Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Pilih Resign, Karyawan Chevron Ini Terima Pesangon Miliaran Rupiah
8 Agustus 2021 15:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Terhitung mulai Senin dinihari (9/8/2021), pukul 00.00 WIB, perusahaan multinasional asal Amerika Serikat, PT Chevron Pacifik Indonesia (CPI), sudah tak lagi beroperasi di Blok Rokan, Riau.
ADVERTISEMENT
Pengelolaan sumur minyak dan gas yang ada di Blok Rokan dialihkan ke anak perusahaan BUMN Pertamina bernama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Tak hanya itu, karyawan PT CPI juga diberi pilihan, melanjutkan (mirroring) atau diberhentikan (PHK).
Hampir 95 persen karyawan PT CPI memilih untuk melanjutkan (mirroring) alih status menjadi karyawan Pertamina Hulu Rokan. Namun, bagi Edi, ia memilih untuk berhenti.
“Teman-teman yang melanjutkan hubungan kerja di Pertamina, gajinya dipotong setengah. Karena masa pensiun (saya) juga tinggal beberapa tahun lagi, makanya memilih resign aja,” ungkap Edi kepada Selasar Riau, Minggu (8/8/2021).
Edi menjelaskan alasan kenapa ia memilih berhenti daripada melanjutkan bekerja di anak perusahaan Pertamina.
"Jika dialihkan ke PHR, gaji yang didapat karyawan dipotong setengahnya. Ada sekitar 20 karyawan memilih resign dari total 3.543 orang," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Saat ditanyakan, berapa ia peroleh atas pilihan berhenti sebagai karyawan PT CPI, Edi tak menyebutkan angka pastinya. Namun, ia memberikan gambaran kisarannya, miliaran Rupiah.
"Uang tolak ada sekitar miliaran Rupiah juga. Setelah resign mungkin buka usaha saja dari uang tolak tersebut,” tutup Edi.
Sebagai informasi, PT Chevron sudah melakukan pengelolaan migas di Riau jauh sebelum Indonesia Merdeka. Pada tahun 1924, bermula saat tibanya ahli geologi dari Standard Oil Company of California (Socal) pada 1924.
Tim geologi Socal ini selanjutnya bermitra dengan Texaco yang akhirnya membentuk Caltex sekitar tahun 1930-an.
Selanjutnya, Caltex melakukan eksplorasi di daerah Sumatera Tengah yang kini dikenal dengan Riau. Pada 1940-an ditemukan lapangan migas raksasa yakni di Lapangan Sebanga, Duri, dan Minas.
ADVERTISEMENT
Lalu, pada 1953 Lapangan Minas yang terbesar di Asia Tenggara berhasil diproduksikan.
Saat mencapai puncak produksi pada tahun 1973, kontribusi produksi minyak dari Blok Rokan ini bahkan mencapai lebih dari 60 persen produksi minyak nasional.
Meski kini produksi telah menurun, namun Blok Rokan masih menjadi blok minyak terbesar kedua di Indonesia setelah Blok Cepu.
Kini produksi minyak dari Blok Rokan berkontribusi 23 persen dari total produksi minyak di Indonesia. "Hingga saat ini CPI masih mampu menyumbangkan 23% dari total produksi minyak Indonesia," imbuhnya.
Laporan: DWI FATIMAH