Nilai Ekspor Riau Naik 10,28 Persen Ditopang Kelapa Sawit

Konten Media Partner
16 November 2022 15:47 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kelapa Sawit Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kelapa Sawit Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat nilai ekspor Riau pada Oktober 2022 sebesar US$ 2,00 miliar, mengalami kenaikan 10,28 persen dibanding ekspor September 2022.
ADVERTISEMENT
Kepala BPS Provinsi Riau, Misfaruddin, mengatakan kenaikan juga terjadi pada ekspor non migas untuk Oktober 2022, yakni sebesar US$ 1,91 miliar, mengalami kenaikan sebesar 9,65 persen dibanding ekspor non migas September 2022. Sehingga kontribusi seluruh ekspor Riau terhadap nasional sebesar 8,08 persen.
"Tiongkok menjadi negara tujuan ekspor. Komoditas utama yang diekspor adalah minyak kelapa sawit dan fraksinya, pulp kayu kimia, serta berbagai produk kimia," ujar Misfaruddin, Selasa (15/11).
Diungkapkan Misfaruddin, secara kumulatif nilai ekspor Riau Januari-Oktober 2022 sebesar US$ 18,88 miliar juga mengalami kenaikan sebesar 14,07 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Demikian juga ekspor non migas sebesar US$ 17,54 miliar, mengalami kenaikan sebesar 16,66 persen.
"Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya ekspor nonmigas sebesar 9,65 persen dan ekspor migas sebesar 24,76 persen. Ekspor nonmigas dari US$ 1,74 miliar pada bulan September 2022 naik menjadi US$ 1,91 miliar pada bulan Oktober 2022. Ekspor migas juga mengalami kenaikan dari US$ 75,38 juta pada bulan September 2022 naik menjadi US$ 94,05 juta pada bulan Oktober 2022," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dirincikan Misfaruddin, selama Oktober 2022, dari 10 golongan barang ekspor non migas terbesar, empat golongan mengalami kenaikan dibanding September 2022.
Kenaikan terbesar terjadi pada kelompok lemak dan minyak hewan atau nabati sebesar US$ 248,91 juta, diikuti oleh bahan-bahan nabati US$ 6,70 juta, serat stapel buatan sebesar US$ 3,53 juta, dan tembakau sebesar 0,71 juta.
"Sedangkan yang mengalami penurunan antara lain golongan bubur kayu (pulp) sebesar US$ 32,79 juta, diikuti berbagai produk kimia US$ 27,13 juta, kertas dan karton sebesar US$ 15,58 juta, bahan kimia organik sebesar US$ 9,60 juta, ampas dan sisa industri makanan sebesar US$ 7,77 juta, dan berbagai makanan olahan sebesar 1,33 juta," sebutnya.
Sementara, dari sisi pertumbuhan ekspor 10 golongan barang utama non migas tersebut pun mengalami kenaikan sebesar 16,82 persen terhadap periode yang sama tahun 2021.
ADVERTISEMENT
LAPORAN: HASLINDA