Konten Media Partner

Cerita Pilu Penghuni Panti Jompo, Mandi dengan Air di Bak Tikus Berenang

13 September 2020 20:26 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BAK mandi ini sering tikus berenang di dalamnya. Bak ini juga yang tiap hari dipakai airnya untuk mandi oleh para lansia penghuni Panti Jompo Pekanbaru.
zoom-in-whitePerbesar
BAK mandi ini sering tikus berenang di dalamnya. Bak ini juga yang tiap hari dipakai airnya untuk mandi oleh para lansia penghuni Panti Jompo Pekanbaru.
ADVERTISEMENT
JALAN Kaharuddin Nasution, Pekanbaru, tampak ramai dengan mobil berlalu-lalang. Di samping Rumah Makan Nurdin, bangunan Panti Jompo berdiri dengan pagar mengelilingi sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Unit Pelaksana Tugas Panti Sosial Tresna Wredha (UPT PSTW) Khusnul Khotimah, begitu nama Panti Jompo tersebut terpampang di depan pintu masuk.
Memasuki lingkungan UPT PSTW, warna cat bangunannya kian memudar. Di bagian bawah dinding bangunan, catnya mengelupas. Suara karaoke berbunyi kencang memekakkan telinga.
UPT PSTW Khusnul Khotimah terdiri dari beberapa wisma dihuni orang-orang lanjut usia (Lansia) berjumlah empat hingga lima orang.
Berhenti tepat di depan Wisma Anggrek, seorang nenek menyapa dengan ramah. Sembari duduk di teras wisma, nenek biasa disapa Susi ini bercerita pengalamannya selama tinggal di UPT PSTW.
Ia mengatakan, suara karaoke ini hampir setiap hari didengarnya. Tentu saja mengganggu ia dan kawan-kawan lansia lainnya.
BAK mandi para lansia penghuni Panti Jompo, Pekanbaru.
Pramulansia karaokean tiap hari, jadi kita nggak bisa istirahat,” kata Susi dengan raut wajah sedih, Sabtu (12/9/2020).
ADVERTISEMENT
Ia bercerita, ada seorang pralamunsia kerjanya menjerit-jerit terus siang malam. Tentu saja ini mengganggu Susi dan lansia-lansia lainnya.
Siangnya, ada lima hingga enam pramulansia masuk kamar, kemudian bercerita dengan suara besar. Susi mengaku sudah pernah mengingatkan pralamunsia-pramulansia tersebut.
“Tolonglah hargai kami orang tua ini tidur. Saya ini punya sakit. Ga mau dia. Sampai saya pernah ancam, kalian kalau masih mau ribut di sini, aku siram pakai air cabe. Siramlah aku nggak takut, kata pralamunsia itu,” cerita Susi kesal.
Susi akhirnya memberitahu kepada Kepala Panti, Kepala Panti kemudian turun tangan dan meminta para pralamunsia jika ingin ribut, di aula saja.
“Tapi akhirnya, kaya gitulah kejadiannya, dibikinnya karaoke besar-besar begitu sampai nanti jam empat sore,” cerita Susi.
ADVERTISEMENT
Setelah asyik bercerita, Susi mengajak memasuki Wisma Anggrek untuk berkeliling. Isi Wisma Anggrek cenderung sedikit, hanya ada sofa hitam usang dan beberapa perabotan lainnya.
Beberapa bagian di lantai Wisma, tampak rusak dan berlubang. Jelas ini membahayakan bagi lansia-lansia, apalagi jika memiliki penyakit seperti diabetes.
Berlanjut ke dapur wisma, tampak kotor dan ada lubang tikus, padahal di dekat lubang tikus itulah para lansia meletakkan nasinya.
Sekitar pukul 10.00 WIB, setelah mengelilingi wisma, seorang laki-laki berbaju biru mengendarai motor bergegas menuju ke aula. Saat itu juga, suara karaokean awalnya memekakkan telinga, terhenti seketika.
ADVERTISEMENT
Dari kejauhan, tampak Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaporv) Riau, Yan Prana Jaya Indra Rasyid, bersama rombongan melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak).
Yan Prana dan rombongan berkeliling UPT PSTW ditemani Kepala UPT PSTW Khusnul Khotimah.
Sesekali, ia tampak berbaur dengan lansia di sana. Lelaki berbaju donker bertuliskan Adidas dengan lengan pendek itu bertanya kepada para lansia ia temui.
KONDISI pembuangan air dapur di Panti Jompo Pekanbaru.
Tengah asyik berbincang-bincang dengan para lansia, Susi dengan jilbab biru mudanya mendekat ke Yan Prana. Ia meluapkan emosi selama ini tertahan.
“Ada pramulansia minjam uang saya. Nggak mau lagi saya minjamin, bikin ribut di wisma saya, dari pagi hingga jam 4 sore, nggak mau diam. Karaokean terus, ribut terus, saya ngadu sekarang, puas saya,” teriak Susi sembari berlinang air mata.
ADVERTISEMENT
Yan Prana tampak kaget, lalu meminta kepada pejabat di UPT untuk mendatangkan nama-nama disebutkan Susi.
Seorang di antaranya bernama Dila. Ia dan seorang temannya kemudian menghadap.
Sekdaprov Yan Prana bertanya kepada keduanya, namun membantah tuduhan Susi. “Kenapa kalian karaoke? Kalian ngurus apa?” tanya Yan.
Dila menjawab, ia dan teman-temannya jarang karaokean, hanya jam-jam istirahat di jam satuan, itupun nyanyinya di aula, bukan wisma.
“Kalau soal uang, Kami minjam uang kami balekan Pak, kan bukan kami aja Pak, banyak,” katanya dengan nada agak tinggi.
“Eh kok melawan kamu. Dengar kata saya, jangan menjawab kamu. Dikasih tau melawan. Saya bukan ini aja urusan saya, apa pun laporan, saya pasti ke lapangan. Saya tinjau, kamu menjawab pula lagi. Itu kan pengakuan dia, orang tua. Dikasih tau menjawab pula lagi. Jangan lakukan lagi karaokean ya. Buat surat perjanjiannya. Saya tunggu,” kata Yan Prana tegas.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian memberi nasihat agar mengurus para lansia dengan baik. Anggap para lansia ini orang tua sendiri.
Menanggapi terkait karaokean ini, Kepala UPT PSTW Khusnul Khotimah, Hermon mengatakan, mereka sudah memberitahu kepada pramulansia.
“Kita sudah ngasih tau, cuma kan mereka siang-siang jam istirahat,” katanya.
Yan kembali berkeliling, lalu menghampiri kakek berusia 80 tahunan tengah asyik merokok. Namanya Ucok. Ia menceritakan, untuk pelayanan baik, pengurusnya juga tidak jahat secara fisik.
“Mukul nggak, jahat mulut itu biasa. Namanya manusia,” kata Ucok.
Setelah bercerita dengan Ucok, Yan Prana kembali berkeliling ke wisma-wisma, aula, dapur, klinik, dan ruangan-ruangan lainnya.
Tapi di antara semua wisma, Wisma Anggrek tak diarahkan untuk dikunjungi. Entah terlewat atau sengaja dilewatkan.
SEKRETARIS Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau, Yan Prana Jaya Indra Rasyid, saat berdialog dengan para penghuni Panti Jompo, Pekanbaru.
Selepas Yan Prana dan anggotanya selesai berkeliling, mereka berpamitan pulang. Susi masih terduduk di depan wismanya dengan jilbab biru dan rambut sedikit keluar di keningnya.
ADVERTISEMENT
Susi mengatakan, setelah ia melapor, bendarawan datang menemuinya dan menanyakan apa dilakukan Susi tadi.
Ia menjawab tanpa takut, apa dikatakannya memang benar adanya. Susi kembali melanjutkan cerita, ia dirinya pernah juga melapor terkait karaoke ini kepada kepala.
“Sebelum ditindaklanjuti, Bapak Kepala bilang, kan nenek ada CD, hidupkan CD itu. Kalau kita udah tua mau tidur itu, nggak ada lagi CD. Ngadu ke Ibu Hermida, gitu juga katanya,” kata Susi sudah tujuh tahun di Panti UPT PSTW Khusnul Khotimah ini.
Ia bercerita, karena kekurangan tidur, vertigonya sempat kambuh. Susi meminta kepada Pramulansia Dila untuk memanggil perawat di poliklinik, tapi Dila justru membawa anaknya pergi tanpa memanggilkan perawat.
Akhirnya, ada pramulansia lain memanggilkan perawat untuk Susi, sedangkan Dila pulang, padahal belum waktunya pulang. “Si Dila itu, semua bingkisan diambil, nggak ada nginyam (cicip) nenek-nenek,” ceritanya.
ADVERTISEMENT
Susi berharap untuk kedepannya di Panti UPT PSTW ini bisa lebih baik. “Semoga bisa lebih baik, mau kemanalah kami lagi,” harapnya.
Kurangnya Perencanaan
Sementara itu, anggota DPRD Provinsi Riau, Ade Hartati mengatakan, kondisi di panti jompo ini memperlihatkan perencanaan Pemerintah Provinsi sangat buruk.
Panti jompo merupakan aset Pemprov dan seluruh berada di dalamnya menjadi tanggung jawab Pemprov.
“Orang tua itu merupakan tanggung jawab, itu diatur di UUD. Fakir miskin, anak telantar, itu dibiayai negara,” kata Ade.
Ia berharap agar kedepannya perencanaan dibenahi. Perencanaan itu bisa dilihat dari kondisi bangunan dan sumber daya yang ada. Selain itu, harus juga sesuai kebutuhan.
“Kalau kebutuhannya renovasi fisik, ya laksanakan. Jangan hanya kegiatan-kegiatan seremonial saja,” tutupnya.
ADVERTISEMENT
Laporan: MUTHI'A AL HAURA