Konten dari Pengguna

Jose Rizal Manua Besarkan Nama Teater Indonesia Sampai Dunia

Sekarwangi Permata Yudha
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
9 Desember 2020 13:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sekarwangi Permata Yudha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: Google
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Google
Sebuah karya sastra mampu menjadi senjata tajam untuk mengasah gagasan seseorang secara kreatif. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh khalayak (Damono, 2002: 1). Pernyataan itu didukung oleh (Sumardjo & Saini (1997: 3) yang berpendapat bahwa Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra pengarang mampu mengkritik, membantah, memuji, hingga menolak suatu keadaan yang dialaminya di dalam lingkungan masyarakat. Sebuah karya sastra tercipta karena adanya proses yang sudah terjadi didalam kehidupannya sehingga kejadian yang meresahkan maupun mengesankan mampu mendorong imajinasi pengarang dalam pembuatan suatu karya sastra secara menarik.
ADVERTISEMENT
Kelahiran atau awal teater modern Indonesia dimulai jauh sbelum abad ke-20. Embrio teater modern Indonesia berkembang dengan masuknya pengaruh Eropa (Belanda) di Indonesia pada pertengahan abad ke-19, perkembangan atau sejarah teater modern Indonesia menurut Sumardjo (1992:102) secara garis besar, sejarah teater modern Indonesia terbagi dalam empat periode: (1) masa perintisan teater modern, (2) masa kebangkitan teater modern, (3) masa perkembangan teater modern, dan (4) teater Indonesia mutakhir.
“Kemampuan saya hanya di teater, jadi teater harus saya tekuni,” kalimat singkat yang dilontarkan mampu mendeskripsikan bahwa ia sosok pegiat teater yang tulus mengabdi pada seni yakni berteater. Laki-laki satu ini memiliki darah kelahiran Padang, Sumatra Barat, 14 September 1954. Jose Rizal Manua dikenal sebagai seorang pujangga. Saat ini laki-laki berdarah Padang ini masih aktif mengelola dan membesarkan salah satu kelompok teater miliknya, Teater Tanah Air. Selain menekuni seni teater ia juga aktif menulis puisi, puisi-puisi yang ia tulis memliki ciri khas yaitu kehumorannya.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil jiwa seninya Jose Rizal Manua sudah terlihat dari keterampilannya membaca puisi dan teater. Semasa duduk di taman kanak-kanak, Jose sering mengikuti pertunjukan di Radio Republik Indonesia, Kalimatan, juga pada saat hari nasioanal. “Kerap kali anak-anak seperti saya diajak orang dewasa untuk main,” tutur laki-laki berdahah Padang satu ini. Berangkat dari sini kemampuan berteater saya makin terasah, kemudian saat menuntut ilmu perteateran di Bengkel Teater Rendra. Bagi Jose, teater bukanlah sekedar seni dalam pertunjukan. “Seseorang dilatih menumbuhkan kepercayaan diri dan pikirannya,” ujan Jose. Jose juga merupakan sarjana Seni dari Fakultas Teater, Institut Kesenian Jakarta tahun 1986, lalu melanjutkan program Magister Bidang Film, Institut Seni Indonesia Surakarta, Solo tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Berkat ilmu yang didapatnya, lantas Jose memberanikan diri untuk mendirikan Teater Tanah Air pada tahun 1998. Di teater inilah Jose merangkul anak-anak dan membagikan ilmu perteaterannya tanpa dipungut biaya. Teater Tanah Air memliki markas yang berada di Taman Isail Marzuki. Dengan kerja keras dan semangatnya Jose selalu komitmen untuk menghidupkan teaternya ini. Keberhasilan mendirikan Teater Tanah Air tidak membuatnya berhenti berkarya, ia juga salah satu pegiat teater yang sangat peduli dengan dunia literasi, yang di mana ia mendirikan sebuah kios buku pada 1968 yang dikenal dengan sebutan “Bengkel Deklamasi Jakarta” kios ini terletak di sudut Graha Shaba Taman Ismail Marzuki, di sana ia menyedikan berbagai macam buku-buku bekas yang layak dibaca dan mampu menjadi rekomendasi tempat bagi orang-orang yang sedang mencari buku-buku yang sudah sulit ditemukan di toko-toko buku lainnya.
ADVERTISEMENT
“Orang Indonesia tidak bisa hidup dari teater. Saya mensubsidikan teater dari mengelola buku dan diundang membaca puisi di mana-mana,” papar Jose.
Sumber: Google
Penghargaan Yang Pernah Diraih
Jose Rizal Manua bersama Teater Tanah Air miliknya mampu meraih The Best Performance dan meraih 10 medali emas di The Asia Pacific Festival of Children Thearte 2004. Yang diadakan di Toyama-Jepang. Teater Tanah Air membawakan lakon yang berjudul Bumi di Tangan Anak-anak karya Danarto.
Bersama Teater Tanah Air tahun 2008, kembali meraih 19 medali emas di seluruh kategori pada Festival Teater Anak-anak Dunia ke-9, yang diadakan di Ligen-Jerman. Pada festival ini Teter Tanah Air membawakan lakon yang berjudul Wow karya Putu Wijaya. Jose Rizal Manua juga mendapatkan penghargaan “Satya Lencana Wirakarya” dari Presiden Rebpublik Indonesia, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2008.
ADVERTISEMENT
Teater Tanah Air selalu mengahrumkan nama bangsa, pada kali ini kembali meraih penghargaan The best performance dan The Best Director pada 10th World Festival of Children’s Theatre Performance karya Putu Wijya. Tidak sampai disini bersama Teater Tanah Air, ia diundang khusus oleh markas PBB dalam memperingati The United Nations Universal Children’s Day di Palais Des Nations-United Nations Swiss in Geneve (UNDG), Jenewa-Swiss. Membawakan lakon berjudul Spectacle PEACE – a Visual Theartre Performace karya Putu Wijaya. Selain itu juga mendaptkan penghargaan Rekor MURI, sebagai grup teater yang memperoleh penghargaan internasional terbanyak.
Kumpulan Karya
Jose Rizal Manua selain mahir berteater, membaca puisi, ia juga mampu banyak menyutradarai teater dan memainkan sebuah monolog. Sajak-sajak yang sudah ia tulis antara lain, Manusia Kepingin Kalau Bisa, Bahkan Dalam Usia Yang Ke-62 Kini, Kesaksian Pilu Di Unjung Tahun Baru, Di Negeri Yang Serba Palsu, Tanah Air, Lucu Juga, Ya?, Sajak KKN, Menghayal Jadi Presiden, Sengseng Tengtes Sresep Brebet!, dan lain sebgainya. Jose Rizal Manua juga banyak berperan di dalam perfilman Indonesia, seperti, Fiksi (2008), Kala (2007), Oeroeg (1992), Tropic of Emerald (1992), Brownies (2005), Asmara Dua Diana (2009), Meraih Mimpi (2009), dan yang terbaru ia tampilkan dalam film Danur: I Can See Ghost (2016).
ADVERTISEMENT