Kisah Sedih Mahasiswa Hafiz Quran Asal Kamboja Harus Berutang di Riau

Konten Media Partner
7 Juni 2019 22:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
MATH Alimin, saat berada di dalam kamar di asrama mahasiswa bersama kawannya sesama mahasiswa asal Kamboja, Math Rojali. Cerita sedih Alimin mahasiswa hafiz Quran asal Kamboja kekurangan biaya viral.
zoom-in-whitePerbesar
MATH Alimin, saat berada di dalam kamar di asrama mahasiswa bersama kawannya sesama mahasiswa asal Kamboja, Math Rojali. Cerita sedih Alimin mahasiswa hafiz Quran asal Kamboja kekurangan biaya viral.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Sudah tiga tahun berturut-turut, mahasiswa asal Kamboja, Ahmad Alimin alias Math Alimin, tak balik kampung, berkumpul bersama orangtua serta sanak saudara di hari penuh kemenangan, Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Bagi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau ini, bukannya tak rindu hendak bersua orangtua, abang, kakak dan adik-adik. Namun, apalah daya, kondisi keuangan menghukumnya.
Sejak sepekan terakhir, jelang dan pas Hari Raya Idul Fitri, Mat Alimin menjadi buah bibir perbincangan di media sosial. Ia tak punya uang di negeri rantau saat menimba ilmu, walau menerima beasiswa dari Indonesia.
"Orangtua paling kangen, sering nanya kenapa tak pulang, saya bilang visa saya habis. Dia bilang nak puasa sama-sama, makan sama-sama, raya sama-sama. Saya pun kangen," katanya.
Beasiswa dari Pemerintah Republik Indonesia berjumlah Rp 10 juta setahun, dipastikan kurang untuk bayar SPP per semester, biaya hidup serta lainnya selama menuntut ilmu di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir.
ADVERTISEMENT
Saat ini Alimin sangat mengharapkan beasiswa dapat segera cair agar bisa pulang kampung selepas lebaran nanti.
"Rencana pulang sih ada, tapi tunggu beasiswa dulu, tapi kalau misalnya enggak cair menjelang KKN, ya enggak jadi pulang," ujarnya.
Staf Kemahasiswaan UIN Suska, Ade Sukardi kepada SELASAR RIAU mengatakan, Ade merupakan mahasiswa Ustad Abdul Somad, dai kondang yang menjadi dosen di jurusan tersebut.
"Iya Bang, saya yang meminta data ke Math Alimin, usai mendengarkan bagaimana perjuangan hidupnya menuntut ilmu dari Kamboja sana ke Riau," kata Ade, Jumat, 7 Juni 2019.
Math Alimin sendiri kaget ketika pertama kali mengetahui informasi tentang dirinya butuh uang viral di media sosial.
Saat berjumpa SELASAR RIAU di kamarnya di asrama kampus UIN Suska Riau, dengan bahasa Indonesia fasih, Alimin tak menampik kehidupannya memang susah dan sudah tiga kali Ramadan tak pulang ke Kamboja.
ADVERTISEMENT
"Pak Ade datang sekitar lima hari lalu, ia minta foto dan bilang ada bantuan sedikit dari Rektorat. Tak lama setelah itu, datang teman asrama bilang, katanya foto dan informasi tentang saya diposting di Facebook. Saya jadi malu, apalagi ada foto saya di situ, karena saya tak ingin kesusahan saya diketahui banyak orang di Facebook," ungkap Alimin.
MATH Alimin saat berada di dalam kamarnya di Asrama Mahasiswa UIN Suska Riau.
Ia tak menyangka, dirinya bakal viral di media sosial setelah Ade Sukardi datang ke kamarnya dan meminta foto beserta sejumlah data pribadinya.
"Saya memang susah, tapi untuk makan cukup, kalau lebih tidak. Saya sudah kasih tahu teman-teman saya, jangan diposting seperti ini lagi, karena saya bukan susah dari sekarang, tapi sejak dulu," sambungnya dengan mata berkaca-kaca sambil menyeka matanya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Alimin juga sering meminjam uang temannya. Uang pinjaman itu baru ia bayar usai menerima beasiswa tak menentu kapan waktunya cair.
"Dana beasiswa itu cairnya tidak menentu, terkadang bisa sampai dua semester baru cair. Sedangkan orangtua tidak mengirim uang, kehidupan di kampung juga susah," ceritanya dengan suara pelan.
Alimin kemudian melanjutkan ceritanya. Uang beasiswa itu menjadi satu-satunya harapannya memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah.
"Saat beasiswa cair, saya langsung bayar utang ke teman, bayar asrama Rp 2,4 juta setahun dan bayar UKT Rp 2,8 juta, dan bayar Visa dan Kitas," katanya menjelaskan secara detil penggunaan uang beasiswa diterimanya.
Cerita Susah Sampai ke Telinga Ibunda
ADVERTISEMENT
Alimin menuturkan, bagaimanapun ia menghargai niat baik orang berupaya menggalang dana untuk dirinya melalui media sosial. Meskipun hidup susah, Alimin mengaku tak ingin mengeluh dan meminta belas kasihan orang lain.
Tapi unggahan itu sudah telanjur viral. Bahkan sudah dilihat teman-temannya di Kamboja yang pernah kuliah di UIN Malang.
Alimin akhirnya mengaku di-chat ibunda tercinta di Kamboja akibat cerita kelamnya menuntut ilmu di Indonesia viral.
MAHASISWA asal Kamboja Math Alimin. Alimin juga penghapal Quran atau hafiz dengan 15 juz.
"Saya tak salahkan ibu. Ibu itu niatnya baik, tapi saya memang tak mau di-posting untuk minta dana," pintanya.
Alimin merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau. Ia berasal dari keluarga tidak mampu di sebuah desa di Kamboja. Ayah dan ibunya adalah petani penggarap, bukan pemilik lahan.
ADVERTISEMENT
Sebelum masuk kuliah di UIN Suska 2015 silam, Alimin pernah belajar di pondok tahfidz Quran selama empat tahun di Kamboja.
Alimin hafal Alquran 15 jus lebih. Niat Alimin belajar di UIN untuk mendalami agama Islam dan menjadi bekal untuk berdakwah di kampung halamannya.
Di asrama Alimin tinggal dengan teman sekampungnya dari Kamboja bernama Ahmad Gozali. Mahasiswa semester enam ini adalah penerima beasiswa pemerintah Indonesia sebesar Rp 13 juta per semester.
Usai tiga tahun berturut-turut tak pulang ke Kamboja saat Idul Fitri, Alimin merasa sangat rindu orangtua dan saudara-saudaranya. Sesekali, ia menelepon orangtuanya menanyakan kabar serta melepas rindu walau hanya sebatas suara.
"Orangtua saya tak punya ponsel, saya menelepon melalui ponsel tetangga, saya suruh orangtua pakai ponsel, dia tak mau karena tak terbiasa," kata pengagum Ustaz Abdul Somad, dosen tetap pengajar di Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Suska.
ADVERTISEMENT
Unggahan di Medsos Berbuah Manis
Staf Kemahasiswa UIN Suska, Ade Sukardi, usai menyerahkan bantuan ke Alimin dari kampus, kemudian menginformasikannya ke seorang jurnalis nasional asal Riau, Indriani.
Bagi jurnalis Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara itu, ada simpati dan empati kala mendengar cerita dari Ade. Ia kemudian menggunggahnya ke akun Facebook-nya.
MATH Alimin, bersama kawan sekamarnya sesama mahasiswa UIN Suska asal Kamboja, Math Rojali.
Indri menceritakan, hingga hari ini, sudah terkumpul uang Rp 12 juta dari Rp 6 juta dibutuhkannya untuk membayar utangnya, karena beasiswa Pemerintah Indonesia tak cukup.
"Dana terkumpul, akan Mat Alimin gunakan untuk membayar hutang. Hutang tinggal tak seberapa. Ia sangat hati-hati menggunakan uang bantuan masyarakat Indonesia itu hanya untuk makan dan bayar hutang," kata Indri.
ADVERTISEMENT
Usai kisahnya viral dan berdatangan bantuan dari para dermawan, Indri menerima pesan Whatsaap dari Alimin. Mahasiswa UIN Suska itu mengatakan, kalau ia ingin gunakan uang itu untuk beli paket data.
Kuota internetnya habis, padahal ia sudah gunakan sehemat mungkin, ketika tidur, mobile datanya dimatikan.
"Saya bilang silakan, gunakan dana bantuan itu sebijak mungkin. Saya juga bilang, Ia harus rajin belajar, setelah lulus pulang kampung halaman. Dakwah di sana dan jadilah ulama menebarkan indahnya Islam. Mat utang janji ke masyarakat Indonesia, ia harus mewujudkan cita-citanya itu," kata Indri.
Bagi jurnalis perempuan asal Riau itu, Alimin mengaku akan gunakan dana terkumpul tersebut bersama Mat Rosaly, teman sekamarnya asal Kamboja, agar mereka sama-sama bisa lulus.
ADVERTISEMENT
"Mat Rosaly juga hafiz, baru hafal enam juz. Kata teman saya, bagus kalau jadi Imam Solat. Cuma Mat Rosaly, malu kalau fotonya dipublikasikan," jelas Indri.