Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kisah Zahra, Anak 6 Tahun di Pekanbaru dengan Daging Tumbuh di Kepalanya
11 September 2020 11:52 WIB
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Dari jauh, benjolan-benjolan seperti daging tumbuh di bagian kepala anak perempuan berusia 6 tahun itu terlihat sangat jelas.
ADVERTISEMENT
Rambut-rambut di kepalanya tak tumbuh sempurna seperti anak-anak seusia Zahra, anak perempuan tersebut.
Zahra kini tinggal bersama ayahnya, usai kedua orangtuanya bercerai di tepi perkebunan kelapa sawit milik warga di Kota Pekanbaru.
Keduanya tinggal di gubuk kecil berdinding kayu berwarna coklat kehitaman dengan kamar mandi atap terbuka berada di tepi kolam ikan dekat kebun sawit.
Gubuk ini ditempati Syehudin, ayahnya bersama Zahra. Bagi anak perempuan bernama lengkap Nurul Alfiani Azzahra, hidup berpindah-pindah sudah lazim dilakoni.
Kini keduanya tinggal di Jalan Lintas Timur, RT/RW 002/11, Kelurahan Mentangor, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, Riau.
Syehudin kerja serabutan untuk dapat bertahan hidup bersama Zahra.
”Saya sempat tidur di emperan selama 3 hari,” ungkapnya kepada Selasar Riau, Jumat (11/9/2020).
ADVERTISEMENT
Ketiadaan sang ibu, membuat Zahra sangat lengket dengan ayahnya. Ia terlihat ceria layaknya seperti anak seumurannya saat Selasar Riau sambangi.
Syehuddin bercerita, daging tumbuh di kepala anaknya ini sudah 50 persen lebih menyelimuti kepalanya.
Daging tumbuh tersebut, kata dokter saat mereka berobat, merupakan pembengkakan pembuluh darah.
"Penyakit ini merupakan bawaan sejak lahir. Hingga saat ini, saya belum bisa bawa Zahra berobat ke rumah sakit untuk dioperasi pengangkatan daging tersebut," kata Syehuddin.
Ia mengaku tidak pernah melaporkan penyakit langkat diderita anaknya. Sebab, Syehuddin selama ini sering berpindah tempat, sehingga tak memiliki administrasi kependudukan yang jelas.
Syehuddin sempat mendengar ada berniat membantu menguruskan BPJS Kesehatan.
Akan tetapi tidak ada kelanjutan hingga saat ini. Ia keberatan jika harus ikut BPJS Kesehatan dengan biaya pribadi.
“Saya takut tidak sanggup membayar bulanan BPJS, nanti malah dimaki-maki orang jadi gak enak,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Hingga kini belum ada satu pun pihak dari Dinas Kesehatan menghubungi Syehudin. Bantuan juga belum pernah ia dapatkan terkait kondisi Zahra.
Usai bercerai dengan istrinya, Syehudin selalu membawa Zahra kemanapun ia pergi.
Ia sangat menjaga tumbuh kembang Zahra. Ia ingin meminimalisir gangguan mental dapat dialami Zahra dari lingkungan.
Zahra sering mengadu kepada Syehuddin tentang perundungan (bully) dari teman-teman sebayanya mengenai penyakit terkait dialami.
“Orang liat kepala Adek takut loh, Pak,” kata Zahra.
Beruntungnya, menurut Syehudin, anaknya cukup tegar dengan keadaan dialami saat ini. Zahra tidak pernah mengeluh, bahkan menangis atas hal dialaminya. Ia kerap berdoa disela-sela waktu istirahatnya.
Harapan Syehuddin ada solusi dari pemerintah membantu anaknya, mengingat pentingnya menjaga mental anak dalam masa tumbuh kembangnya.
ADVERTISEMENT
“Ke depannya mungkin jika ada bantuan dari pemerintah dan dermawan yang ingin membantu. Kita akan bantu salurkan, sebab kita juga peduli dengan mental anak. Jika ada bantuan, harapan kita bisa segera dioperasi,” ujar Amrizal, Ketua RT 02 RW 11, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Riau.
Laporan: RAHMADI DWI/HIDAYATUL FITRI