Konten dari Pengguna

Terima Kasih Keluargaku

sekarnayla04
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta.
10 Juni 2024 13:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari sekarnayla04 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keluarga merupakan “rumah” bagi sebagian orang. Keluarga dapat menjadi tempat untuk merasakan cinta, kehangatan, dukungan dan kenangan. Bagiku keluarga benarlah “rumah”. Terlebih lagi semenjak kedua orang tuaku meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Ayah, bagiku seorang pahlawan. Sosok yang kuat, ia merupakan pilar di keluarga. Pria yang memberikan teladan bagaimana bertanggung jawab. Ayah selalu memberikan rasa aman bagi keluarganya. Meskipun ayah terkadang keras tetapi di dalam hatinya memiliki cinta yang dalam bagi keluarganya. Dibalik wajahnya yang serius, tersembunyi kehangatan dan kelembutan yang hanya diketahui oleh anak-anaknya.
Ia rela melakukan apapun demi anaknya terlihat bahagia. Ayah selalu bertanya apakah aku memerlukan sesuatu. Suatu hari, aku harus mendapatkan perawatan di Rumah sakit. Bagi ibu itu hal yang biasa, terlebih waktu rawat inap ku cukup singkat. Namun ayah rela terbang dari Palembang untuk melihat anaknya ini, ia tak memperdulikan pekerjaanya disana. Tak hanya peristiwa itu saja yang membuatku semakin sayang kepadanya.
ADVERTISEMENT
Ayah selalu menjadi orang tersabar di keluargaku. Saat ibu memerlukan perawatan yang rutin di rumah sakit ia tidak pernah mengeluh. Aku, ayah dan Abang selalu mengantar ibu untuk menjalankan perawatannya. Tetapi ayah selalu menjadi yang setia menemani ibu.
Mulai dari pagi hari, ayah selalu menemani ibu mengemas barang yang akan dibawa ke rumah sakit. Ayah selalu menemani ibu saat berada di ruang tunggu rumah sakit. Sedangkan aku mengurus administrasi. Hal ini terjadi sekitar 1 tahun selama ibu sakit. Ayah juga selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik jika ibu harus rawat inap di rumah sakit.
Namun saat tahun ke-2 ibu mengalami sakit, ayah berpulang ke yang maha kuasa. Keadaan ini membuat keluarga kami berduka. Terlebih ibu, ibu pernah berkata kepadaku “kalau kita pindah, siapa yang menemani ayah?”. Aku selaku anak terakhir berusaha tegar di depan ibu. Aku tau ibu sangat menyayangi ayah, aku pun begitu.
ADVERTISEMENT
Ibu, bagiku ibu adalah bidadari. Sosok yang penuh kasih, pengorbanan nya tak terhingga. Kehangatann dan ketulusannya menjadi tempat berlindung. Cinta yang ia bagi tanpa syarat bagi anak-anaknya. Ibu rela meninggalkan masa mudanya demi merawat anak dan keluarganya. Pengorbanannya sangat besar, di hatinya terdapat cinta yang mendalam dan tidak pernah pudar.
Keras kepalaku selalu sama dengan ibu, caraku marah dan caraku tersenyum mirip dengannya. Detak jantung yang bertaut seperti nyawaku menyala karena dengan ibu. Semua hal yang kau bimbing untukku sangat berharga.
Ibu selalu menanyakan “bagaimana tadi di sekolah?”. Hal ini yang membuatku selalu rindu akan kehadirannya. Banyak peristiwa yang kulalui dengannya. Peristiwa yang berkesan bagiku saat aku mengetahui bahwa ia mengidap penyakit kanker. Saat itu, dia selalu memberitahuku bahwa penyakit ini tidak apa-apa baginya. Mungkin saat itu dia hanya mau menenangkanku.
ADVERTISEMENT
Saat ibu diberitahu mengidap penyakit itu, aku langsung berlagak tegar di depannya. Namun, hati terdalamku langsung berkata “bagaimana jika ibu kalah dengan kanker ini?”. Ibu sangat kuat menghadapi hari-harinya dengan pengobatan setelah ia tahu bahwa ia mengidap penyakit itu.
Hari demi hari kujalani merawat dan menemaninya melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Suatu hari aku pernah mengalami stress dan merasa jenuh. Namun, ibu selalu mengingatkan untuk melepas hal itu dan selalu meminta doa kepada Allah untuk kesembuhannya dan kebahagiaan keluarga kami.
Ibu selalu bertutur yang lemah lembut saat menyampaikan sesuatu. Terlebih saat ia merasakan sakit disekujur tubuhnya, ia tak pernah marah dan selalu beristighfar. Ia selalu mengingat bahwa anak-anaknya masih membutuhkannya dan sangat menyayanginya.
ADVERTISEMENT
Saat dimana ayah meninggalkan kami, ibu selalu mengingatkan anak-anaknya atas kebaikan ayah dan jangan pernah menyalahkan Allah mengambilnya terlebih dahulu. Pada keadaan seperti itupun ibu tetap kuat menjalani harinya tanpa sosok pasangan yang mendampinginya di setiap keadaan.
Sebelas bulan berlalu dari hari kepergian ayah, ibu menyusul ayah meninggalkan aku, kakak dan abang. Keadaan itu membuat kami semakin berduka, dimana aku masi sangat memerlukan peran ibu. Namun aku selalu mengikhlaskan hal ini, karena ibu sudah tidak sakit dan sudah bertemu kembali dengan ayah.
Setelah kedua orang tua tiada, aku ikut tinggal dengan kakak. Kakak, sosok yang dewasa dalam menghadapi apapun masalah. Ia tak pernah menampakkan jika ia rapuh dan menanggung segala masalahnya sendiri. Baginya ialah yang menggantikan kedudukan orang tua jika sudah tidak ada
ADVERTISEMENT
Bagiku kakak sosok yang sangat baik, aku sangat berterima kasih kepadanya. Banyak hal yang bisa diambil darinya. Ia selalu mendukungku dari segala hal. Bagiku hal yang sangat membuatku terkesan ialah. Jika aku merindukan ibu ia selalu mengingatkan bahwa ibu sudah tidak merasakan sakit di sana.
Kakak selalu mengajarkanku tentang keikhlasan. Jika aku kehilangan sesuatu atau mengalami hal yang tidak mengenakkan hati, ia selalu menasehatiku. Sedari kecil ia menyayangiku. Banyak sekali kenangan yang kutemukan saat aku membuka lembaran-lembaran foto saat aku kecil.
Abang, sosok yang memberikan perlindungan bagi adiknya, ia memberikan rasa aman dan ketenangan kepada adiknya. Meskipun sering memiliki perbedaan pendapat atau sering bertengkar. Abang selalu menjadi sosok yang aku hormati. Dia siap mendukung di dalam setiap langkah perjalanan hidup.
ADVERTISEMENT
Keluarga tempatnya kita temukan cinta,
setiap pelukan, setiap peristiwa.
Dalam keluarga ditemukannya rumah sejati,
Untuk kasih sayang, kehangatan.
Kuucapkan terima kasih sedalam-dalamnya bagi segala rasa sayang dan kepedulian.
Set foto keluarga. (Foto: iStockphoto)