and regards dying as normal process (memegang teguh kehidupan dan menempatkan kematian sebagai proses normal);
ADVERTISEMENT
2. Aims to neither hasten nor postpone death (tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian);
3. Gives the patient a central role in decision making (memberikan pasien peranan yang terpenting dalam pengambilan keputusan);
4. Provide relief from distressing symptoms (memberikan tata laksana gejala yang menimbulkan stres);
5. Integrates the psychological, emotional, spiritual, and sosial aspects of care for the patients, the family, adn carers in a culturally sensitives manner (mengintegratsikan aspek psikologis, emosi, spiritual dan sosial bagi pasien dan keluarganya serta pelaku rawat dengan memperhatikan aspek kultur yang dipegang oleh pasien dan keluarga);
6. Avoids futile interventions (menghindari intervensi yang sia-sia);
7. Offers a support system to help patients live as actively as possible until death (menyediakan sistem dukungan untuk membantu pasien dapat hidup sekatif mungkin sampai meninggal);
ADVERTISEMENT
8. Offers a support system to help the family and carers coping during the patient's illness and after the patient's death (memberikan sistem dukungan untuk membantu keluarga dan pelaku rawat dalam menghadapi kondisi yang ada selama sakit dan setelah pasien meninggal);
9. Uses a team appoarch to address the needs of patients and their care givers (menggunakan pendekatan tim dalam memenuhi kebutuhan pasien dan pelaku rawat).
Bagaimana Manfaat dan Masalah yang Terjadi pada End Of Life (EOL) Care dalam Perawatan Paliatif?
Pemberian EOL kepada pasien menjadi salah satu jenis perawatan yang mendapatkan banyak penilaian dari berbagai sektor. Berbagai aspek penerimaan dalam perawatan EOL menjadi pembahasan yang cukup menarik dibahas seperti adanya harapan terkait peningkatan kualitas pemberian perawatan kesehatan, kekuatan dan kelemahan system perawatan kesehatan dan pemberian layanan yang memuaskan. Masalah yang sering terjadi pada saat pemberian perawatan paliatif EOL adalah kurangnya komunikasi efektif antara pasien, keluarga dan tenaga kesehatan sehingga menimbulkan beberapa kesalah pahaman. Kurang baiknya komunikasi dan hubungan dengan profesional kesehatan membuat pasien dan keluarga merasa ditinggal dan kurang percaya pada tenaga kesehatan, hal ini menimbulkan kecurigaan dan kebingungan mengenai keadaan, pengobatan serta kematian pada diri pasien. Perlu adanya perbaikan pada system komunikasi untuk optimalisasi pemberian perawatan paliatif EOL seperti adanya komunikasi yang mudah diakses dan sering diberikan kepada pasien dan keluarga, komunikasi yang melibatkan seluruh keluarga dan tim multidisiplin, komunikasi yang memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan konsisten mengenai kondisi pasien, diagnosis, pengobatan dan prognosis penyakit, adanya komunikasi terbuka dan jujur terlebih mengenai prognosis dan kematian.
ADVERTISEMENT
Apa Saja Hambatan dalam Pemberian End Of Life (EOL) Care dalam Perawatan Paliatif?
Pemberian asuhan EOL perlu diberikan kepada pasien dan keluarga “pada waktu yang tepat”. Pemberian perawatan yang tepat juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang sering kali dapat menghambat permberian perawatan seperti adanya pengaruh budaya yang kebanyakan tidak umum untuk membicarakan kematian kepada orang lain, kepercayaan diri pasien dan keluarga untuk menghadapi situasi yang dirasa kurang nyaman apabila membahas mengenai kematian serta variadibilitas dalam informasi yang akan diterima oleh pasien dan keluarga, perlu adanya pemilihan informasi yang tepat dan masih mampu untuk didengar pasien dan keluarga. Pemberian EOL sulit diberikan kepada pasien terutama ketika pasien berada dalam kondisi “tidak terlalu sakit”.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Tindak Lanjut pada Pasien End Of Life (EOL) Care dalam Perawatan Paliatif?
Rencana pemberian perawatan EOL kepada pasien dimulai sejak tenaga kesehatan mengetahui kondisi kesehatan mulai memburuk secara signifikan dan dianggap memiliki konsekuensi negatif. Akan tetapi, beberapa individu menganggap bahwa percakapan mengenai pemberian EOL hanya diberikan ketika pasien sudah benar-benar dalam kondisi akan mendekati kematian terlebih lagi jika mereka merasa kondisi dan pendapat pasien masih bisa berubah. “Pada waktu yang tepat” juga didefinisikan sebagai kemampuan tenaga kesehatan memilih waktu untuk memberikan informasi mengenai kematian yang akan segera terjadi serta meminta orang yang dicintai untuk mulai menyusun rencana menghabiskan waktu dengan pasien dan mengucapkan selamat tinggal. Seringkali, keluarga mengatakan jika tidak ada informasi mengenai seberapa cepat kemungkinan kematian akan terjadi kepada pasien. Serta, adanya perubahan prognosis pasien yang menyebabkan kematian terjadi lebih cepat dari awal perkiraan akan menyebabkan adanya tekanan bagi keluarga yang masih mengira jika waktu yang dimiliki seharusnya masih lebih banyak untuk bersama akan menyebabkan kesedihan yang mendalam dan rasa hilang kepercayaan terjadi.
ADVERTISEMENT
Banyaknya permasalahan mengenai pelaksanaan perawatan EOL membuat tenaga kesehatan perlu menyoroti kembali pendekatan multifaset dan multidisiplin yang membahas mengenai tingkatan pengalaman EOL. Perlu adanya tinjauan mengenai inisiatif yang menjanjikan untuk evaluasi dan ditingkatkan.
Pelaksanaan pemberian perawatan EOL sebelumnya telah banyak dilakukan di rumah sakit terlebih lagi di ruang ICU. Pada beberapa kasus pasien ICU yang telah mencapai tahap terminal secara otomatis perawat ICU akan terlebih dahulu menginformasikan kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan memberikan informed consent mengenai pemberian asuhan EOL. Pelaksanaan EOL di ruang ICU melibatkan perawat yang akan berperan sebagai fasilitator dan edukator dalam pemenuhan kebutuhan pasien terminal. Pelaksaan pemberian EOL dilakukan sesuai dengan ketentuan SOP rumah sakit yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk memberikan penghormatan terhadap keyakinan keluarga serta memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk mengekspresikan spirutualitas mereka. Semua pasien yang telah berada di tahap terminal akan secara otomatis mendapatkan asuhan EOL dan dilakukan oleh perawat.
ADVERTISEMENT
Pada pelaksanaan perawatan EOL perlu adanya beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan pasien dan keluarga, berikut merupakan aspek kualitas hidup yang perlu diperhatikan:
ADVERTISEMENT
Adapun pedoman diskusi dalam EOL juga meliputi :
Kesimpulan
End of Life (EOL) Care dalam perawatan paliatif mendukung pasien terminal dengan pendekatan yang fokus pada kenyamanan, martabat, dan kedamaian. Berdasarkan teori Peaceful End of Life, pasien diusahakan tidak mengalami nyeri, dihormati, dan merasa damai di akhir hidupnya. EOL Care mencakup pengelolaan gejala fisik dan psikologis serta dukungan sosial dan spiritual, tetapi sering terkendala komunikasi antara tenaga kesehatan, pasien, dan keluarga. Karena itu, pendekatan multidisiplin diperlukan untuk memastikan kualitas hidup, otonomi, dan kesiapan pasien serta keluarga menghadapi kematian.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
ADVERTISEMENT
Penulis:
Sekar Cahya Cristantina, Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Jember