Ribuan Guru di Pekanbaru Demo Tuntut TPP Tidak Dihapuskan

Konten Media Partner
5 Maret 2019 14:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
RIBUAN guru se-Kota Pekanbaru menggelar aksi demo menuntut untuk tak dihapusnya Tunjangan Pokok Pegawai (TPP) ke Kantor Wali Kota, Jalan Sudirman, Pekanbaru.
zoom-in-whitePerbesar
RIBUAN guru se-Kota Pekanbaru menggelar aksi demo menuntut untuk tak dihapusnya Tunjangan Pokok Pegawai (TPP) ke Kantor Wali Kota, Jalan Sudirman, Pekanbaru.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SELASAR RIAU, PEKANBARU- Ribuan guru berdemo di depan kantor Wali Kota Pekanbaru, Selasa (5/3).
ADVERTISEMENT
Mereka menggeruduk kantor Wali Kota Pekanbaru guna berjumpa dengan Wali Kota, Firdaus, dan pejabat pemerintah lainnya.
Para guru tersebut menuntut Wali Kota untuk tidak menghapus Tunjangan Pokok Pegawai (TPP) tahun 2019. Terlebih, mereka mengungkapkan bahwa selama setahun belakangan ini mereka hanya menerima TPP sebanyak 9 kali dari jumlah seharusnya 12 kali.
Namun, hingga tengah hari, Firdaus maupaun staf pemkot lainnya tak menemui ribuan guru tersebut. Tidak mendapatkan respons positif, ribuan guru itu lantas berjalan kaki menuju kantor DPRD Kota Pekanbaru.
DEMO guru se-Pekanbaru saat berjalan kaki usai dari tak diterima oleh Wali Kota Pekanbaru, Firdaus, dan pejabat Pemko ke DPRD Pekanbaru, Selasa, 5 Maret 2019.
"Kita hanya ingin hak kita dipenuhi. Diberikan yang selayaknya. Mengapa pejabat lain bisa naik malah kami dihapuskan" ujar Rio, seorang peserta demo.
Sembari sesekali menyeka peluh di keningnya, Rio menjelaskan, tidak sedikit pengorbanan mereka lakukan untuk aksi ini.
ADVERTISEMENT
"Pihak sekolah banyak tidak mengizinkan aksi ini. Bahkan ada sampai memanjat pagar karena gerbang sekolah dikunci," jelasnya.
Meski demikian, Rio mengatakan, para guru tidak meninggalkan kewajiban mereka.
"Insya Allah kami tidak meninggalkan kewajiban kami sebagai guru, misalnya saya sebagai guru SD kelas 6. Hari ini sedang melaksanakan try out. Sementara guru lain sempat mengajar jam pertama atau meninggalkan tugas untuk murid," ujarnya.
Meski demikian, Rio tidak bisa menampik, aksi ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, khususnya wali murid.
"Kami minta agar pihak pemerintah kota mau bekerja sama dan membantu menjelaskan titik masalah. Kami sebenarnya tidak ingin profesi guru tercoreng. Kami hanya ingin hak kami dipenuhi tidak kurang tidak lebih," tandasnya.
ADVERTISEMENT