Kebijakan Luar Negeri Brasil Terhadap Palestina dalam Rezim Lula da Silva

Sekarsari Sugihartono
Mahasiswi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Studi Hubungan Internasional
Konten dari Pengguna
4 Februari 2023 5:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sekarsari Sugihartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menilik pada masa lalu, mulai pada tanggal 5 Desember 2010, Brasil secara resmi mengakui Negara Palestina termasuk seluruh Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan menjadikan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Pada pemerintahan Presiden periode sebelumnya yaitu Jair Messias Bolsonaro yang menjabat dari 1 Januari 2019 sampai dengan 31 Desember 2022, banyak kritikan terhadap kebijakan luar negeri nya yang sangat berpihak pada Israel. Motivasi peningkatan hubungan antara Brasil dan Israel dilatarbelakangi oleh perlu nya penguatan kondisi ekonomi dan militer diantara kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, Brasil ingin memperkuat posisi nya di tatanan dunia dan Israel memiliki sumber daya teknologi yang Brasil butuhkan. Sebagai salah satu produsen teknologi dunia, tentu nya hal ini menguntungkan bagi Israel karena Brasil akan menjadi konsumen yang berpotensi besar dalam membangun stabilitas ekonomi mereka. Seperti yang dikutip dari pernyataan Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman “Brasil memiliki ekonomi terbesar di Amerika Latin dan terbesar kesembilan di dunia. Ini bukan hanya teman dekat dan sekutu, tetapi juga merupakan potensi besar bagi ekonomi Israel dan perdagangan luar negerinya. Saya berharap di tahun-tahun mendatang kita akan menyaksikan peningkatan pertumbuhan perdagangan bilateral, untuk kepentingan warga kedua negara”. Ada hal negatif dan positif dari langkah kebijakan luar negeri yang diambil Bolsonaro pada saat itu. Sisi positif nya adalah adanya penguatan hubungan Brasil dengan Amerika Serikat dikarenakan Amerika Serikat selalu memiliki hubungan kuat dengan Israel, yang menjadikan Brasil salah satu sekutu mereka juga. Namun, di sisi negatif, banyak negara-negara Arab yang enggan menjalin hubungan kerja sama maupun diplomatik dengan Brasil.
Brasil pada saat hari PEMILU Presiden. Sumber: shutterstock
Pada tanggal 1 Januari 2023, Luiz Inacio da Silva atau biasa dipanggil Lula da Silva secara resmi dilantik sebagai Presiden Brasil yang menandakan rezim Jair Bolsonaro berakhir. Presiden Lula da Silva pernah menjabat sebagai Presiden Brasil pada periode 2003 sampai 2010. Pada periode tersebut, pemerintahan da Silva mengalami kemajuan pesat dalam ekonomi dan berhasil melakukan reformasi sosial. Angka korupsi di Brasil juga menurun drastis selama masa pemerintahan nya.
Presiden Brasil Lula da Silva. Sumber: shutterstock
Sejak dilantik pada Januari, da Silva telah menyatakan secara tegas dukungan nya terhadap Palestina, yang secara tidak langsung menandai berakhir nya kebijakan luar negeri Brasil yang semula condong kepada Israel. Perubahan radikal terhadap diplomasi nya menarik perhatian dunia khusus nya negara-negara di Amerika Latin. Chili membuat pengumuman bahwa mereka akan membuka kedutaan besar di Palestina sehingga hal ini menunjukkan keseriusan da Silva dalam dukungan nya terhadap Palestina. Lula juga mencopot utusan diplomatic Brasil di Tel Aviv, yang sempat mengembalikan ketegangan di dalam negeri, namun langkah Lula mendapat cukup respon positif dari berbagai pihak. Kebijakan Lula ini diharapkan dapat mengembalikan posisi Brasil menjadi lebih netral dan meningkatkan dukungan global untuk Palestina serta membuka jalan bagi dunia internasional. Walaupun hal ini juga dapat menuai kerugian bagi Brasil dikarenakan Amerika Serikat sebagai sekutu kuat Israel akan menarik diri dari hubungan kerja sama maupun diplomatis dengan mereka. Mari kita berharap yang terbaik bagi stabilitas ekonomi dan pemerintaha Brasil dengan kebijakan luar negeri baru oleh Lula da Silva.
ADVERTISEMENT