Konten Media Partner

Dampak Abrasi Mengkhawatirkan, Warga Takut Pulau Bengkalis Riau Tenggelam

15 Desember 2022 13:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Pulau Bengkalis di Kabupaten Bengkalis, Riau, akibat abrasi. (ANDRIAS/SELASAR RIAU)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Pulau Bengkalis di Kabupaten Bengkalis, Riau, akibat abrasi. (ANDRIAS/SELASAR RIAU)
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, BENGKALIS - Dampak abrasi di sepanjang garis pantai Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Riau, sangat mengkhawatirkan. Bahkan dalam dua tahun terakhir sudah terjadi abrasi di tiga titik di Pulau Bengkalis yang menghadap Selat Melaka.
ADVERTISEMENT
Titik pertama terjadi pertengahan pada November 2022 lalu di Desa Muntai dan Muntai Barat. Kedua terjadi di Dusun Parit Tiung, Desa Jangkang, pada Desember 2021 lalu.
Ketiga, terjadi di Desa Simpang Ayam, Kecamatan Bengkalis, berupa longsor dibarengi abrasi, pada Sabtu (10/12).
"Ya, longsor dan abrasi kali ini sangat mengerikan. Tanah gambut terbelah-belah seperti terjadi gempa bumi," ucap Nazori, salah seorang tokoh masyarakat Desa Simpang Ayam, Rabu (14/12).
Nazori mengatakan bencana ini ibarat erupsi dari dasar gambut dan guncangan akibat hempasan ombak laut menyebabkan longsor. Tanah menjadi retak dan terbelah.
Selain itu, abrasi telah menyebabkan lahan perkebunan milik sejumlah warga rusak. Hal ini membuat masyarakat kesulitan, mengingat sumber pencaharian warga kebanyakan di daerah tersebut adalah berkebun dan bertani.
ADVERTISEMENT
"Kami khawatir daratan Pulau Bengkalis ini akan hanyut ke laut, karena erupsi dasar gambut dan abrasi akibat gelombang Selat Melaka. Ini juga diperparah oleh curah hujan yang sangat tinggi membuat endapan air di bawah gambut semakin dalam," ucap Nazori.
Sementara itu, Kepala Desa Simpang Ayam, Mujiono, menjelaskan bahwa penyebab terjadinya abrasi yang memicu longsor diduga akibat kanal-kanal dibangun perusahaan sawit yang beroperasi di desa itu tidak berfungsi dengan baik.
Longsor di perkebunan warga akibat abrasi dan curah hujan tinggi di Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Riau. (ANDRIAS/SELASAR RIAU)
Mujiono menyebut lahan warga yang terkena longsor merupakan lahan gambut dengan kedalaman diperkirakan mencapai 4 sampai 7 meter.
Sementara kanal-kanal yang dibangun perusahaan tidak menembus ke laut sebelah utara. Sehingga ketika banjir terjadi, kanal-kanal tidak mampu menahan tekanan air di lahan gambut yang sangat labil. Terlebih lagi, di Pulau Bengkalis sebelah utara adalah pulau endapan ditambah hantaman ombak Selat Melaka yang kuat membuat bibir pantai runtuh.
ADVERTISEMENT
Kepala Desa Simpang Ayam bersama masyarakat berharap pemerintah pusat melalui arahan Presiden Jokowi dapat mengarahkan jajaran kementerian, maupun instansi terkait agar membentuk tim terpadu untuk mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi serta penanganan lebih lanjut.
"Sehingga Pulau Bengkalis yang merupakan pulau terluar berbatasan langsung dengan negara Malaysia tersebut tidak secara perlahan musnah menjadi lautan dan pada akhirnya Pulau Bengkalis tenggelam," ujar Mujiono.
Ia berharap masalah abrasi hingga longsor yang diduga akibat keberadaan kanal-kanal milik perusahaan maupun faktor lainnya dapat terungkap dan ditindaklanjuti.
"Jika itu adalah diakibatkan oleh keberadaan kanal-kanal perusahaan yang dibangun di lahan gambut yang sangat labil di desanya itu, maka mereka minta bisa ditindak secara hukum," harapnya.
Sementara itu, Direktur Operasional PT MAS, Irawan, dengan tegas membantah abrasi dan longsor disebabkan keberadaan kanal-kanal yang dibangun perusahaannya. Menurutnya kanal-kanal mereka memiliki saluran pembuangan air ke bagian barat.
ADVERTISEMENT
Irawan mengatakan, penyebab abrasi pantai adalah ombak Selat Melaka yang cukup kuat dan menerjang bibir pantai.
Kendati begitu, Irwan juga berharap pemerintah membentuk tim dari berbagai lembaga maupun instansi pemerintah provinsi dan pusat dapat mengidentifikasi penyebab longsor yang menggerus bagian wilayah terdepan Indonesia ini.
“Ya, kita setuju jika tim dibentuk agar jelas penyebab longsornya,” ujar Irawan.
Sementara itu, Kabid SDA PUPR Bengkalis, Sugeng, mengatakan perlu dibangun batu pemecah ombak untuk menghindari tekanan gelombang Selat Melaka, mengingat Pulau Bengkalis sebelah utara merupakan wilayah perbatasan negara Indonesia.
Namun, kata dia, rencana itu dapat terjadi berdasarkan wewenang dari pemerintah pusat. Pasalnya, lanjutnya, pemerintah daerah memiliki wewenang yang terbatas
Kendati begitu, pihaknya berjanji akan sesegera mungkin menindaklanjuti masalah bencana longsor yang disebabkan abrasi ini ke pemerintah pusat.
ADVERTISEMENT
LAPORAN: ANDRIAS