Jaga Tradisi Gotong-royong Bikin Lepat dan Ketupat Warga Melayu Pelalawan, Riau
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tradisi turun-temurun tersebut hingga kini masih dipegang teguh serta dipertahankan oleh keturunan keluarga pasangan suami istri Mahmudin dan Sa'diah. Kini, Murjani yang meneruskan tradisi tersebut.
Bagi warga Kelurahan Bunut, Pelalawan, Riau, kelahiran 1954 bersemangat dan gigih menyiapkan berbagai jenis hidangan untuk halal bi halal sanak famili, anak keponakan yang datang saat mengunjungi kediamannya saat hari lebaran tiba.
"Ini tradisi kami, dalam keadaan apa pun selalu kami siapkan pada saat halal bi halal di hari lebaran tiba," tutur wanita paruh baya ini.
Pada malam tradisi pawai takbiran, tuturnya, segala sesuatu makanan untuk halal bihalal, sudah siap untuk dihidangkan. Panganan ini dihidangkan usai Salat Id di masjid setempat.
Tradisi tersebut tak luntur, walau dalam kondisi pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) melanda Indonesia. Ibu 4 anak, 7 cucu ini tetap menyiapkan hidangan khas Melayu Bunut Lepat dan Ketupat di kediamannya.
ADVERTISEMENT
Diceritakan ibu empat anak ini, proses membuat lepat dan ketupat ini sebetulnya cukup rumit dan membutuhkan waktu lama.
Untuk memasak Lepat bisa memakan waktu 4 jam, sedangkan Ketupat memakan waktu 5 jam agar lebih sempurna dengan hasilnya gurih.
Begitu juga untuk alat dan bahan persiapan, rumit bagi baru belajar membuat sebelum dimasak. Mulai dari pematangan santan membungkus lepat hingga merakit daun ketupat sebelum diisi beras.
"Waktu membuatnya bisa mencapai 4-5 jam jika memasak Lepat dan Ketupat. Di situ juga ada proses pematangan alat dan bahan juga rumit bagi kurang paham membuatnya. Seperti menyiapkan beras pulut dan santan direndam sesuai takaran, merangkai daun lepat serta merangkai daun ketupat sebelum beras dimasukkan untuk dimasak," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tambahnya, usai Lepat dan Ketupat matang, ia menyiapkan campuran agar saat menyantap Lepat dan Ketupat terasa sempurna.
"Setelah matang, kita tinggal menyiapkan tengguli (manisan) untuk makanan lepat dan lauk-pauk untuk makanan ketupat agar sempurna saat dihidangkan," jelas Murjani.
Namun, kekompakan secara tradisi Suku Melayu ini terlihat saat mempersiapkan bahan-bahan membuat dua makanan khas tersebut.
Sanak famili dalam keluarga ini selalu menggunakan cara gorong-royong meringankan beban sekaligus bersedekah saat halal bi halal.
"Iya, kami anak beranak selalu patungan membuat dua makanan khas ini. Semua kami niatkan bersedekah saat halal bi halal menyambut lebaran," tutur nenek 7 cucu ini.
Untuk diketahui, Sebelum COVID-19 merebak di Pelalawan, keluarga ini selalu menyempatkan membuat dodol dan wajik sambut lebaran Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Namun karena pengaruh penghasilan dan tradisi mudik saat ini dibatasi, makanya tidak banyak makanan disajikan saat tradisi halal bi halal saat lebaran di kampungnya ini.*
LAPORAN : RISKI APDALLI
***
*kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!