COVID-19 di Riau Tertinggi Se-Sumatera, Apa yang Salah dengan Penanganannya?

Konten Media Partner
26 April 2021 20:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
GUBERNUR Riau, Syamsuar.
zoom-in-whitePerbesar
GUBERNUR Riau, Syamsuar.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Jarum jam baru saja menunjukkan pukul 20.30 WIB. Mengenakan pakaian taktikal berwarna gelap, orang nomor 1 di Polda Riau ini bergegas menuju kendaraan roda empat yang sudah menantinya di garasi rumah dinas.
ADVERTISEMENT
Menembus gelapnya malam, Kapolda Riau, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi, Minggu (25/4/2021), langsung menuju Mapolda Riau, Jalan Pattimura, Gobah.
Setibanya di Mapolda, sudah bersiap ratusan personel polisi berbagai satuan dan Brimob Polda Riau bersenjata laras panjang, untuk mengikuti apel di halaman.
INFOGRAFIS: Trend kasus baru konfirmasi COVID-19 di Riau.
Apel malam itu untuk memantapkan persiapan penyekatan arus lalulintas pada berbagai titik yang masuk zona merah penyebaran COVID-19 di Kota Pekanbaru.
Setidaknya, tempat-tempat keramaian, seperti Jalan Ronggowarsito, Sudirman, Arifin Achmad, HR Subrantas, dan Riau, menjadi target menjalankan instruksi terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Skala Mikro. Termasuk penyekatan jalan.
Agung Setya menyusuri jalan-jalan seperti Ronggowarsito, Tugu Keris Pattimura, Arifin Achmad, Tuanku Tambusai, Soekarno-Hatta, HR Subrantas, Riau, Sudirman hingga Harapan Raya.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, ia melihat secara langsung masih tidak disiplinnya masyarakat Pekanbaru dan Riau dalam memakai masker, menjauhi kerumunan dan mencuci tangan.
Dampaknya, Provinsi Riau hingga kini menjadi Juara 1 untuk pasien positif Corona. Tak hanya itu, Riau juga menjadi juara 1 pasien meninggal dunia akibat COVID-19.
Hebatnya, kedua peringkat juara 1 itu Pulau Sumatera, mengalahkan provinsi tetangga dengan jumlah penduduk terbanyak. Sebut saja Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
INFOGRAFIS: Kasus konfirmasi COVID-19 di Riau.
Hari ini saja, terdapat 614 penambahan kasus positif, tertinggi nomor 4 di Indonesia, atau nomor 1 di Riau.
Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau, Tito Handoko mengatakan, apa yang dilakukan Satuan Tugas COVID-19 Provinsi Riau dalam memutus mata rantai penyebaran dan kematian akibat Virus Corona, sama sekali tidak ada.
ADVERTISEMENT
"Penambahan kasus itu karena Satgas COVID-19 Riau memang tidak punya blue print penanganan. Penanganan selama ini seperti autopilot," jelas Tito Handoko, Senin (26/4/2021).
Ia mencontohkan, untuk hari Minggu kemarin saja, di Riau ada penambahan 404 orang.
Dalam sehari. Belum lagi yang meninggal dunia akibat virus tersebut 8 orang. Secara keseluruhan, sudah ada 41.694 kasus positif dengan 1.024 orang meninggal dunia.
Ini, tuturnya, bukti tidak ada penanganan secara serius dan langkah konkrit serta nyata dilakukan Satgas memutus mata rantai penyebaran Corona.
"Kemunculan Kapolda sebagai pilot, tentu bukan tanpa alasan. Mengingat peran pengendalian di birokrasi sipil dianggap lemah. Apalagi, di awal-awal COVID-19 di Riau tahun 2020, Riau sempat beberapa bulan 0 kasus. Itu peran Polisi semua, bukan Pemprov atau Pemda," jelas kandidat doktor ini.
ADVERTISEMENT
Syamsuar, tuturnya, baik sebagai Ketua Satgas COVID-19 maupun Gubernur sangat lemah dalam memimpin penanganan virus ini. Dampaknya, Riau menjadu Juara 1 di Pulau Sumatera.
INFOGRAFIS: Trend kasus aktif konfirmasi COVID-19.
"(Syamsuar) sebagai gubernur maupun Ketua Satgas COVID-19 harus bertanggung jawab. Sebab muara dari kebijakan strategis ada di tangannya. Pelimpahan sebagian wewenang kepada bawahan jika tidak disertasi dengan kerangka kebijakan realistis, juga akan sulit," kritik Tito.
Syamsuar yang lemah dalam memimpin seluruh komponen menangani COVID-19, tuturnya, memunculkan pemimpin-pemimpin lainnya. Leader inilah kelihatan di mata masyarakat diambil alih oleh Kapolda Irjen Pol Agung Setya.
Koordinasi tetap berjalan, jelasnya, tentu harus dipimpin seorang ada leader, pemimpinnya. Mestinya Gubernur yang memimpin. Akan tetapi sekarang ini sama sekali tak kelihatan.
"Jangan sibuk rapat-rapat tanpa ada langkah konkrit. Maka harus ada mengambil alih peran itu terutama peran pengendalian, bisa Danrem ataupun Kapolda. Ternyata yang tampil Kapolda Riau. Walau pun itu bukan tugas kedunya," jelas Tito.
ADVERTISEMENT
Tampilnya Kapolda Irjen Agung Setya, jelasnya, patut diapresiasi sebagai leader dalam penanganan memutus mata rantai COVID-19 semua pihak.
Jika tidak, ungkapnya, situasi seperti ini akan selalu terjadi terus-menerus, tanpa ada perbaikan disertai penurunan warga Riau terkonfirmasi positif Corona.
"Jika tak di take over, diambil alih (oleh Kapolda), maka akan sepeti ini terus. Lebih-lebih di tengah Ramadhan saat ini. Mobilitas masyarakat sangat tinggi. Langkah dilakukan Agung Setya sudah tepat," jelasnya.
KAPOLDA Riau, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi.
Sementara itu, pengamat komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris mengatakan, apa yang dilakukan Kapolda Irjen Agung Setya saat ini seakan-akan dilihat masyarakat Riau memimpin penanganan COVID-19, tidak perlu terjadi.
Seharusnya, jelas penyandang gelar doktor ini, penanganan pencegahan ini tugas kepala daerah sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat. Apalagi, kepala daerah itu langsung menjabat sebagai Ketua Satgas COVID-19 di daerah dipimpinnya.
ADVERTISEMENT
"Kita harus apresiasi tindakan Kapolda telah dengan sigap mengambil tindakan cepat penanganan COVID-19 di lapangan. Setidaknya, langkah kapolda ini merupakan hasil koordinasi antara kepala daerah dengan kapolda dalam Satgas COVID-19," jelas dosen komunikasi Umri ini.
Tugas kepolisian dan TNI untuk mengambil tindakan tegas di lapangan tentu harus dilakukan. "Terpenting jangan terjadi distorsi pesan terhadap tindakan dilakukan Kapolda," ingatnya.
Tanggung Jawab Selamatkan Rakyat Riau
Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi, risau melihat dua bulan terakhir penambahan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 tak terkendali, ditambah tembusnya angka 1.000 lebih rakyat Riau meninggal dunia.
Dimulai dari pekan lalu, Minggu (18/4/2021), Kapolda Irjen Pol Agung Setya meninjau secara langsung penerapan PPKM Skala Mikro di zona merah pada dua wilayah di Pekanbaru.
PENYEKATAN jalan dilakukan oleh Polisi.
Keduanya, Perumahan Beringin Indah RW 06, Kelurahan Sidomulyo Timur, Marpoyan Damai, dan Pos PPKM di Jalan Singgalang VI, Kelurahan Tangkerang Timur, Tenayan Raya.
ADVERTISEMENT
Sehari berselang, Agung Setya juga mengajak Forkopimda untuk melihat ketidakpatuhan dan ketidakdisiplinan warga di pusat jajanan Tugu Keris, Jalan Diponegoro ujung-Pattimura.
Teranyar, Minggu malam, Agung Setya memerintahkan ribuan anggotanya di Polsek, Polresta Pekanbaru dan Polda Riau untuk membubarkan kerumunan warga yang telah melewati batas jam sesuai Instruksi Wali Kota Pekanbaru, Firdaus.
"Saya hanya menjalankan apa yang diatur dalam Instruksi Gubernur Riau dan Wali Kota Pekanbaru terhadap PPKM Skala Mikro di Riau. Termasuk penyekatan jalan di Pekanbaru," jelas Agung
usai meninjau secara langsung penyekatan jalan-jalan di Kota Pekanbaru.
Ia mengatakan, instruksi saja tidak cukup. Perlu disertai dengan tindakan nyata sehingga mampu menekan pasien terkonfirmasi positif Corona.
Langkah kecil dirasakan kurang, perlu langkah besar dan signifikan sehingga Riau tak lagi urutan nomor 3 atau 4 seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ada kepedulian, jelasnya, bagi yang sehat untuk menjaga kesehatannya, bagi warga sakit dilakukan intervensi dengan memberikan obat-obatan secara benar dan baik.
Sehingga rakyat Riau terselamatkan dari kematian dan tak menularkan ke orang lain.
"Saya ada keinginan sangat besar menyelamatkan rakyat Riau dari kematian COVID-19. Saya jadi bagian memikul tanggung jawab selamatkan rakyat Riau," tegasnya.