Upaya Diplomasi Budaya Melalui The 1st Mangkunegaran International Symposium

Sekarsari Sugihartono
Mahasiswi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Studi Hubungan Internasional
Konten dari Pengguna
19 Juli 2023 5:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sekarsari Sugihartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pura Mangkunegaran. Foto: Dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
Pura Mangkunegaran. Foto: Dok. PLN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada tanggal 13-14 Juli 2023, Simposium Internasional Pura Mangkunegaran pertama kali dilaksanakan. Mengangkat topik Towards a New Global History of Javanese Court Culture, Politics and Governance.
ADVERTISEMENT
Simposium ini diinisiasi oleh Praja Mangkunegaran yang berkolaborasi dengan Unversitas Leiden, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV), Linnaeus University, UIN Raden Mas Said Surakarta, dan Socio-Legal Consulting (SLC).
Simposium ini memiliki tujuan untuk memperluas pengetahuan dan lebih dalam mempelajari pemahaman tentang kebudayaan kerajaan Jawa yang melampaui penekanan kekeramatan serta upacara ritual dalam masyarakat Jawa.
Dalam simposium ini diangkat fokus tentang aspek kerajaan istana Jawa yang diketahui secara global dan para perangkat di dalamnya yang sudah secara bertahun-tahun terlibat dalam studi tentang pasar global dan interaksi politik, diplomasi antar budaya, maupun kekuasaan pada zaman kolonial.
Ilustrasi kain batik. Foto: Shutter Stock
Simposium ini meliputi beberapa panel salah satunya Dr. Alan Feinstein dari UIN Raden Mas Said Surakarta yang menjelaskan tentang Pelestarian Naskah Keraton Mangkunegaran: Pelestarian Microfilm pada tahun 1980-an dan Proposal Digitalisasi untuk tahun 2020an.
ADVERTISEMENT
Dalam panel lainnya, dibahas juga tentang kain Batik sebagai salah satu perangkat utama dalam Diplomasi Budaya yang memiliki kekuatan mendunia dan berpotensi meningkatkan minat masyarakat dunia akan budaya Indonesia.
Dengan diakuinya batik oleh UNESCO dan dinilai memiliki budaya yang sangat berarti dan secara simbolis menceritakan tentang proses kelahiran sampai kematian, batik merupakan suatu seni yang berpotensi tinggi dalam meningkatkan upaya diplomasi budaya.
Simposium internasional pertama yang diselenggarakan oleh Pura Mangkunegaran. Sumber: dokumentasi pribadi
Selain batik, dijelaskan juga strategi promosi kebudayaan Jawa yang merupakan bentuk cultural diplomacy, yang pertama adalah cultural framing. Strategi ini merupakan bentuk pengenalan budaya Jawa dengan pembawaan visual, yaitu melalui pertunjukan tarian Jawa untuk menekankan pemahaman konsep dan refleksi, ataupun penampilan wayang orang yang dibalut dengan media visual untuk mempermudah para penonton memahaminya.
ADVERTISEMENT
Strategi kedua adalah melalui storytelling, dengan menceritakan kisah-kisah dan cerita kerajaan masa lampau melalui konsep yang lebih modern, diharapkan dapat memberi pemahaman yang lebih jelas pada generasi muda zaman sekarang.
Strategi terakhir adalah menggunakan komunikasi yang lebih adaptif, seperti contohnya membuat video komersial tentang kebudayaan Jawa atau memperkenalkan alat musik tradisional Gamelan.
Namun, disebutkan juga bahwa salah satu kendala mengapa tidak banyak generasi muda memahami ilmu pengetahuan budaya Jawa terutama tentang Pura Mangkunegaran ataupun budaya Jawa dikarenakan belum banyaknya sumber yang beredar secara daring.
Kerabat Pura Mangkunegaran berjalan diarea Taman Pracima Tuin di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (21/1/2023). Foto: Mohammad Ayudha/ANTARA FOTO
Sejauh ini hanya sedikit informasi yang tertera di internet dan sejarah serta data yang otentik hanya berada di dalam arsip Pura Mangkunegaran. Hal ini merupakan salah satu proses yang sedang diusahakan agar pengetahuan tentang sejarah istana ini dan budaya Jawa dapat menyebar dan diserap oleh banyak generasi muda.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya simposium ini diharapkan akan membuka akses baru terhadap kebudayaan dan nilai-nilai penting akan eksistensi Pura Mangkunegaran, apalagi dengan revitalisasi di sekitar area Pura dan adanya pembukaan Pracima Tuin sebagai ikon baru Pura ini yang meliputi taman serta restaurant, merupakan sinyal hijau bagi kemajuan penyebaran budaya Pura Mangkunegaran ini.
Melalui pidato sambutannya, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X yang merupakan raja dari Kadipaten Mangkunegaran menyatakan bahwa simposium pertama ini berusaha menghadirkan forum yang tepat dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh yang dibawa Mangkunegaran terhadap masyarakat dalam membentuk budaya Jawa yang kita kenal sekarang.
Bagaimana tanggapannya terhadap keterlibatan fungsi dan statusnya sesuai dengan perubahan zaman, dan bagaimana pengaruhnya terhadap sejarah global. Saat ini, sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, kisah Istana Mangkunegaran akan hidup dan berlanjut dengan semangat dan akar dari apa yang telah dibangun selama 266 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Beliau juga menyatakan bahwa generasi sekarang memiliki potensi untuk menjadi budaya yang dapat memperluas pemahaman tentang warisan budaya Jawa, secara mandiri berbagi ide, pengetahuan, atau bahkan masalah dan keprihatinan yang ada di masyarakat dalam semua aspek, dan akhirnya membawa komunitas, baik nasional dan internasional, bersama-sama untuk tujuan ini.
Simposium ini menerima banyak respons positif dari semua masyarakat dan merupakan hal baru yang dilakukan oleh Pura Mangkunegaran.
Diharapkan akan terus diadakan simposium lainnya guna memberi pemahaman yang lebih mendalam terhadap budaya Jawa kepada generasi muda dan strategi diplomasi budaya ini secara kondusif dilaksanakan sebagai bentuk menjalin interaksi antara Pura Mangkunegaran dengan masyarakat, tidak hanya di Surakarta maupun Indonesia, namun juga secara global.
ADVERTISEMENT