Geliat Kampung Zapin: Pusat Tarian Perpaduan Melayu-Arab di Riau

Konten Media Partner
27 Januari 2020 23:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ANAK-ANAK di Desa Meskom, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Riau, saat berjoget tari Zapin saat kedatangan wisatawan dari Malaysia, Thailand dan lokal, Sabtu, 25 Januari 2020.
zoom-in-whitePerbesar
ANAK-ANAK di Desa Meskom, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Riau, saat berjoget tari Zapin saat kedatangan wisatawan dari Malaysia, Thailand dan lokal, Sabtu, 25 Januari 2020.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, BENGKALIS - Wisatawan dari Malaysia, Thailand, dan beberapa kota di Indonesia, disambut dengan tarian Zapin, saat mengunjungi Kampung Meskom, Kabupaten Bengkalis, Riau, Sabtu (25/1).
ADVERTISEMENT
Tarian Zapin merupakan tarian khas Melayu perpaduan atau akulturasi antara budaya Melayu dengan Arab.
Kepala Dinas Kebudayaan Riau, Raja Yoserizal menyampaikan, nilai dan filosofi dari ragam gerak Tari Zapin Bengkalis diciptakan berdasarkan unsur sosial masyarakat pendukungnya.
"Tari ini bukan hanya semata-mata sebagai ungkapan ekspresi, tetapi merupakan wajah batiniah dan ekspresi kultural masyarakat yang melahirkan. Lahir di lingkungan masyarakat Melayu Riau sarat dengan berbagai tata nilai," kata Raja Yoserizal, Senin (27/1).
Ia menjelaskan, bagi wisatawan domestik dan mancanegara, selain bisa mengunjungi destinasi wisata bahari di Kabupaten yang dijuluki negeri kunjungan itu, Tari Zapin di Bengkalis juga bisa menjadi atraksi wisata unik.
ANAK-ANAK Desa Meskom saat menghibur wisatawan dari Malaysia, Thailand dan lokal dengan tarian zapin.
"Di Kampung Zapin Meskom, selain disuguhi Tari Zapin wisatawan juga ikut belajar menari dan menggali sejarahnya," ujar pria yang juga menjabat sebagai Pelaksana tugas Kepala Dinas Pariwisata Riau, Raja Yoserizal.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, wisatawan dari Malaysia, Juhfaidzal Azwad menuturkan, di Kampung Zapin Meskom pengunjung bisa mendapatkan pengalaman menarik.
Menurutnya warga di Kampung itu secara bersama-sama menaikkan martabat warisan budaya daerahnya.
"Kalau di Malaysia juga ada Zapin tapi hanya satu-satu saja. Di Meskom ada Zapin dalam satu kampung dan ini sangat luar biasa. Anak-anak muda di sini masih banyak berminat mempelajari Tari Zapin sehingga budaya Zapin terus hidup tidak mati ditinggal zaman. Atraksi ini sangat menarik," kata Juhfaidzal.
Ia menyarankan, alangkah lebih baik lagi bila di Kampung Zapin Meskom disediakan home stay atau pondok wisata bagi wisatawan hendak mempelajari Tari Zapin Riau lebih banyak.
Juhfaidzal mengatakan, para pelancong datang ke Kampung Zapin Meskom hanya melihat atraksi tersebut selama 2 hingga 3 jam. Menari bersama sambil mencicipi kuliner lokal.
ADVERTISEMENT
"Apabila ada biro perjalanan pariwisata menawarkan penginapan pondok wisata, mungkin para pelancong bisa menginap di sini untuk mempelajari gerakan Tari Zapin lebih banyak, termasuk menggali kearifan lokal lainya di Kampung ini," pungkasnya.
Zapin merupakan satu dari beberapa jenis tarian Melayu yang masih tumbuh saat ini.
Konon, tarian ini diilhami peranakan Arab berasal dari Yaman. Diperkirakan abad ke-16, tarian ini dibawa pedagang Arab, kemudian merebak ke negeri-negeri di sekitar Johor, mulai Riau, Singapura, Serawak, hingga Brunei Darussalam.
Tari Zapin jika dirunut dari sejarahnya sebetulnya bermula dari sebuah tarian khusus bagi kalangan istana di Kesultanan Yaman, Timur Tengah di masa silam.
ANAK-anak berfoto bersama dengan wisatawan.
Nama zapin sendiri berasal dari kata "Zafn" dalam bahasa Arab berarti gerak cepat.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Zapin masuk ke Nusantara, sejalan pula dengan berkembangnya Islam sejak abad ke-13 Masehi.
Tarian ini berkembang dan dilestarikan di kalangan masyarakat pemeluk Islam.
Populernya tari ini tidak lepas dari nilai hiburan dan estetika yang dimiliki setiap gerakannya.
Untuk gerakan tari Zapin Melayu terbagi atas tiga gerakan, gerak pembuka (salam), gerak inti dan gerak penutup (tahto). Elemen Pengiring dalam tarian ini yakni, musik Syair Melayu Gambus dan Marwas.