Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Sedan Mewah Jerman Teman Setia Sultan Siak Keliling Sumatera
4 Februari 2019 21:06 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pernah ada menghitung kurs 13 Juta Gulden di tahun 2011, ternyata setara dengan 69 Juta Euro atau jika dirupiahkan sekitar Rp 1,074 Triliun!
Keterkenalan kayanya Sultan Syarif Kasim II itu, maka tak aneh ia pernah melakukan muhibah atau perjalanan menggunakan mobil sedan buatan Jerman. Kendaraan tercanggih bahkan bisa dihitung dengan jari ada di Hindia Belanda, kala itu.
Mobil keluaran Bavarian ini melengkapi koleksi barang-barang mewah lainnya milik sultan keturunan Arab itu selain jam komet juga buatan Jerman serta kapal canggih uap berbahan bakar batubara, Kapal Kato.
Berdasarkan buku Ketika Burung itu Terbang karya Nathan Porath, disebutkan sedan Jerman itu dipakai Sultan Syarif Kasim II pada tahun 1930. Sedan tersebut menjadi kawan setia Sultan mengeliling Pulau Sumatera.
ADVERTISEMENT
"Sultan Syarif Kasim terkenal karena memliki satu unit sedan Jerman yang dikendarainya ke seluruh Sumatera untuk menghadiri pertemuan-pertemuan politik," tulis Nathan Porath dikutip SELASAR RIAU dalam bukunya tersebut.
Mengenai sedan Jerman ini, Nathan mengutipnya langsung dari hasil penelitian dilakukan TG Ruiters dalam bukunya diterbitkan pada 1997 berjudul Dutch and Indigeneous Images in The Colonial North Sumatera.
Nathan Porath merupakan ilmuwan Antropolog dari Universitas Aberdeen, Inggris. Ia meneliti kehidupan warga Suku Sakai di Mandau bertahun-tahun.
Masih dalam buku tersebut, juga disebutkan, Sultan Syarif Kasim II bersama-sama dengan raja-raja dan sultan-sultan di Sumatera, 16 Juni 1938, memperbaharui perjanjian politik mereka dengan Kolonial Belanda. Sultan-sultan Sumatera menghadiri pertemuan dengan mengendarai mobil.
ADVERTISEMENT
"Sultan Syarif Kassim mendapatkan tempat duduk terhormat di sebelah kanan Residen Belanda. Ia pertama menyatakan kesetiaan tak bergeming Kerajaan Melayu kepada Kerajaan Belanda," tulis Nathan dengan menyandarkan sumbernya dari Ruiters.
Namun, akhirnya saat Soekarno-Hatta menyatakan kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II secara terbuka menyatakan dukungannya kepada perjuangan tersebut.
Ia langsung ketika itu mendermakan uang dalam jumlah sangat banyak ketika itu, Rp 20 ribu untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sultan Syarif Kasim II menyadari, kesultanan-kesultanan merupakan peninggalan masa lalu.
"Dalam sebuah pertemuan di Medan, Sultan Syarif Kasim II datang dengan mengendarai mobil kesayangannya. Ia disanjung oleh perwakilan Indonesia sebagai seorang "Sultan Republikan"," tulis Nathan.
Tak lama kemudian, menyadari superioritas negara baru saja berdiri, Sultan Syarif Kasim II mengundurkan diri. Dengan pengunduran diri tersebur, maka berakhirlah dinasti kerajaan telah dibangun susah payah oleh Raja Kecik pada 1724. Siak dan wilayah di bawah naungannya kemudian menjadi bagian Indonesia.
ADVERTISEMENT