Akibat Kebakaran Hutan, Dinkes Temukan 124 Kasus ISPA di Rupat, Riau

Konten Media Partner
25 Februari 2019 20:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SEORANG petugas BPBD Bengkalis memasangkan masker ke wajah seorang warga di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Senin, 25 Februari 2019.
zoom-in-whitePerbesar
SEORANG petugas BPBD Bengkalis memasangkan masker ke wajah seorang warga di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Senin, 25 Februari 2019.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, BENGKALIS - Sejak tiga pekan terakhir, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bengkalis mencatat terjadinya peningkatan penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), seiring semakin meluasnya Kebakaran Lahan dan Hutan (karhutla) di Pulau Rupat, Bengkalis.
ADVERTISEMENT
Data Dinkes Kabupaten Bengkalis mencatat 124 kasus penyakit ISPA akibat asap. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, dr. Ersan Saputra, mengatakan penderita ISPA terbanyak adalah masyarakat golongan usia 20-24 tahun, yakni sekitar 28,2 persen, dengan jumlah 35 kasus.
WARGA menerima masker yang dibagikan oleh petugas medis di Pulau Rupat, Bengkalis, Senin, 25 Februari 2019.
Kemudian, disusul golongan usia 1-4 tahun, sekitar 17,7 persen, dengan tingkat jumlah kasus sebanyak 22 kasus. Selanjutnya, umur 5-9 tahun, sebanyak 16,1 persen, sekitar 20 kasus.
Sementara untuk golongan usia 45-54 tahun, tercatat ada 14 kasus atau hampir 11,3 persen. Untuk tingkat usia lebih kurang 1 tahun juga ditemukan hampir 9,7 persen, dengan jumlah 12 kasus.
"Dari tiga Puskesmas yang ada di Kecamatan Rupat itu tercatat total kasus ISPA atau ILI dampak asap sebanyak 124 kasus," kata Ersan Saputra kepada SELASAR RIAU, Senin (25/2).
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, Dinkes Kabupaten Bengkalis telah berupaya menanggulangi krisis kesehatan akibat karhutla dengan menyiagakan stok logistik masker, mendistribusikan masker, serta memantau perkembangan kejadian bencana asap dan membuat laporan secara berkala.
SINAR matahari tak menembus ke tanah akibat tebalnya asap akibat KebakaranHutan dan Lahan (Karhutla), di Pulau Rupat, Senin, 25 Februari 2019.
"Sebagaimana instruksi Bapak Bupati, kita sudah mengirimkan 5.000 masker ditambah dari RSUD Bengkalis 1.000 masker dengan total dikirimkan ke Rupat 6.000 masker," jelasnya.
Tak hanya itu, ia juga sudah memerintahkan kepada Kepala Puskesmas untuk terus memantau kesehatan masyarakat terutama terkait karhutla.
"Saya minta segera dilaporkan agar update terus tentang jumlah pasien terdampak karhutla tersebut," kata Ersan Saputra.
Saat ditanya perihal apa lagi bentuk tanggap Dinkes Kabupaten Bengkalis dalam menangani permasalahan karhutla tersebut, Ersan menjawab Dinkes tetap selalu memberikan pelayanan kesehatan maksimal kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Gubernur Perintahkan Kirim Masker
Gubernur Riau, Syamsuar, telah memerintahkan dinas terkait untuk segera mengirim bantuan masker dan obat-obatan ke Pulau Rupat, Bengkalis.
ANGGOTA polisi yang sedang berpatroli menerima pemberian masker yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Bengkalis, Senin, 25 Februari 2019.
Pulau di pesisir Riau itu hingga hari ini diselimuti kabut asap tebal akibat kebakaran hutan dan lahan.
"Saya sudah minta Pak Sekda untuk segera siapkan dan kirim ke sana," kata Syamsuar.
‎Ratusan personel gabungan TNI, Polri, Manggala Agni, hingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta masyarakat setempat berjibaku melakukan pemadaman.
Selain upaya pemadaman, Syamsuar memastikan bantuan kesehatan segera dikirim ke Pulau terluat di Pesisir Riau tersebut. "Agar nanti tidak meluas penyakit yang tidak diharapkan," ujarnya.
Pulau Rupat hingga hari ini terus membara. Bahkan, pagi tadi kualitas udara terus menurun hingga level berbahaya. Kesehatan masyarakat Pulau Rupat juga terpantau terganggu.
ADVERTISEMENT
"Puskesmas kita sudah menangani beberapa pasien yang mulai batuk-batuk, flu akibat dampak asap," kata Camat Rupat, Hanafi.
Korban kabut asap juga menyerang bayi, yang harus mendapat perawat serius. Meski terus terpapar udara tidak sehat hingga berbahaya, dia mengatakan belum ada warganya yang mengungsi.
Selain isu kesehatan, pendidikan anak-anak juga terkena imbasnya. Sebuah sekolah dasar di Rupat bahkan terpaksa diliburkan karena berada tidak jauh dari lokasi Karhutla serta diselimuti asap tebal.