Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Cerita Edi yang Berhasil Merakit Pesawat Capung Sendiri dari YouTube
22 Maret 2020 22:53 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bagi montir sepeda motor ini, merakit dan menerbangkan pesawat capung, merupakan impiannya selama belasan tahun terakhir. Hebatnya, ia gunakan barang-barang bekas untuk merangkai satu demi satu hingga bisa terbang ke udara.
Edi Sr awalnya sangat menyukai hal-hal berbau pesawat capung. Sekitar empat tahun silam, Edi punya pengalaman tersendiri dengan pesawat saat bekerja di Duri, Bengkalis, Riau.
"Berawal dari hobi, saya suka dengan pesawat-pesawat kecil, ditambah 4 tahun lalu, saya punya pengalaman pada satu perusahaan di Duri. Waktu itu, saya melihat orang menggunakan pesawat capung untuk menyirami sawit. Saya sempat ikut menaikinya," kata Edi mengenang kepada Selasar Riau, Minggu (22/3/2020).
Dari hobi itulah, kemudian Edi pelan-pelan mewujudkan impiannya. Ia butuh empat tahun untuk merakit barang-barang bekas dirangkai menjadi satu menjadi sebuah pesawat terbang.
ADVERTISEMENT
Waktu empat tersebut, tuturnya, dilakukan disela-sela bekerja mencari nafkah dengan membuka bengkel motor di desanya.
"Saya belajar otodidak serta dari YouTube bagaimana membuat dan merakit pesawat terbang," cerita Edi.
Uji coba pekan lalu, tuturnya, merupakan percobaan ke-15 kali, dan berhasil terbang sebentar, sebelum jatuh ke tanah, ke semak-semak usai terbang beberapa detik.
Bapak tiga anak ini sempat gagal saat take off pesawat SR Eksperimen miliknya di sekitar perkampungan Desa Langkan, Kecamatan Langgam. Pemicunya, keterbatasan landasan pacu.
"Percobaan penerbangan pertama gagal, saat kedua sudah bisa terbang, tapi karena landasan pacunya minimal perlu 200 meter, makanya kita ubah lagi modifikasi (pesawat)," ungkap Edi.
Kemudian uji coba selanjutnya, ujarnya, ia menerbangkan pesawat di jalan Koridor PT RAPP KM 20. Saat itu, ia berhasil menerbangkan hanya dengan jarak landasan pacu sepanjang 50 meter.
ADVERTISEMENT
"Uji coba terakhir kemarin, Senin siang sekitar pukul 14.30 WIB. Saat itu jalanan sepi. Sudah bisa terbang pesawatnya dengan jarak landasan pacu 50 meter, tapi lantaran setelan gas bermasalah, jatuh," kata Edi sambil tertawa ringan.
Kendati demikian, ia tak ingin berputus asa. Edi bahkan ingin memodifikasi lebih baik lagi, hingga pesawat capung ciptaannya itu bisa terbang dengan sempurna.
"Sekarang saya sudah mulai merakit dengan memodifikasi rancangan terbaru, agar nanti bisa lebih sempurna," jelasnya.
Bahan-bahan digunakan Edi untuk pesawat terbangnya, mesin speedboat bekas dimodifikasi, mulai dari mesin hingga kedudukannya hingga besi bekas dirancang hingga menjadi sebuah bentuk pesawat capung.
Kesemuanya itu, Edi belajar secara otodidak serta ditambah dengan menonton video merakit pesawat di YouTube.
ADVERTISEMENT
Mesin pesawat digunakan adalah mesin speedboat bekas merek Yamaha Enduro 40 PK seharga Rp 16 juta ia beli, lalu dimodifikasi dan ubah kedudukannya.
"Kalau baru harganya Rp 45 juta. Makanya kita coba dari yang bekas dan peralatan lain saya lengkapi dengan barang seadanya Mas. Pembuatan rangka dan lainnya saya pelajari di YouTube," ungkap Edi.
Jika dirincikan, tutur Edi, dari awal perakitan hingga selesai pengerjaannya selama empat tahun, biaya dikeluarkan lebih kurang Rp 35-40 jutaan.
"Kalau dirincikan dari awal sekitaran Rp 35-40 jutaan lah. Itu juga lantaran keterbatasan dana dan waktu saat kita mengerjakan sepeda motor pelanggan" ungkapnya.
Edi mengakui, selama 11 tahun berada di Desa Langkan, Kecamatan Langgam, ia sering terdampak banjir setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Ini juga menjadi motivasi dan faktor kuat ingin menciptakan pesawat rakitan. Tujuannya, agar bisa membantu sebagai alat transportasi apabila jalan ditutup akibat banjir tersebut.
"Karena sejak saya tinggal di sini sering banjir, kadang harus pindah jalur, kadang jalannya ditutup ketika mau pulang ke rumah. Ini juga memotivasi saya, agar bisa membantu kalau apabila banjir terjadi," ujarnya.
Saat ditanyakan, perhatian pemerintah terhadap keinginannya menciptakan pesawat capung ini, Edi tidak menampik harapan dari hobinya itu bisa tersalurkan secara sempurna.
"Sejauh ini, dari pemerintah desa memang sudah tahu kegiatan saya selama ini, dan mereka tidak ada melarang. Kalau harapan saya sebetulnya butuh juga, sekarang kita hanya bisa menggunakan alat seadanya dan semampunya saja," pinta Edi mengakhiri.**
ADVERTISEMENT
Laporan: RISKI APDALLI